Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tagihan Listrik No More –Kisah Bandara Bertenaga Surya
27 Agustus 2018 9:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Taufik RIGO tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
”Selamat tinggal tagihan listrik, dan raihlah Pembangunan Berkelanjutan yang ramah lingkungan!"
ADVERTISEMENT
Begitu pesan India untuk seluruh dunia, melalui pembangunan bandar udara bertenaga surya pertama, Bandara internasional Kochi, ibu kota Negara Bagian Kerala ”............. Visi yang benar benar revolusioner.
Taman Panel Surya seluas 18 ha ini terletak di belakang hangar terminal kargo. Courtesy Google
Negara bagian paling Selatan di India–Kerala, digadang sebagai surga tropis India. “Negara milik Dewata”, begitu Kerala disebut. Kochi, adalah kota hijau di India. Negara bagian Kerala menjadi negara bagian paling “hijau”, bukan hanya karena hutan tropis namun juga kebijakan berbasis lingkungan hidup baik tingkat negara bagian, kota bahkan desa. Semuanya Pintar: smart state, smart city, bahkan smart village !
Terletak di Barat daya semenanjung Malabar sepanjang 38.853 km2 menghadap Lautan Lakshadweep di Barat, berbatasan dengan Negara Bagian Karnataka di Utara dan Timur laut dan dengan Negara Bagian Tamil Nadu di Timur dan Selatan, status sebagai the greenest State dikukuhkan kepada Negara Bagian Kerala, setelah Bandara internasional Kochi menjadi bandara pertama di dunia yang sepenuhnya digerakkan dengan tenaga surya !
Pemandangan ke arah Terminal-3 dari Cochin International Airport Ltd. (CIAL). Courtesy Google.
ADVERTISEMENT
Karena yang pertama memulai, Bandara Kochi pantas dipuji, walaupun nantinya akan bermunculan lagi bandara lainnya yang menggunakan tenaga surya sebagai sumber pasokan listrik nya. Pepatah tua Arab bilang : Al fadhlu lil Mubtadiy, wa in Ahsanal Muqtadiy / yang pertama memulai pantas Dimuliakan, walaupun penerus yang mengikuti bisa lebih baik……….
Sejak panel tenaga surya di Bandara mulai dipasang Agustus 2016 dan hepeng pembangunan proyek sebesar US$9.5 juta dikucurkan, untuk selama enam bulan berikutnya lahan di belakang hangar dan unit kargo seluas hampir 18 ha itupun disulap menjadi solar park.
Sebelum ekspansi, Bandara Kochi memulai instalasi PLTS untuk parkiran yang menampung 2000 kendaraan melalui instalasi panel surya berkapasitas 5 MW. Sehingga inipun menjadi lokasi parkiran pertama di dunia yang sepenuhnya mengandalkan tenaga matahari sebagai sumber listrik.
ADVERTISEMENT
Saat ini Bandara internasional Kochi –peringkat empat terpadat dalam lalu lintas penumpang di India, < 1000 penerbangan per minggu dan 15 juta penumpang per tahun-- setelah enam tahun operasi PLTS untuk Bandara, tidak lagi perlu membayar tagihan apapun untuk kebutuhan pasokan listrik harian sebesar 50 ribu kilowatt (tagihan listrik harian sebesar US$ 5500), kecuali untuk biaya perawatan panel.
Dengan instalasi kapasitas terpasang sebesar 15 MW tenaga surya, Bandara Kochi menjadi “absolutely power neutra l”, artinya mampu memproduksi listrik seberapapun kebutuhannya. Saat ini, kapasitas produksi sudah over supply dan mulai memasok kebutuhan listrik bagi 10 ribu rumah di sekitaran Bandara bekerjasama dengan KSEB (Kerala State Electricity Board).
Bandara Kochi juga melengkapi platform PLTS dengan SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition) yang memungkinkan pemantauan jarak jauh (remote monitoring) oleh petugas.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 46.150 panel photovoltaic yang dipasang punya modul berkapasitas 265Wp (diproduksi oleh Renesola), dan inverter berkapasitas 1 MW (diproduksi oleh ABB -India). PLTS pertama yang dipasang di atas atap terminal Bandara berkapasitas 1.1 MW dan dibangun oleh Emvee Photovoltaic Power Pvt. Ltd., dengan menggunakan modul 250Wp jenis monocrystalline, dilengkapi juga dengan string inverters berkapasitas 20 kW.
Saat ini rencana peningkatan kapasitas produksi listrik di sekitaran Bandara sudah dicanangkan untuk mencapai 28.8 MW, dan akan rampung dalam dua tahun ke depan.
Pelopor Lingkungan Hidup
Tahukah kita berapa banyak emisi karbon yang dihindarkan dengan pasokan oleh pembangkit tenaga surya di bandara Kochi dibandingkan pasokan berbasis batubara ?
Para ahli menghitung dihindarkannya emisi karbon sebanyak < 300 ribu metrik ton atau setara dengan 3 juta pohon tropis besar, atau berhenti polusi akibat berkendara setara 195 juta km panjang jalan raya.
ADVERTISEMENT
Bandara internasional Kochi juga “menghijaukan” lingkungan secara kreatif : perkebunan organik pun dibangun di antara solar park dan bangunan bandara dengan hasil panen aneka sayur mayur dan buah sebanyak 80 ton per tahun untuk dijual murah kepada karyawan dan pasar lokal setempat. Luar biasa bukan….
Air yang dipakai untuk membersihkan panel surya, dipakai untuk menyirami perkebunan. Kelembaban lahan bandara bisa dipertahankan stabil, dan sekaligus mengusir debu. United Nations Environment Programme (UNEP) baru baru ini berikan penghargaan tertinggi untuk pencapaian lingkungan hidup dan konservasi energi dari pengelolaan listrik tenaga surya dan penghijauan dengan perkebunan itu, yakni Earth Prize .
Fikiran maju berikutnya adalah mengembangkan proyek transportasi air sungai sepanjang 450 km di sekitaran bandara yang menghubungkan bandara ke seluruh tujuan wisata di semua pelosok negara bagian Kerala, untuk pesiar sungai bersih menggunakan perahu yang juga digerakkan oleh tenaga surya !......
ADVERTISEMENT
Apa yang diberikan oleh alam, memang untuk dikembalikan kepada alam : What nature provides, we must give back... Begitu kira kira implementasi dari visi inovatif penggunaan tenaga surya tersebut di India.
Dengan lansekap yang dikelilingi sungai, Otoritas Bandara Kochi bekerjasama dengan Pemda setempat mengkombinasi pasokan tenaga surya dengan tenaga air. Saat ini proyek PLTA 50 MW akan diintegrasikan dengan PLTS yang sudah juga kelebihan produksi listrik.
Keberanian berfikir inovatif yang dipropagasi India itu, membuat banyak negara berencana menyusul dengan proyek yang mirip. Banyak yang menginginkan kerjasama pembangunan proyek tersebut dengan India, dan di Afrika, India sudah menandatangani kontrak pembangunan empat bandara bertenaga surya dengan Ghana.
Dengan musibah banjir terburuk dalam seratus tahun terakhir menghantam Kerala sejak awal Agustus lalu, PLTS mengalami kerusakan yang berarti sehingga ekspansi nya tertunda. Namun demikian, dukungan penuh Pemerintah Federal terhadap PLTS, secara umum harga jugal listrik berbasis tenaga matahari / surya di India, kini 15% lebih murah dari batubara local (KPMG), dan pada tahun 2020 ini menjadi 10% lebih murah atau sekitar 6 sen / kwh.
ADVERTISEMENT
Ini tidak menyurutkan tekad PM. Modi untuk melangkah ke proyek ambisius lainnya, melalui pengembangan PLTS terbesar di dunia, the Pavagada Solar Plant di Selatan Karnataka. PLTS Pavagada, the Shakti Sthala, berkapasitas 2 GW (2000 MW) dan berhasil meyakinkan 2300 petani pemilik 53 km2 lahan untuk penyewaan lahan milik mereka oleh Pemerintah dengan kenaikan berkala sewa secara progresif sebesar 5%. Kapasitas listrik yang dihasilkan mencapai minimal 6 kWh / m2.
Pelopor Tenaga Surya: International Solar Alliance (ISA)
Berbekal pengalaman nyata dalam mempelopori pemanfaatan tenaga surya saat menjadi Chief Minister Negara Bagian Gujarat dengan sukses terbesar membangun tenaga surya berkapasitas lebih dari 900 MW dalam dua tahun memimpin Gujarat, mendorong Perdana Menteri Narendra Modi untuk menjadikan tenaga surya tiang utama bauran energi India di masa depan. Peningkatan kapasitas per tahun tenaga surya India direncanakan mencapai 10 ribu MW.
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri Narendra Modi secara ambisius juga merealisasi pembangunan mega proyek 100 ribu MW tenaga surya sampai dengan 2022 untuk seluruh India. Tentara India juga bangun PLTS berkapasitas 1000 MW guna "mengawal" pasokan listrik dalam pengamanan perbatasan di Utara.
Melangkah lebih besar lagi, PM. Modi bersama Presiden Perancis, baik Hollande maupun Macron, meluncurkan International Solar Alliance (ISA) saat CoP-21 Climate Summit, November 2015 di Paris.
ISA adalah satu satunya badan dunia yang sepenuhnya fokus dalam pemanfaatan tenaga surya untuk wilayah terpencil khususnya dalam sektor pertanian / perkebunan. ISA juga memobilisasi industri untuk mendukung pembangunan proyek PLTS di dunia. 121 negara terletak diantara Tropikal Cancer dan Tropikal Capricorn berpotensi menjadi negara anggota ISA dan berhak memanfaatkan dana abadi (corpus fund) yang digalang sebesar US$ 1 Trilyun dan menerima dana jaminan pembangunan proyek sebesar US$ 1 Milyar, sementara iuran keanggotaan bersifat suka rela.
ADVERTISEMENT
Kerja ISA difokuskan kepada kerjasama untuk pembangunan proyek PLTS. setiap negara anggota dapat ajukan proposal pembangunan tenaga surya di setiap penjuru wilayah termasuk kepulauan terpencil. ISA kemudian mengkaji dan mencarikan solusi praktis dalam realisasi proyek tenaga surya tersebut dengan dukungan penuh kemitraan oleh industri.
Selain itu, ISA juga kembangkan berbagai inovasi antara lain aneka program unggulan seperti “Scaling Solar technology Applications for Agricultural Uses”, disusul dengan “Affordable Finance at Scale”, juga “Scaling Solar Mini Grids” terutama untuk negara kepulauan atau pembangunan grid apung / floating solar park.
Jasa konsultansi model Public Private Partnership untuk proyek pembangkit listrik tenaga surya, dan perkuatan kapasitas hukum nasional juga diberikan oleh ISA kepada negara anggota yang membutuhkan. Bahkan negara anggota dapat "jual" proyek pembangunan PLTS kepada calon investor internasional atas dukungan ISA.
ADVERTISEMENT
Indonesia, walaupun belum jadi negara anggota, telah dibujuk oleh India untuk menggelar program dua tahunan unggulan mereka untuk promosikan potensi tenaga surya melalui KTT EBT internasional dalam platform unggulan: RE-Invest Summit. Lebih hebat lagi, inisiatif percepatan pemanfaatan tenaga surya telah mencapai fase Terrawatt Initiative .
Oleh organisasi internasional lainnya yang telah mengikatkan diri menjadi Partner Organisations dengan ISA, kerja fokus ISA telah memastikan pencapaian food security melalui energy security. Bahkan pencapaian Tujuan Ketujuh dari Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals), dipercepat oleh proyek ISA.
Dari 121 negara potential untuk menjadi pelopor pemanfaatan tenaga surya secara besar besaran, Indonesia yang terletak di sepanjang garis Khatulistiwa dari Timur ke Barat, dan posisi gugus kepulauan tepat di tengah antara Tropikal Cancer dan Tropikal Capricorn, adalah yang paling beruntung karena 300 hari per tahun terpapar oleh sinar matahari secara melimpah nyaris tanpa gangguan teknis yang berarti.
ADVERTISEMENT
Masih perlu keseriusan tekad dan dorongan politis yang sehat untuk mengejar pasokan bauran energi baru terbarukan guna masa depan ketahanan makanan dan ketahanan energi Indonesia.
Dukungan penuh, rekayasa program, kekuatan pendanaan dan arah masa depan International Solar Alliance telah ditunjukkan secara nyata oleh banyak fihak di dunia. Testimonial manfaat menjadi anggota juga melimpah. Menjadi anggota dan memanfaatkan ISA, adalah pilihan cerdas dalam memastikan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Ketujuh (SDGs No. 7) : Affordable and Clean Energy (for All)...
Bagaimana menurut anda.....