Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pilpres, Apa yang Harus Diganti?
11 April 2019 19:18 WIB
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di musim pilpres, kata "ganti" itu agak sensitif. Ada yang ngotot pengen ganti. Ada pula yang ingin gak usah ganti. Terus apa yang diganti? Ya, tentu apa aja boleh diganti. Ganti pekerjaan boleh; ganti handphone pun boleh. Ganti presiden or ganti penguru juga boleh. Asal sesuai mekanisme yang berlaku. Ganti pasangan juga boleh. Emang apa sih yang gak boleh di negeri ini. Apalagi netizen dan warga medsos, semuanya boleh dah...
ADVERTISEMENT
Untuk diketahui aja, ganti itu bukan ancaman. Karena ganti itu, mungkin, lebih besar urusan emosional dan subjektif-nya. Alias nafsu dunia, maka ngotot pengen ganti. Terserah mau lewat cara apapun, pokoknya ganti aja.
GANTI itu, kata orang bahasa, sesuatu yang jadi penukar atas hal yang "tidak ada atau hilang". Jadi, kalo masih ada dan tidak hilang berarti gak bisa diganti. Istri misalnya, kalo masih ada dan gak hilang ya gak bisa diganti.
Di sisi lain, ganti juga bisa berarti orang yang menggantikan pekerjaan, jabatan dan sejenisnya. Sesuatu diganti karena ada sebabnya. Misalnya, istri meninggal dunia, nah itu baru bisa diganti. Presiden pun bisa diganti kalo meninggal. Atau presiden petahana kalah di pilpres bisa diganti sama yang menang. Tapi kalo baru sebatas nafsu atau sentimen, ya belum tentu bisa diganti.
ADVERTISEMENT
Arti ganti yang lain adalah "bertukar; berpindah". Untuk ini, maka harus sesuai dengan mekanisme dan proses yang harus dijalankan. Sesuai aturan aja. Jadi santai saja, gak usah buru-buru. Kalo udah waktunya juga pasti diganti. Gak perlulah people power, karena pergantian itu sifat dasarnya alamiah.
Lha terus apa yang diganti sekarang?
Jujur aja, banyak yang harus diganti pada manusia sekarang. Karena hidupnya udah terlalu tamak dengan kebencian, nafsu berkuasa, bahkan cara pikir negatif. Itu semua harus diganti. Gak boleh dipertahankan lagi.
Ganti. Gantilah cara hidup yang cinta dunia jadi cinta akhirat. Gantilah cara pandang yang orientasi lahiriah jadi batiniah. Gantilah cara bertindak yang orientasi diri sendiri menjadi orientasi umat. Gantilah pikiran yang cenderung negatif jadi positif. Bahkan ganti cara-cara ingin menang dengan membenci atau menjatuhkan orang lain. Biar fair...
ADVERTISEMENT
Gak semua hal bisa diganti. Karena semuanya sesuai dengan kehendak Allah SWT. Mau ngotot kayak apa juga, kalo Allah gak berkehendak gak bakal bisa diganyi. Gak suka dikit pengen ganti. Benci dikit minta diganti. Tampang manusia itu gak bisa diganti.
Jadi, gak usah teriak gonta-ganti.
Introspeksi diri saja. Tetap waras dan positif. Gak usah dikit-dikit ganti. Gak semua kok yang kita pikir itu benar. Dan gak semua yang mau kita ganti bisa diganti. Siapa yang ngotot siapa yang nyolot kok orang lain yang disuruh ganti. Tapi kenapa? Diri kita sendiri gak pernah mau "ganti" ke arah yang lebih baik....
Kalo kita yakin pacar kita gak baik, ya sudah putusin dan jangan diterusin. Tapi kalo calon yang mau gantiin juga tidak lebih baik, buat apa diganti. Hanya orang stress kalo punya pacar "cakep kaya lagi soleh" malah diganti sama yang "jelek miskin dan bragajulan"....
ADVERTISEMENT
Jadi, bikin simpel saja. Gak usah gonta-ganti. Buat apa dikit-dikit ganti HP kalo sebagian besar fungsinya sama. Optimalkan yang ada, perbaiki yang kurang itu lebih baik. Ikhtiar yang keren, kalo udah syukuri hasilnya. Indonesia itu hebat, kalo mau menerima apa adanya...
Karena “ganti” gak cukup cuma modal nafsu. Tapi juga ada di dalam skenario-Nya.... salam ciamikk #TGS