Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Tradisi Diskusi di Gerakan Literasi, Mmasih Adakah?
15 Januari 2024 7:52 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mungkin kita sepakat, bahwa diskusi sebagai cara komunikasi penting dilakukan. Entah urusan pekerjaan, rusan lingkungan atau urusan aktivitas sosial. Selain bentuk interaksi yang efektif, diskusi pun bisa dijadikan cara terbaik untuk mencari solusi sebuah masalah. Maka diskusi di mana pun, fokusnya solusi bukan masalah. Berbeda dengan dengan capres yang kerjanya mencari-cari masalah, dan slaing menjatuhkan. Beda kan diskusi dengan debat?
ADVERTISEMENT
Siapapun saat berdiskusi, suka tidak suka, harus punya cara memecahkan masalah. Harus bisa membongkar dan mencoba memahami masalah secara jernih dan objektif. Lalu bertukar pendapat, mencari solusinya dari ringan hingga berat, baik informal maupun formal. Karena diskusi, berarti menguraikan masalah agar bisa dipecahkan. Mellaui ide dan gagasan yang paling pas, paling mungkin dilakukan. Bukan memaksa untuk dilakukan.
Mengingat pentingnya memroses informasi dan mencari solusi (bukan mengumabr masalah), wali baca dan relawan Tamann Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor selalu membangun tradisi diskusi. Selain untuk evaluasi kegiatan taman bacaan dan program literasi yang ada, diskusi dilakukan menyalurkan ide dan memecahkan masalah atas problematika di TBM. Untuk mengeksplorasi dan menemukan makna yang paling pas dalam tata kelola taman bacaan. Karena sejatinya tidak ada teori yang paling benar di taman bacaan, Maka diskusi menjadi penting dilakukan secara intensif dan menjadi kultur di TBM. Bolehlah disebut, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan bila mau berdiskusi.
ADVERTISEMENT
Tentu saja, tradisi diskusi memberi banyak manfaat. Selain untuk memecahkan masalah, diskusi bisa menambah wawasan dan pemahaman terhadap realitas yang ada. Melatih kemampun berbicara, di samping membuka diri untuk menghargai pendapat orang lain. Saat diskusi, siapapun berjuang untuk menyamakan visi dan misi. Jadi lebih berani mengambil sebuah keputusan. Dan yang penting, diskusi juga mampu meningkatkan tradisi intelektual dan sarana memperkuat kepedulian terhadap pmasalah di lingkungan sosial.
Di TBM Lentera Pustaka, tradisi diskusi dibangun untuk membangun persamaan bukan memperbesar perbedaan. Lebih fokus pada solusi, bukan masalahnya. Untuk apa berdiskusi bila hanya membahas masalah tanpa jalan keluar, Buang-buang waktu dan tidak efektif sama sekali. Agar komunikasi dan interaksi antar relawan tetap sehat dan baik lagi bermanfaat.
ADVERTISEMENT
Maka berdiskusilah selagi masih bisa. Jangan hanya omong sana omong sini tanpa mau berdiskusi. Karena tidak ada masalah yang selesai bila hanya diomongkan tanpa dicarikan solusinya. Membaca buku, kecerdasan, dan pengetahuan memang penting untuk mengundang perhatian. Tapi tradisi diskusi dan keterampilan komunikasi lebih penting untuk mengatasi masalah dan bersikap apa adanya, bukan ada apanya.
Karena saat berdiskusi, siapapun dengan berjuang untuk berbicara dalam bahasa yang bisa lebih dimengerti, bukan hanya diperhatikan. Bahasa hati, bukan hanya Bahasa logika. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka