Konten dari Pengguna

Menghela Industri Kreatif Keramik

Tatang Muttaqin
Fellow di Groningen Research Centre for Southeast Asia and ASEAN, Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
17 Juni 2021 8:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tatang Muttaqin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Imam Syafii.
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Imam Syafii.
ADVERTISEMENT
Setiap hari kita menikmati manfaat keramik, baik untuk karena menjadi bahan perabotan rumah tangga, seperti: piring, cangkir, mangkok, dan lainnya. Keramik juga banyak digunakan untuk alas lantai, diukir untuk memperindah dinding rumah, pelapis meja kerja di dapur, dan juga sebagai bahan utama kerajinan tangan beraneka bentuk. Pemanfaatan keramik sudah dimulai sejak peradaban awal di Yunani.
ADVERTISEMENT
Istilah keramik juga berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya produk tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Yusuf (1998) memutakhirkan pengertian keramik yang mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat.
Terkait pemanfaatan keramik, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memiliki sebuah balai yang fokus pengembangan keramik, yaitu Balai Teknologi Industri Kreatif Keramik (BTIKK) yang berawal dari sebuah proyek bernama Proyek Penelitian dan Pengembangan Seni Keramik dan Porselin (P3SKP) Bali.
P3SKP yang berdiri tahun 1982 merupakan kolaborasi antara Menristek/BPPT yang saat itu dipimpin Prof. Dr. BJ Habibie, Gubernur Bali Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, dan Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. Ida Bagus Oka yang bertujuan mentransformasikan seni dan budaya Bali ke media keramik, atau dalam artian lebih sempitnya adalah melakukan diversifikasi produk dari patung kayu dan batu menjadi patung keramik.
ADVERTISEMENT
Diversifikasi produk ini dilakukan karena adanya kekhawatiran kurangnya atau tersendatnya penyediaan bahan baku sehingga mengganggu proses kreativitas. Saat ini, PSTKP Bali menyediakan beragam layanan, yaitu: (1) jasa pengolahan bahan baku; (2) pelayanan bahan baku keramik siap bentuk; (3) jasa teknologi pembakaran; (4) jasa desain; dan (5) jasa pendidikan dan pelatihan keramik.
Foto oleh Imam Syafii.
Merujuk laman BTIKK, secara umum senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball-clay, kuarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral bawaannya sehingga tergantung pada lingkungan geologi di mana bahan diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-elektron bebas. Kurangnya beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian besar bahan keramik secara kelistrikan bukan merupakan konduktor dan juga menjadi konduktor panas yang jelek. Di samping itu keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. Keramik secara umum mempunyai kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya.
ADVERTISEMENT
BTIKK mengklasifikasikan dua macam keramik: (1) keramik tradisional seperti barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk industri (refractory); dan (2) keramik halus yang dibuat dengan menggunakan oksida-oksida logam (Al2O3, ZrO2, MgO, dan lainnya). Dalam pemaparannya, Kepala BTIKK Hermawan Prasetya menjelaskan tugas dan fungsi BTIKK BPPT yang mencakup: (1) pengelolaan sarana dan prasarana; (2) pelayanan administrasi; (3) rekayasa; (4) konsultasi; (5) fasilitasi; dan (6) pelayanan teknologi.
BTIKK memiliki Trilogi Perekayasaan, yaitu: (1) Seni yang mencakup aspek seni dan budaya, kreatifitas, selera konsumen, dan desain; (2) Teknologi yang meliputi: karakterisasi dan formulasi bahan; pemanfaatan bahan lokal dan limbah; pembentukan glasir dan pembakaran, dan produk keramik untuk berbagai aspek kehidupan; (3) Ekonomi yang mencakup: kelayakan ekonomi; komersialisasi; pendampingan UMKM, dan kajian dampak ekonomi.
ADVERTISEMENT
Ada dua penelitian yang dilakukan BTIKK yang masuk Proyek Riset Nasional (PRN), yaitu: (1) bahan bangunan ramah lingkungan (bata/beton geopolymer); dan (2) keramik seni fotokatalis (benda pajang sebagai penjernih udara). Di samping itu, BTIKK juga melakukan riset lainnya, seperti riset terumbu karang tiruan dari keramik, souvenir BPPT, keramik filter air (pot filter keramik), dan keramik sebagai supporting membrane.
Perekayasaan keramik seni berfotokatalis mencakup: (1) desain keramik seni sebagai keramik hias sebagai host fotokatalis, pajangan dinding, dan pajangan portable/meja (lampu UV); (2) formulasi dan pengujian yang meliputi: karakterisasi bahan di pasaran, pemilihan bahan fotokatalis, preparasi katalis, aplikasi katalis ke keramik seni, pembuatan reaktor, uji aktivasi totokatalis dan uji kinerja (degradasi polutan dan in-aktivasi bakteri); (3) kajian komersialisasi yang meliputi: tekno ekonomi (harga pokok), penghitungan full costing/variable costing, pengukuran kapasitas absorpsi UMKM dan kemampuan memperoleh, mengasimilasikan dan menggunakan pengetahuan baru dari luar organisasi untuk tujuan komersial.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, perkembangan kemajuan pelaksanaan kerja laboratorium perekayasaan keramik seni berfotokatalis telah dilakukan uji performa fotokatalis dari keramik terhadap polutan dengan medium air dan udara.
Selanjutnya untuk PRN perekayasaan bata geopolymer dilakukan melalui: (1) desain bata sebagai paving dan bata geopolymer, modular berlubang, solid persegi panjang; (2) formulasi dan pengujian yang meliputi: pemilihan bahan dan komposisi NaOH dan Na2SiO3, pengujian kinerja bata, uji tekan, uji laju pembakaran, dan uji toksisitas; (3) kajian komersialisasi yang mencakup: tekno-ekonomi (harga pokok), full costing/variable costing, pengukuran kapasitas absorpsi UMKM berupa kemampuan memperoleh, mengasimilasikan dan menggunakan pengetahuan baru dari luar organisasi untuk tujuan komersial. Secara skematik grand design keramik seni 2021-2024 dapat dilihat dalam tabel berikut:
ADVERTISEMENT
Di samping beragam capaian, BTIKK juga menghadapi beberapa permasalahan yang menurut Kepala BTIKK, Hermawan Prasetya meliputi: (1) SDM sudah mulai banyak yang berusia lanjut dan sebentar lagi akan memasuki masa purna tugas (pension); (2) bangunan dan peralatan mulai tua dan berkarat; dan (3) anggaran terbatas. Untuk itu, Hermawan Prasetya mengusulkan untuk adanya revitalisasi dengan peningkatan kesempatan SDM muda untuk mendapat Pendidikan dan pelatihan dan juga perbaikan sarana untuk workshop, asrama/mes, dan ruang pelatihan.
Di samping terkait revitalisasi, Seniman yang sekaligus Perekayasa Utama BTIKK, Totok, menjelaskan bahwa keramik seni memiliki standar yang harus dipenuhi sebelum dapat dipasarkan, baik di pasar lokal maupun internasional. Beberapa pengujian masih harus dilakukan di luar negeri. Salah satu standar adalah tidak adanya kandungan kadmium pada tableware. Untuk itu, Totok berharap BTIKK dapat menjadi pusat pengujian untuk ke depannya sehingga tidak tergantung pengujian di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, Totok menguraikan bahwa harga jual produk hasil penelitian terkadang masih kalah saing dengan produk asing sehingga perlu dilakukan identifikasi terkait dengan keramik-keramik yang belum dikembangkan oleh luar negeri untuk pasar Indonesia, baik untuk kalangan menengah ke bawah maupun menengah ke atas. Perlu dipertajam riset terkait sisi mana yang dapat diisi oleh BTIKK. Pasar kita sangat besar. Perlu strategi pengembangan produk dan strategi pemasaran, termasuk riset untuk target pasar.
Foto oleh Anisa.