Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Saat Arabika Dipadu Robusta: Kopi Timor Satukan Selera Dua Negara
18 Agustus 2018 13:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Taufik RIGO tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“De Gustibus Non Est Disputandum, Selera Bukanlah Sesuatu yang bisa Diperdebatkan”
ADVERTISEMENT
Dengan nada Timor-Belu, yang kental, Pak Franky, pria keturunan Cina Nusa Tenggara Timut yang ramah dan baik, menawarkan saya cita rasa secangkir Kopi Timor, usai upacara penurunan bendera HUT RI ke–73 kemarin sore.
Segera pula saya borong hampir 65 sachet bubuk hitam Kopi Timor tanpa campuran gula. Ini akan saya nikmati bersama kawan mendongeng di kantor nanti.
“Ini kopi seminggu baru kami produksi, Bapak, kami masih campur Arabika dan Robusta-nya, sumber kebunnya pun ada yang dari Timor Lorosae ada juga dari Belu, kitorang belum berani produksi banyak, tapi tolong Bapak bantu promosi sebentar ini ye” Begitu tutur Pak Franky.
Foto: Koleksi pribadi
Kopi Timor bukanlah kopi persilangan, namun campuran dari biji kopi murni Arabika jenis kopi liar organik HBD (Hibrido de Timor) dan biji kopi murni Robusta dari Belu. Komposisi Arabika lebih banyak (+60%) dibandingkan Robusta. Sensasi cita rasa pahit nya masih didominasi Robusta, aroma Arabika pun berasa sayup. Teknik mencampur komposisi tentu perlu ditingkatkan, tapi ini kata penikmat kopi.
ADVERTISEMENT
Sumber perkebunan kopi berasal dari Ermera, Ainaro, Liquiça, pegunungan Maubere sampai ke Laclubar di Distrik Manatuto. Campuran Robusta umumnya dari Belu, Malaka, juga Ngada-Flores. Baik warga Timor Lorosae maupun warga Belu, menikmati seruputan kopi dari tanah mereka. Cita rasa ngopi mereka relatif sama.
Petualang aneka kopi tentu tidak selektif, dan Kopi Timor, jelas menawarkan selera mengopi yang berbeda
Makna di Balik Mengopi di Timor
Obrolan singkat saya dan Pak Franky mengungkap bahwa warga Belu sebenarnya komunitas peminum kopi dibandingkan peminum teh.
Meminum kopi belum jadi tradisi yang dilakukan di warung-warung. Pantas saja, tidak banyak tempat ngopi yang bisa ditemukan di Belu.
Ngopi adalah minuman lelaki di rumah, diseruput saat santai di pekarangan. Mampir ke warung kopi bahkan sambil makan belum dianggap wajar, persepsi umum: di rumah orang ini pasti tidak ada yang masakin dia lauk pauk. Mengopi di kedai kopi, bukan gaya hidup di Timor.
ADVERTISEMENT
Mengopi adalah gaya bersahabat
Begitu cara orang bersahabat di Belu, Ray Belu –tanah sahabat--, anda harus mampir ke rumah sahabat untuk ngobrol ngalor ngidul, sambil menyeruput kopi yang dihidangkan.
Foto: Lelaki Peladang Kopi di NTT -- Courtesy Flickr
Anda bersahabat bukan hanya kepada seseorang, anda juga menyahabati anggota keluarganya. Mengingat makna di balik seruputan Kopi Timor, membuat kita menghargai cita rasa yang ditawarkan dari campuran kedua jenis biji kopi ini.
Saya yakin, penikmat kopi sesungguhnya bertualang dengan cita rasa. Tinggalkan gaya hidup kedai kopi mewah masyarakat urban: stop starbucking ourselves. Datangi tanah sahabat, --Ray Belu, carilah persahabatan dari secangkir kopi yang ditawarkan di kediaman orang Belu.
Sekali lagi, tidak semua kita lakukan dengan cara biasa bukan, we can defy convention. Menyeruput Kopi Timor yang ditawarkan di rumah sahabat di Belu, adalah makna sesungguhnya dari ngopi itu sendiri. Demikian laporan pandangan mata dari Belu 18 Agustus 2018: tapal batas Terdepan NKRIku. Dirgahayu Indonesia......
Foto: Dokumentasi pribadi. Diplomat dalam Pelayanan Masyarakat di Perbatasan. Ki-Ka: Penulis, Baihaqi & Doddy
ADVERTISEMENT