Konten dari Pengguna

Nepotisme dan Korupsi: Mengurai Praktik Neopatrimonialistik dalam Politik

Syahrul Silmi
Dr.(c). Syahrul Silmi, S.H., M.Kn., MH. Mahasiswa S3 Hukum Universitas Diponegoro
9 Juni 2023 9:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syahrul Silmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tren politik kekerabatan sebagai gejala neopatrimonialistik mengacu pada praktik politik di mana kekuasaan dan posisi politik diwariskan atau dipegang oleh keluarga atau kerabat dekat, dengan penekanan yang lebih besar pada ikatan genealogis daripada pada meritokrasi atau sistem berdasarkan kemampuan individu. Hal ini menunjukkan bahwa sistem politik masih terjebak dalam praktik tradisional yang mengutamakan hubungan keluarga atau kekerabatan daripada kualifikasi atau kompetensi.
dokumentasi pribadi : tren politik
zoom-in-whitePerbesar
dokumentasi pribadi : tren politik
Dalam sistem patrimonial tradisional, kekuasaan politik biasanya dipegang oleh kelompok-kelompok elit yang terkait secara keluarga atau kekerabatan. Posisi politik seringkali diwariskan dari generasi ke generasi, tanpa mempertimbangkan kualifikasi individu atau kompetensi yang sesuai. Praktik ini menciptakan dinasti politik di mana anggota keluarga atau kerabat dekat terus memegang posisi politik penting, bahkan jika mereka tidak memiliki kualifikasi yang memadai.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks neopatrimonialistik, tren ini terus berlanjut dan mengakar dalam sistem politik. Para pemimpin politik cenderung menggunakan kekuasaan mereka untuk memperkuat posisi dan kepentingan keluarga mereka sendiri. Mereka sering kali mempromosikan anggota keluarga atau kerabat dekat ke posisi politik atau administratif yang signifikan, terlepas dari kualifikasi mereka. Hal ini menyebabkan kekurangan meritokrasi dalam perekrutan dan pengangkatan posisi politik yang penting, dan menghambat pembangunan sistem politik yang lebih profesional dan berdasarkan prestasi individu.
Tren politik kekerabatan dalam konteks neopatrimonialistik dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada tata kelola politik dan pembangunan negara. Praktik ini dapat menciptakan nepotisme, korupsi, dan ketidakadilan dalam sistem politik. Masyarakat yang tidak berhubungan secara keluarga atau kekerabatan dengan elit politik mungkin merasa terpinggirkan dan tidak memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam politik.
ADVERTISEMENT
Untuk melawan tren neopatrimonialistik, penting untuk memperkuat prinsip meritokrasi dan mengembangkan sistem politik yang berdasarkan kualifikasi dan kompetensi individu. Transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan politik juga harus ditingkatkan, sehingga kekuasaan tidak lagi digunakan untuk memperkukuh kepentingan keluarga atau kekerabatan. Reformasi politik dan upaya memperkuat lembaga-lembaga yang independen dapat membantu mengatasi masalah neopatrimonialistik dalam sistem politik.