Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Pangan Kita Terancam, Kira-Kira Kenapa Ya?
19 Juli 2020 21:32 WIB
Tulisan dari Taofik Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang bisa hidup tanpa makan dan minum?
Ada? Wah hebat sekali jika ada.
Berkaitan dengan pangan, sangat tidak dapat terpisahkan dengan petani. Karena petani merupakan penghasil bahan pangan kita, tanpa mereka kita tidak bisa makan. Lantas, mengapa kebutuhan pangan kita terancam? Mari kita bahas bersama.
ADVERTISEMENT
Adakah yang pernah melihat petani muda yang sedang bekerja di sawah? mungkin ada, tetapi saya pikir jarang sekali bisa menemukannya. Pengalaman saya sendiri seringnya melihat petani-petani yang sudah cukup berumur, bahkan sudah sangat tua. Berikut salah satu data yang dapat memperlihatkan hal tersebut.
Data di atas memang proyeksi, tetapi bisa menjadi peringatan untuk kita dan membuat kita sadar akan kecilnya minat anak-anak muda untuk terjun di bidang pertanian.
"Petani itu kerjanya di sawah, mungkin kotor. Tidak keren seperti kerja di kantor", Kataku. Itu opini saya tapi dahulu kala, karena saya belum tahu apa-apa. Faktor pengetahuan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam setiap permasalahan. Oleh karena itu, pendidikan menjadi selalu berhubungan dengan berbagai masalah, terutama di negara berkembang. Pendidikan disini bukan hanya pendidikan formal, tetapi juga pendidikan pertama manusia yaitu keluarga.
Menurut Yotfianfinda (2018), rata-rata pendidikan petani Indonesia masih rendah. Fenomena ini megatur mindset petani untuk tidak menurunkan usahanya kepada anak-anak mereka. Anak-anak mereka disekolahkan tinggi untuk terjun ke dunia non-pertanian, sehingga keturunan petani tidak bisa meneruskan lahan pertanian milik orang tuanya. Mereka berpikir pertanian tidak membuat sejahtera, sebagian petani bahkan mempunyai dua pekerjaan dan menempatkan usaha taninya pada urutan kedua. Dan faktanya memang kesejahteraan petani Indonesia masih rendah karena beberapa hal, salah satunya karena belum terintegrasinya teknologi dalam pertanian. Oleh karena itu, sektor pertanian dianggap tidak keren dan tidak menjanjikan bagi kaum muda. Sektor pertanian belum bisa mengambil hati kaum muda saat ini.
ADVERTISEMENT
Semakin banyak penduduk, semakin banyak pangan yang harus disediakan. Walaupun Indonesia merupakan negara urutan ke-3 sebagai produsen beras tertinggi di dunia, tetapi dengan tingginya jumlah penduduk menjadikan Indonesia harus menambal kebutuhan beras dengan melakukan impor (Kemendag, 2017). Ditambah lagi menurut Yanuarti dan Afsari (2016), rata-rata konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah 87,23 kg/kap/tahun. Tingginya angka konsumsi tersebut karena masyarakat Indonesia lebih mementingkan makan untuk kenyang dan tidak memikirkan kandungan gizi. Yang lebih buruknya, lahan pertanian semakin berkurang karena kebutuhan akan pemukiman. Menurut BPS (2020) luas lahan panen padi Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2019. Hal tersebut berdampak pada penurunan produksi padi Indonesia sebesar 7,76% (BPS, 2020).
ADVERTISEMENT
Inovasi-inovasi dalam pertanian memang sudah banyak dikembangkan. Akan tetapi, belum tersentuh oleh semua kalangan petani. Ini merupakan tantangan sekaligus peluang menurut saya. Di satu sisi, petani yang sudah berumur rasanya akan sulit menerima teknologi. Di sisi lain, dengan potensi bonus demografi bisa dimanfaatkan untuk menjaring para kaum muda untuk terjun di pertanian modern dengan teknologi yang sudah menjadi keseharian mereka. Yang diperlukan adalah lebih banyak lagi kaum muda yang merintis inovasi di bidang pertanian. Dengan begitu branding pertanian akan semakin menarik.
Pangan merupakan prospek bisnis yang menguntungkan, begitu juga di dalam pertaniannya. Selama kita masih butuh untuk makan, pangan tidak akan ada habisnya menjadi peluang. Hanya bagaimana kita sadari peluang lebih awal. Dan yang lebih penting lagi, masalah pangan bukan masalah perorangan tapi masalah kesejahteraan bersama. Oleh karena itu, tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak, perlu kerja sama oleh semua kalangan. Perlu diingat, ketika suatu masyarakat kekurangan pangan. Yang akan terjadi adalah keberlanjutan masalah lainnya, seperti kriminalitas, masalah kesehatan, anjloknya ekonomi bahkan kehancuran suatu bangsa.
ADVERTISEMENT
It's my opinion! Jika ada hal lain, mari berdiskusi!
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik (2020). Luas Panen dan Produksi Padi di Indonesia 2019. Jakarta : Badan Pusat Statistik.
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia (2017). Potret Perdagangan Beras Jakarta : Kumara Jati. Diakses dari http://bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Potret_Perdagangan_Beras.pdf.
Wiyono, S. (2015). Laporan Kajian Regenerasi Petani.Bogor : Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP).
Yanuarti, A.R., & Afsari, M.D. (2016). Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting : Komoditas Beras. Jakarta : Kementrian Perdagangan Republik Indonesia.
Yotfiatfinda (2018). Meningkatkan Minat Generasi Muda di Sektor Pertanian untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan. Jakarta : Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia.
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 5 November 2024, 21:56 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini