Konten dari Pengguna

Stay Waras dengan Komedi

Teguh Imam Wahyudi
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga.
7 Januari 2024 9:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Teguh Imam Wahyudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tertawa karena mendengarkan humor. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tertawa karena mendengarkan humor. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Internet dan media sosial tidak henti-henti menjadi bahan perbincangan bagi siapa saja menggunakannya. Saat ini, semua elemen masyarakat dapat dengan mudah mengakses dan menggunakan media sosial. Mulai dari siswa sekolah, anak balita, tukang ojek, atau penjual cilok di pinggiran jalan sekalipun.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, media sosial dan internet telah menjadi teman terdekat yang tidak mengenal umur dan jabatan. Data terbaru dari Laporan dari We Are Sosial pada Januari 2023, menampilkan jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia telah mencapai 167 juta. Data tersebut setara dengan 60,4% populasi di negara Indonesia. Kemudian, rata-rata orang di Indonesia menghabiskan 3 jam 18 menit setiap harinya untuk berselancar di media sosial. Aktivitas digital masyarakat di dalam negeri memang tergolong tinggi.
Pemikiran public sphere (ruang publik) dari Jurgen Habermas seolah menjadi replika dari internet saat ini. Habermas menilai bahwa public sphere merupakan ruang yang memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk menyuarakan opini/pendapat, kebutuhan, kepentingan secara diskursif.
ADVERTISEMENT
Saat ini, internet dan media sosial telah menjadi ruang publik yang berisi dinamika pengguna internet sebagai bentuk pemanfaatan teknologi. Untuk kebutuhan informasi dan partisipasi sosial. Untuk itu, tidak heran jika saat ini internet menjadi ruang debat, di mana kebebasan berbicara tidak terdistorsi dan informasi mudah sebar luaskan serta diterima dengan bebas tanpa khawatir akan kelompok penguasa.
Saat ini, orang-orang bisa mendiskusikan segala hal melalui debat kritis atau bahkan diskusi jenaka. Keterbukaan yang internet miliki menjadikannya siapa saja boleh terlibat dalam pembentukan ruang publik. Dengan kata lain, internet tidak membatasi siapa saja untuk terlibat tanpa melihat status sosial dan latar belakangnya.
Menariknya, internet yang saat ini menjadi ruang publik tidak hanya berisi diskusi kritis, tetapi juga diskusi ringan nan jenaka. Banyak sekali aktivitas digital yang berseliweran di media sosial atau internet. Aktivitas digital merupakan aktivitas masyarakat sipil terutama dalam konteks berdemokrasi.
ADVERTISEMENT
Walaupun saat ini aktivitas digital yang ada di internet tidak hanya terbatas pada konteks demokrasi saja. Banyak aktivitas digital di ruang publik (internet) yang mengarah pada perubahan sosial, perdamaian, dan gerakan sosial.
Saat ini, aktivitas digital yang lagi hangat di bicarakan adalah ketika komika atau komedian membicarakan tentang fenomena sosial di media sosial. Para komedian ini mendiskusikan tentang fenomena sosial, seperti politik, demokrasi, kehidupan beragama dengan ringan, jenaka, dan kritik satire.
Mereka menyampaikan keresahan, pengalaman, dan pengamatannya dengan penyampaian yang ringan. Akan tetapi, di dalamnya terdapat pesan kritik untuk di negeri ini. Sarana yang digunakan oleh komedian di antaranya: stand-up comedy, kanal Youtube, reels Instagram, dan Tiktok.
Isu dan fenomena seperti politik, sosial budaya, dan ekonomi di bedah berdasarkan data-data akurat, kreatif, dan dibungkus dengan dagelan/banyolan oleh para komedian. Ketika kesedihan, keresahan, dan kemarahan tidak lagi mampu melawan perilaku elite politik, maka senyuman dan humor menjadi senjata pamungkas untuk melawan hal tersebut. Situasi yang terjadi saat ini merupakan sebuah ironi.
ADVERTISEMENT
Ketika negeri yang katanya berdemokrasi justru malah terkesan oligarki. Komedi dan humor menjadi palang pintu terakhir untuk mengekspresikan suasana yang terjadi di negeri ini. Humor seolah menjadi penawar dan meredam tensi konflik serta kekerasan agar ketegangan mengacaukan rakyat.
Media sosial menjadi sarana termudah bagi kita semua untuk menyuarakan keresahan dan kegelisahan dalam kehidupan sehari. Begitu pun juga dengan para komedian/komika. Kehadiran dan suara mereka seolah puncak dari ketidakpuasan dari segala fenomena sosial. Karena humor dan komedi mereka jauh mudah di dengarkan dan bisa meredam kekacauan atas segala realitas sosial yang terjadi selama ini. Komedi adalah cara termudah untuk kita bisa ‘stay waras’ menghadapi keresahan, kegelisahan, dan kekhawatiran yang dihadapi dalam kehidupan sosial.
ADVERTISEMENT