Konten dari Pengguna

Saat Keluhanmu Hanya Omong Kosong

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
12 Agustus 2023 6:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ketika keluhanmu itu hanya omong kosong. Foto: Dok. pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ketika keluhanmu itu hanya omong kosong. Foto: Dok. pribadi
ADVERTISEMENT
Mengeluh, kata banyak orang wajar. Bahkan mengeluh katanya bagus untuk kesehatan. Apa iya begitu? Mungkin benar, bisa mengeluh dilakukan hanya sesekali saja. Tapi bila mengeluh terus-menerus, tentu tidak menyehatkan.
ADVERTISEMENT
Mengeluh kok setiap hari. Pekerjaan dikeluhkan, orang lain dikeluhkan, negara dikeluhkan, dan punya uang walau kurang banyak pun dikeluhkan. Apa ada sesuatu hal yang menjadi lebih baik bisa hanya dikeluhkan?
Ini kisah nyata. Ketika ada kawan saya yang setiap kali berkumpul kerjanya mengeluh. Terus terang, kawan-kawan yang lain pun jadi sebal. Kok, apa-apa dikeluhkan? Akibat keseringan mengeluh, akhirnya si kawan pengeluh itu pun akhirnya jadi dijauhi oleh kawan-kawannya.
Kenapa? Karena orang yang suka mengeluh itu jadi “menularkan” sikap dan perilaku yang negatif. Banyak mengeluh itu dapat memupuk sikap pesimis dalam diri. Hanya bisa melihat segala sesuatu dari sisi negatif. Gagal melihat sisi positif tentang apapun. Jadi lupa untuk sabar dan syukur dalam hidup.
ADVERTISEMENT
Untuk apa sih mengeluh? Hidup kan hanya sekali. Kata orang tua saya, hidup pun sebaiknya menebar manfaat ke orang lain. Berperilaku baik kepada siapapun. Bila tidak mampu berbuat baik dan bermanfaat, maka cukup diam.
Jangan mengeluh atau membahas dari sisi yang negatif, apalagi bercerita yang jelek-jelek ke orang lain. Maka ada baiknya untuk melatih kesabaran. Sambil mensyukuri apa yang ada dan dimiliki. Bila perlu ikhlaskan apapun yang membuat diri kita sedih dan kecewa. Agar tidak ada keluhan, atau minimal mengurangi durasi mengeluh.
Lucu kan, bila berkata ke orang lain. Ayo semangat, harus pantang menyerah. Bahkan gegap gempita merasa apa-apa berjuang sendiri. Tapi di saat yang lain, ternyata malah banyak mengeluh. Segala hal dikeluhkan.
ADVERTISEMENT
Jadi, mana yang benar? Semangat pantang menyerah apa mengeluh sepanjang hayat. Mengeluh, mengeluh, dan mengeluh. Mengeluh kok panjang banget kayak kereta, nggak capek apa?
Mengeluh boleh kok. Asal mengeluh pada tempatnya, pada waktunya. Justru mengeluh yang terbaik itu saat berada di hadapan Allah SWT. Saat bersama-Nya jika perlu menangislah.
Katakan semua kesal dan keluhan kepada-Nya, karena itu lebih baik. Karena semua masalah, sungguh datangnya hanya dari Allah SWT. Maka seharusnya dikembalikan kepada-Nya. Mengeluh itu ada tempatnya, ada waktunya. Bukan melulu mengeluh.
Sejatinya, tidak ada orang yang tidak punya masalah. Hanya orientasinya mau cari solusi atau sekadar dikeluhkan?
Faktanya, ada banyak kok celah kehidupan lain yang bisa bikin siapapun lebih semangat. Untuk lebih fokus menata kembali “puzzle” kehidupan dengan lebih optimis daripada mengeluh. Bukankah keluhan ada untuk dikendalikan, bukan dilepaskan. Agar hidup terasa lebih ringan dan menenteramkan. Woww keren!
ADVERTISEMENT
Dan, esok biasanya semua yang dikeluhkan ternyata hanya omong kosong. Karena apapun dapat berubah dan berbuah seiring waktu berjalan. Ternyata, hidup lebih mudah ketika kita tidak mengeluh, tidak khawatir atau stres tentang omong kosong.
Salam literasi!