Konten dari Pengguna

Perjuangan Menemukan Kebahagiaan di Dunia yang Serba Sibuk

Tania indah permatasari
Mahasiswi universitas Pamulang Fakultas agama Islam Jurusan Manajemen pendidikan Islam. Saya sebagai Guru Private
23 Desember 2024 10:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tania indah permatasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Tania indah Permatasari Mahasiswi Universitas Pamulang Fakultas agama Islam jurusan Manajemen pendidikan Islam S1
Gambar di ambil sendiri oleh penulis saat berada si daerah sumatra (Lampung)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar di ambil sendiri oleh penulis saat berada si daerah sumatra (Lampung)
Latar Belakang
ADVERTISEMENT
Di era modern, kemajuan teknologi dan dinamika kehidupan yang serba cepat menciptakan berbagai kemudahan. Namun, di sisi lain, gaya hidup serba sibuk ini sering membuat banyak orang kehilangan waktu untuk diri sendiri. Fenomena burnout, tekanan pekerjaan, hingga krisis kebahagiaan menjadi isu yang semakin sering dibicarakan. Kebahagiaan yang seharusnya menjadi tujuan hidup manusia kini terasa semakin sulit dicapai di tengah segala kesibukan.
Analisa
Berdasarkan survei global yang dilakukan Gallup, indeks kebahagiaan masyarakat dunia menunjukkan penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Banyak faktor yang memengaruhi, seperti tekanan pekerjaan, beban sosial, hingga ekspektasi hidup yang terlalu tinggi.
Media sosial juga berperan besar dalam memengaruhi persepsi kebahagiaan. Ketika kita terus-menerus membandingkan diri dengan pencapaian orang lain yang terlihat sempurna di dunia maya, rasa puas terhadap hidup kita sendiri menjadi berkurang. Belum lagi tuntutan produktivitas yang memaksa banyak orang mengorbankan waktu pribadi dan hubungan sosial.
ADVERTISEMENT
Menghadapi situasi ini, beberapa pakar psikologi dan sosiologi menekankan pentingnya perubahan cara pandang terhadap kebahagiaan. Menurut Martin Seligman, bapak Psikologi Positif, kebahagiaan tidak hanya berasal dari pencapaian materi atau kesuksesan karier, tetapi juga dari hubungan sosial yang bermakna, rasa syukur, dan pencapaian tujuan kecil dalam kehidupan sehari-hari.
Ada pula pergerakan "slow living," yaitu gaya hidup yang mengutamakan kualitas daripada kuantitas, baik dalam pekerjaan, hubungan, maupun aktivitas sehari-hari. Gaya hidup ini bertujuan untuk melawan arus kesibukan dunia modern yang sering kali melelahkan secara fisik dan mental.
Kesimpulan
Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan harus diciptakan dari dalam diri. Di dunia yang serba sibuk ini, kebahagiaan sejati terletak pada kemampuan kita untuk menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, menghargai momen kecil, serta membangun hubungan yang autentik.
ADVERTISEMENT
Solusi
1. Prioritaskan Diri Sendiri
Luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang Anda nikmati, seperti hobi atau olahraga. Jangan merasa bersalah untuk mengambil jeda dari kesibukan.
2. Kurangi Konsumsi Media Sosial
Fokuslah pada apa yang benar-benar penting dalam hidup Anda daripada membandingkan diri dengan kehidupan orang lain di media sosial.
3.Bangun Hubungan yang Bermakna
Habiskan waktu dengan keluarga atau teman yang mendukung, dan jangan ragu untuk berbagi perasaan dengan mereka.
4.Tentukan Prioritas Hidup
Jangan biarkan kesibukan mengambil alih hidup Anda. Buat daftar prioritas yang benar-benar penting dan berfokus pada hal itu.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, kebahagiaan bukan lagi menjadi tujuan yang sulit diraih, melainkan bagian dari perjalanan hidup kita sehari-hari. Di tengah dunia yang serba sibuk, setiap orang memiliki peluang untuk menemukan kebahagiaannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Kebahagiaan bukan tujuan akhir; ia adalah perjalanan yang kita jalani dengan kesadaran dan rasa syukur."