Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Dedikasi Djaduk Ferianto dan Keluarga Terhadap Seni Hingga Akhir Hayat
14 November 2019 12:10 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
ADVERTISEMENT
Meninggalnya seniman musik Djaduk Ferianto menjadi luka mendalam bagi dunia seni Indonesia. Tepat pada Rabu (13/10) dini hari, Djaduk Ferianto mengembuskan nafas terakhirnya di usia 55 tahun karena serangan jantung. Ia meninggalkan istri dan lima anaknya.
ADVERTISEMENT
Jasad Djaduk dikebumikan di makam keluarga Sembungan, Kasihan, Bantul. Sebelumnya, ia diantarkan oleh sang istri, keluarga dan rombongan pelayat dari tempat persemayaman di Padepokan Seni Bagong Kussudiardjo.
Berbagai ucapan bela sungkawa disampaikan dari berbagai kalangan. Karangan bunga ucapan 'Turut berduka cita' pun berjejer di halaman padepokan, di antaranya ucapan bela sungkawa dari presiden Indonesia Jokowi.
Semasa hidupnya pria bernama lengkap Gregorius Djaduk Ferianto ini, dikenal sebagai aktor dan seniman musik Indonesia. Berbagai film yang diperankannya sukses dan terkenal pada masanya, salah satu diantaranya adalah 'Petualangan Sherina'.
Djaduk lahir dari keluarga pecinta seni. Sang Ayah, Bagong Kussudiardjo, merupakan maestro tari dan seorang pelukis minyak ternama di Indonesia. Bahkan, saking berjasanya di bidang seni Indonesia, ayah Djaduk dijuluki sebagai 'Bapak Seni Jawa'. Kiprahnya juga pernah diilustrasikan dan dicatat dalam doodle di laman utama Google Indonesia sebagai peringatan ulang tahunnya ke-89.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, sedari kecil Djaduk sudah akrab dengan dunia seni. Ia ikut aktif mengikuti kegiatan di Padepokan Seni Bagong Kussuduardjo. Bakatnya pun mengalir dengan baik, ia menjalani hari-harinya sebagai seorang murid di sana hingga berkembang menjadi seorang pembina.
Di antara tujuh saudara kandungnya hanya ia, Butet Kertaredjasa dan Otok Bima Sidharta yang mengikuti jejak sang ayah menjadi seniman. Seperti yang kita ketahui, Butet Kertaredjasa merupakan pemain teater sekaligus pelawak yang sering muncul di televisi, sedangkan Otok adalah pemain gamelan sekaligus pelukis ternama.
Djaduk sendiri, sibuk di dunia musik bersama kelompok musik Kua Etnika yang menggarap lagu-lagu daerah menjadi lebih beragam. Lalu ia juga aktif dalam grup musik humor Orkes Sinten Remen yang berfokus pada musik keroncong dengan lirik-lirik yang relevan dan kekinian. Ditambah juga dengan sentuhan teatrikal yang khas.
ADVERTISEMENT
Djaduk juga aktif di Teater Gandrik yang berhasil membawa namanya untuk memerankan peran-peran di beberapa film yang dilakoninya. Dia juga menyutradarai beberapa pertunjukan teater dan menggarap ilustrasi musik untuk sinetron, film, iklan, dan lain sebagainya.
Perjalanan Djaduk di dunia seni, ia pertahankan sampai beberapa akhir hayatnya. Ia memegang pesan ayahnya, Bagong Kussudiardja, untuk dapat menjaga dan melestarikan padepokan yang telah ia bangun. Bahkan pada malam hari sebelum ia meninggal, Djaduk masih rapat mengurus pentas Ngayogjazz 2019 yang akan dilaksanakan akhir pekan nanti.
Ngayogjazz merupakan acara musik tahunan yang diadakan oleh Djaduk dan kawan-kawa di Yogyakarta. Acara ini sudah terselenggara sejak tahun 2007 dan melibatkan berbagai musisi, komunitas dan seniman muda. Pada tahun ini Ngayogjaz akan diselenggarakan 16 november 2019 di Padukuhan Kwagon, desa Sidorejo, Yogyakarta***