Konten dari Pengguna

Di Tengah Pandemi Edukasi Museum Konferensi Asia Afrika Jalan Terus

Teguh Adhi
Halo semua saya Prima
29 Agustus 2020 11:31 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Teguh Adhi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah konferensi internasional yang dilaksanakan di Indonesia berhasil mengubah wajah dunia menjadi lebih berwarna. Sebuah peristiwa yang menjadi keberhasilan diplomasi Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia.
Museum KAA menjadi landmark di jalan paling bersejarah di kota Bandung, yaitu Jalan Asia Afrika. Foto: MKAA
zoom-in-whitePerbesar
Museum KAA menjadi landmark di jalan paling bersejarah di kota Bandung, yaitu Jalan Asia Afrika. Foto: MKAA
Peristiwa tersebut adalah Konferensi Asia Afrika (KAA) yang dilaksanakan di Bandung pada tahun 1955 yang sejarahnya kemudian diabadikan oleh Museum Konferensi Asia Afrika di bawah naungan Kementerian Luar Negeri.
ADVERTISEMENT
Museum di kota Bandung tersebut juga menjadi saksi bisu pelaksanaan KAA 1955. Pasalnya, Gedung Merdeka yang berada di dalam komplek Museum KAA juga digunakan sebagai lokasi pembukaan dan penutupan sidang konferensi internasional pertama bagi bangsa-bangsa kulit berwarna tersebut.
Setiap harinya MKAA disambangi sekitar 1000 – 1200 pengunjung yang berasal dari dalam dan luar negeri. Tidak hanya publik umum, MKAA juga acapkali menerima kedatangan tamu-tamu resmi dari kalangan pejabat pemerintah negara-negara sahabat.
Lokasi Museum yang strategis di tengah Kota Kembang ini juga membuatnya menjadi salah satu tujuan utama wisata Pendidikan dan sejarah. Selain ada di lokasi yang strategis, Museum ini juga GRATIS!.
Sayangnya MKAA secara resmi menghentikan dahulu layanan kunjungan museum sejak 15 Maret lalu dikarenakan COVID-19. Tidak hanya kunjungan museum, perpustakaan yang terletak dalam MKAA pun untuk sementara waktu tidak dapat melayani masyarakat yang ingin mencari referensi-referensi terkait KAA dan isu-isu politik luar negeri lainnya.
ADVERTISEMENT
Namun di tengah imbauan pemerintah agar kita menghindari segala bentuk kerumunan dan area-area publik tertutup, upaya MKAA untuk mengedukasi publik tentang sejarah dan nilai-nilai KAA jalan terus. MKAA melakukannya dengan cara beralih ke teknologi dan kanal media sosial untuk menjangkau masyarakat.
Media sosial menjadi salah satu saluran edukasi museum selama masa pandemik. Foto: Instagram MKAA @asiafricamuseum
Setiap hari Jum’at MKAA melalui Instagram Live mengajak kita semua berkeliling museum secara daring melalui layar gawai cerdas di genggaman tangan. Informasi trivia dan infografis menarik terkait KAA pun rutin dibagikan MKAA melalui cuitan dan postingan. Sementara untuk meningkatkan engagement publik, masyarakat diajak untuk mengikuti kuis yang berhadiah cinderamata khas MKAA.
Instagram Live memberikan kesempatan bagi publik untuk tetap berkunjung ke museum secara daring dan berinteraksi dengan pemandu museum. Foto: dokumentasi pribadi
Selain kanal media sosial, MKAA juga memiliki virtual museum atau museum maya yang dapat diakses melalui laman resmi MKAA yaitu www.asianafricanmuseum.org. Pemanfaatan virtual museum dinilai cukup interaktif dan dan kekinian terutama bagi konstituen MKAA yang didominasi oleh generasi muda.
ADVERTISEMENT
Dengan pengembangan lebih jauh, virtual museum dapat menampilkan lebih banyak informasi yang disajikan secara digital. Kelebihan lain dari virtual museum adalah publik dapat mengunjungi MKAA kapan saja dan di mana saja.
Melalui virtual museum publik juga dapat mengakses informasi tentang KAA secara digital kapan saja di mana saja. Foto: dokumentasi pribadi
Melalui pemanfaatan teknologi, Museum yang telah meraih predikat Zona Integritas Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) tersebut berharap agar masyarakat dapat terus terinspirasi oleh semangat kesetaraan dan kerja sama yang digaungkan oleh KAA. Semangat tersebut sangat relevan pada saat kita semua beradaptasi untuk melanjutkan kehidupan di masa new normal.