Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengulik Masjid Gedhe Mataram Kotagede Daerah Istimewa Yogyakarta
9 Juni 2024 14:38 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Tarissa Noviyanti Az Zahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Wilayah Masjid Gedhe Mataram Kotagede terdiri dari bangunan masjid, halaman, dan kompleks makam Raja-Raja Mataram Kotagede.
Pada zaman Mataram Islam, terdapat bangunan peribadatan yang berlokasi di Alas Mentaok yang sekarang bernama Kotagede. Pintu masuk bangunan tersebut terlihat gapura yang menyerupai tempat peribadatan umat Hindu atau Budha. Saat masuk, pada sisi barat gapura terdapat bangunan sekretariat. Pengunjung akan diarahkan untuk memarkirkan kendaraan roda dua pada sisi timur dari gapura masuk. Hanya kendaraan roda dua yang dapat masuk ke dalam wilayah bangunan tersebut.
ADVERTISEMENT
Di Yogyakarta, tepatnya di wilayah Kotagede, bangunan tersebut didirikan pada Ahad Kliwon 6 Rabiul Akhir 1188 Hijriah atau 27 Juni 1773 sejak zaman dahulu sampai sekarang, bangunan ini difungsikan sebagai tempat peribadatan umat islam. Bangunan yang dimaksud adalah Masjid Gedhe Mataram Kotagede yang berlokasi di Sayangan, Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Wilayah masjid ini memiliki tiga pintu gerbang berbentuk paduraksa, yakni pada sisi utara, timur, dan selatan. Gapura Paduraksa sebagai gerbang dari pagar dinding bata yang mengelilingi bangunan masjid. Pada Gapura Paduraksa terdapat hiasan kala yang ditemukan pada bangunan Hindu-Budha. Kala pada budaya Hindu-Budha adalah dewa yang menyerupai raksasa. Pada zaman dahulu Gapura Paduraksa digambarkan sebagai bentuk toleransi agama Hindu-Budha. Pada bagian kanan dan kiri Gapura Paduraksa dihubungkan pagar setinggi 2,5 meter yang mengelilingi kompleks masjid dan pemakaman Raja-Raja Mataram Kotagede. Pada tembok tersebut menggunakan material batu bata merah.
ADVERTISEMENT
Wilayah Masjid Gedhe Mataram Kotagede terdiri dari bangunan masjid, halaman, dan kompleks makam Raja-Raja Mataram Kotagede. Pada halaman masjid terdapat tugu jam yang berukuran besar dan terdapat beberapa pohon yang beraneka ragam jenisnya. Adanya pohon di sekitar halaman masjid menambah asri Masjid Gedhe Mataram Kotagede. Pada pintu masuk ruang utama Masjid Gedhe Mataram Kotagede terdapat prasasti huruf Arab dan Jawa.
Bangunan masjid dibangun dengan gaya arsitektur Tradisional Jawa, pada bagian atap masjid memakai model tajug yang bersusun tiga dan bagian kemuncak atap model tajug dilengkapi mustoko yang terbuat dari tembaga. Lantai masjidnya memakai keramik. Masjid ini memiliki ruang utama, serambi, pawestren (tempat ibadah untuk perempuan), tempat wudhu, dan kolam kecil. Pada ruang utama masjid terdapat mimbar (tempat khatib berkhotbah), mihrab (tempat untuk imam), dan terdapat empat tiang sokoguru (tiang tengah atau tonggak) yang menopang atap. Ruang utama masjid juga dilengkapi jendela dan pintu yang terbuat dari kusen kayu, pada dalam serambi masjid terdapat tiang-tiang penopang atap limasan, kentongan, dan bedug. Pada sisi selatan ruang utama terdapat pawestren (tempat ibadah perempuan), sedangkan sisi utara terdapat tempat untuk wudhu. Terdapat jagang yang merupakan kolam kecil yang mengelilingi serambi di sisi utara, selatan, dan timur. Pada awalnya jagang dimanfaatkan sebagai batas suci dan sebagai tempat membasuh kaki sebelum masuk ke masjid. Namun, sekarang kolam kecil tersebut difungsikan sebagai kolam ikan.
Arsitektur Masjid Gedhe Mataram Kotagede memiliki keunikan dengan adanya unsur campuran budaya Jawa, Hindu, dan Islam. Masjid tersebut menjadi objek kajian berbagai ilmu seperti sejarah, arsitektur, maupun pariwisata. Masjid Gedhe Mataram Kotagede menjadi salah satu destinasi wisata di kawasan Cagar Budaya Kotagede dan tempat ibadah umat muslim di masyarakat sekitar.
ADVERTISEMENT