Konten dari Pengguna

Secangkir Kopi di Taman Bacaan, Gula Selalu Salah

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Edukator Dana Pensiun - LSP Dana Pensiun - Konsultan - Lulus S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
9 Maret 2024 21:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Secangkir kopi di taman bacaan. Menyatakan bahwa minum kopi bukan soal cangkirnya, buka pula soal tempatnya. Kopi substansinya ada di rasa, di batin dan pikiran orang-orang yang meneguknya. Kopi tidak sama sekali membutuhkan cangkir yang mewah. Saat ngopi tidak perlu berbangga diri tentang pekerjaan, harta dan kedudukan sosial. Karena cerita cangkir, pekerjaan dan harta hanya seremoni, bukan substansi saat ngopi.
ADVERTISEMENT
Secangkir kopi di taman bacaan, setiap orang sama saja. Asal mampu menikmati dan mensyukuri apa yang ada. Secangkir kopi itu sebuah inspirasi. Bahwa kopi tidak pernah berdusta atas nama rasa. Kopi selalu punya cerita, bahwa yang hitam tidak selalu kotor dan rasa pahit pun tidak selalu membawa kesedihan. Maka kopi di taman bacaan, selalu menemukan penikmatnya sendiri. Seperti kopi di Rooftop Baca TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor.
Hanya saja, terkadang secangkir kopi di taman bacaan. Bisa jadi menimbulkan salah sangka. Sebab jika kopi terlalu pahit, pasti gula-lah yang disalahkan. Karena gula terlalu sedikit hingga "rasa" kopi itu pahit. Sebaliknya pun sama, jika kopi terlalu manis pun gula lagi yang disalahkan. Akibat terlalu banyak gula hingga "rasa" kopi itu terlalu manis.
Secangkir kopi di taman bacaan
Tapi bila kandungan kopi dan gula seimbang, kopinya sedap dan enak diteguk. Siapa yang dipuji? Tentu, bukan gula. Tapi semua orang akan berkata “kopi terbaik”, kopi top banget. Kopi-lah yang mendapat pujian, kopi yang disanjung-sanjung. Lalu, ke mana gula yang ikut membuat "rasa" kopi menjadi sedap? Gula akhirnya hanya bisa disalahkan.
ADVERTISEMENT
Maka secangkir kopi di taman bacaan. Hanya mengingatkan siapapun untuk bersikap bersikap realistis. Menerima kenyataan dan apa adanya saja. Tanpa perlu menyalahkan orang lain, apalagi merendahkan yang tidak pantas direndahkan. Secangkir kopi di taman bacaan, menegaskan pentingnya keseimbangan. Seimbang antara pahit dan manis, antara dunia dan akhirat. Seimbang lahir batin. Agar tidak berat sebelah dan objektif, Salal literasi #KopiLentera #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka