Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
KELAS Teman kumparan: Suka Duka Jadi Blogger
25 Agustus 2020 17:29 WIB
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagaimana rasanya menjadi blogger? Perkembangan digital yang begitu pesat kini menjadikan blogger sebagai salah satu pekerjaan yang menjanjikan. Jika dulu kegiatan nge-blog hanya dilakukan karena hobi, maka sekarang ini banyak orang-orang yang berlomba menjadi blogger karena keuntungan yang menggiurkan.
ADVERTISEMENT
Namun, ketika kita menekuni suatu pekerjaan, pasti selalu diiringi dengan plus dan minus dari pekerjaan itu sendiri. Ada kalanya menjadi blogger terasa menyenangkan, tetapi ada pula hambatan dan tantangan yang juga harus dihadapi.
Bersama Annisa Budiarti, Beauty sekaligus Travel Blogger, teman kumparan di Grup Telegram telah mendiskusikan bagaimana suka dan duka menjadi seorang blogger. Lewat #IchaMauCerita, perempuan yang kerap disapa Icha ini biasanya membagikan tulisannya seputar kecantikan ataupun travel di Instagram maupun blog pribadinya.
Icha mengakui awalnya memulai blogging karena ia senang sharing kepada orang lain, terutama mengenai beauty dan traveling.
"Disatu sisi happy rasanya karena kerjanya nggak kerasa kerja, namun di sisi lain juga penuh perjuangan untuk menjalaninya," ujar Icha mengawali KELAS.
ADVERTISEMENT
Dalam menjalani profesi blogger, menurutnya diperlukan kesabaran yang tinggi untuk bertemu banyak orang baru dan menyesuaikan diri di setiap lingkungan pekerjaan. Selain itu, juga harus tetap profesional saat menghadapi tantangan dari brand yang kerap mengubah brief secara mendadak.
Di KELAS, Icha menjelaskan tantangan yang harus ia alami sebagai seorang blogger, di antaranya:
Sedangkan untuk sukanya, Icha menyebutkan hal-hal di bawah ini:
ADVERTISEMENT
"Buat wanita yang suka skin care dan make up pasti paham kan rasanya nggak sabar nyobain produk baru launching," ujar Icha.
Icha bersama teman kumparan pun telah melakukan tanya jawab di Grup Telegram Teman kumparan. Penasaran seperti apa keseruannya? Simak rangkuman di bawah ini, ya!
Tanya: Dukanya jadi beauty blogger apa? Kalau produknya nggak cocok di kulit, bagaimana reaksi Kak Annisa? Tetap di up tapi yang bagus aja atau konsultasi dulu sama brandnya?
ADVERTISEMENT
Jawab: Untuk dukanya seperti yang sudah aku jelaskan sebelumnya, yaa. Terutama untuk komen netizen sedap. Tapi dari situ juga aku belajar lebih baik lagi dan nggak biarin komennya jadi efek negatif di aku.
Kemudian juga jam kerjanya tidak 9 to 5 jadi terkadang libur juga kerja bahkan lagi liburan pun kerja.
Nah, sekalian mau jelasin nih untuk terima kerjasama produk nggak semudah itu aku terima. Jadi aku punya term and condition sendiri akan produk yang mau aku review. Istilahnya disortir dulu produk yang mau aku masukin blog. Sehingga review-nya lebih akurat.
Seperti misalnya saat di tawarkan oleh brand, aku akan kasih term and condition dulu, superti produknya harus cruelty free atau against animal testing. Kemudian no silicone (untuk produk yang mengandung silikon kebetulan aku nggak cocok, makanya Aku masukin di term and condition aku).
ADVERTISEMENT
Jangan lupa kalau kita alergi kandungan tertentu di-mention di term and condition. Karena itu tidak semua produk kosmetik juga bisa aku terima dan masuk review-nya ke Blogspot budiartiannisa.com .
Sortir produk ini penting untuk membuat review produk kalian makin dipercaya audience. Karena jika semua produk masuk review pasti audience akan bertanya yang mana sih yang sebenarnya bagus?
Kemudian sebagai Beauty Blogger juga sudah jadi tugas kita untuk mempelajari ingredients-nya dan efeknya di kulit. Jadi misalkan mengalami purging atau jadi over sebum wajahnya, nah disitu kita bisa infokan ke audience dan juga diskusi dengan brand itu harus biar produk review yang disampaikan lebih jelas.
Tanya: Bagaimanakah mengembangkan konten agar mendapatkan insight tinggi dari pembaca? Serta apa sajakah yang membuat kakak terus konsisten agar tetap membuat konten?
ADVERTISEMENT
Jawab: Untuk mengembangkan konten biar insightnya tinggi, konten yang kamu buat harus relate sama kondisi saat ini, namun tetap disesuaikan dengan konsep konten kamu.
Misalnya yang relate saat ini Covid-19 dan saya bahas skincare. Saya buat konten tentang kondisi kulit saat pandemi ini yang karena #dirumahaja jadi jauh lebih kering.
Kemudian yang relate ke traveling buat konten tentang kriteria tujuan yang aman bila ingin staycation saat pandemi. Atau barang yang wajib dibawa kemana-mana saat pandemic Covid 19 ini terjadi.
Semakin relate dengan situasi, maka engagement-nya akan semakin tinggi. Tapi tetap harus kreatif cara membahasnya. Dan jangan takut untuk eksplor ide baru.
Kalau untuk konsisten saat membuat konten kembali lagi ingat tujuan awal kenapa mau jadi blogger. Di sini dibutuhkan passion yang kuat agar tetap konsisten.
ADVERTISEMENT
Jadi saat jatuh atau terima bad comment ya aku jadiin pijakan buat bangkit lagi. Terkadang bad comment itu bisa jadi ide untuk konten menarik, loh. Karena inspirasi bisa datang dari manapun.
Tanya: Untuk pengembangan kontennya apa ada tim yang handle atau di-handle sendiri? Lalu gimana sih caranya ngembangin konsep konsep Kak Icha supaya nggak monoton dan brand tetap mau ngelirik?
Jawab: Pengembangan konten aku handle sendiri. Karena aku mau pure dari aku. Untuk ide pengembangan konten biasanya sharing sesama konten creator dan setiap hari aku jadwalin buat nonton konten, bisa youtube atau Instagram untuk cari ide-ide baru.
Untuk konsep semakin ke sini justru aku semakin spesifik. Jadi lebih angkat konsep ke Natural Beauty karena lebih sesuai dengan pribadi aku. Selain itu, aku juga mau ajak para perempuan untuk lebih rajin merawat diri sehingga nyaman tampil dengan makeup atau tanpa makeup.
ADVERTISEMENT
Semakin spesifik konsep kontennya, maka brand yang approach juga jadi semakin sesuai dengan konten akunya. That's why kenapa aku lebih banyak di-approach skincare yang cruelty free dan konsep brand yang angkat natural beauty.
Brand lebih senang untuk approach yang konten yang pas dengan konsep mereka. Karena itu kita harus punya spesifik konten dan ciri khas biar eye catching sama brand.
Tanya: Hai Kak Annisa, Apa yang membuat kakak memilih profesi sebagai beauty blogger? Biasanya apa-apa saja yang perlu kita pelajari sebelum menerima kerjasama dengan brand?
Jawab: Kenapa aku mau jadi Beauty Blogger, alasannya seperti yang aku mention di awal perkenalan karena aku emang suka banget sama beauty product. Kayaknya kalau abis cobain produknya otomatis mau cerita dan share ke orang.
ADVERTISEMENT
Yang harus dipelajari cukup banyak:
Khusus untuk how to make beauty review pernah aku share di Microblog Instagram aku berikut ini, ya.
Tanya: Berapa lama waktu yang kakak butuhkan untuk review 1 produk? Apakah produk-produk skincare tersebut benar-benar dipakai dulu dan dirasakan efeknya buat kulit kakak?
Jawab: Untuk skincare review waktunya lebih lama dibandingkan dengan makeup product. Karena kandungan aktif skin care itu punya waktu kerjanya masing-masing. Ada yang 2 minggu dan ada yang sebulan baru bereaksi di kulit.
ADVERTISEMENT
Nah, saat diminta review, apa lagi kalau diminta first impression, aku pasti gunakan produk itu setelah 2 minggu, lalu baru aku review. Kalau untuk in-depth review minimal setelah sebulan penggunaan.
Tanya: Ada pengalaman nggak sih pas lagi kerjasama dengan brand, produk tersebut klaimnya bagus, tapi di kakak nggak cocok banget, terus gimana kakak menyikapinya?
Jawab: Nahh ini dia PR tersulit dari beauty blogger. Jadi yang kita infokan saat review itu bukan hanya cocok dan tidak cocok di kulit kita. Namun kita juga harus cari tau produk yang kita gunakan ini bagusnya untuk tipe kulit apa dan problematika seperti apa.
Kebetulan kalau yang pernah terjadi di aku adalah waktu me-review salah satu moisturizer yang memang ditujukan untuk kulit very dry skin. Berhubung kulit aku cenderung berminyak jadi sudah pasti nggak pas untuk aku. Nah aku infokan kalau produk ini cocok untuk di kulit yang sangat kering bukan yang cenderung oily seperti aku, begitu.
ADVERTISEMENT
Tanya: Kalau nggak cocok di wajah, apa yang kakak lakukan ke brand untuk report, misalnya?
Jawab: Pastinya aku dari awal terima produk memang selalu diskusi mengenai produknya dan ingredients-nya. Bahkan misalnya wajah aku perih saat penggunaan Vitamin C pun aku tanya ke mereka, dan malah mendapat jawaban kalau ternyata aku penggunaannya terlalu banyak karena cukup setetes saja ternyata dosisnya.
Lebih baik discuss segala sesuatunya dengan brand mereka bakal open minded untuk solusi dan jawabannya jadi jangan takut bertanya, ya.
(sif)
====================
KELAS merupakan diskusi dan tanya-jawab online yang diadakan di grup teman kumparan. Di KELAS, kamu bisa berdiskusi dengan para pakar di bidangnya secara gratis. Yuk, gabung ke grup teman kumparan di Telegram melalui kum.pr/teletemankumkum . Jangan lewatkan keseruannya, ya!
ADVERTISEMENT