Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
kumparanTALK: Atasi Bosan WFH ala Introvert dan Extrovert
1 April 2020 14:23 WIB
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak dari kita yang sudah menerapkan bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH). Tentunya, WFH memberikan suasana yang berbeda bagi para pekerja. Mulai dari work station yang menyesuaikan dengan kondisi di rumah, hingga tak bisa bertemu dan mengobrol dengan kolega. Tak hanya itu, rutinitas sehari-hari sebelum pergi ke kantor juga sirna begitu saja.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini memberikan tekanan tersendiri bagi kita, terutama jika kamu seorang extrovert. Kebosanan kerap melanda karena interaksi yang berkurang. Lama kelamaan, kamu bisa merasa jenuh dan menjadi tidak maksimal saat bekerja. Bagi introvert, bisa saja kamu menghadapi masalah saat menemukan hambatan pekerjaan karena koordinasi yang kurang efektif saat WFH. Untuk itu, kita memerlukan cara-cara untuk mengatasi permasalahan tersebut selama pandemi masih berlanjut.
Bersama Ega Alfath, Psikolog Klinis di Tiga Generasi, teman kumparan berdiskusi tentang cara-cara mengatasi bosan saat WFH. Penasaran seperti apa keseruannya? Simak rangkuman kumparanTALK di bawah ini.
Tanya: aku ESFJ nih, apa saja tips mengatasi kejenuhan WFH yang menjadi lebih sibuk dari WFO ya, kak?
Jawab: ESFJ salah satu yang paling merasa berat ya dengan adanya WFH. Mereka suka kegiatan ngobrol santai, beramah tamah dengan orang lain, dan sangat helpful orangnya. Kebosanan itu biasanya bisa muncul karena beberapa hal, salah satunya karena melakukan pekerjaan yang sama dalam waktu lama (dan pekerjaan itu tidak sesuai dengan passion/karakter diri kita), sehingga memunculkan kelelahan psikologis atau karena pekerjaan tersebut menyebabkan adanya kelelahan fisik.
ADVERTISEMENT
Jika jawabannya karena kelelahan fisik, maka atur load pekerjaan dan selipkan waktu istirahat lebih banyak. Tapi jika kebosanan karena adanya kelelahan psikologis, coba dicek kembali rutinitas apa yang tidak membuatmu nyaman dan mana rutinitas yang membuatmu nyaman. seimbangkan keduanya sesuai dengan kadar kebutuhanmu.
Dalam menjalani WFH, perlu banget SOP yang jelas dan dipahami oleh semua anggota ya. karena sangat mungkin terjadi delay coordination, atau eh kebablasan kerja (buat kita sendiri). Jadi, perlu juga kita membuat SOP WFH untuk diri kita sendiri. Kapan harus lanjut, kapan harus istirahat, kapan harus koordinasi santai. Karena kalau gak ada SOP diri, nggak tegas, yang ada akan dipangkas kebutuhan kita.
Kamu juga bisa berdiskusi dengan orang terdekat kamu jika ternyata ada 'masalah internal' yang memicu peningkatan rutinitas diri kamu selama WFH.
ADVERTISEMENT
Tanya: Aku jadi parnoan gitu tentang apa-apa yang menyangkut COVID-19 dan belum tau cara mengatasinya. Parnonya itu terkadang sampai menangis. Gimana ya kak cara mengatasi ini?
Jawab: Merasa cemas di periode pandemik seperti sekarang itu hal yang wajar kok. Bahkan kita perlu banget merasa cemas. Jadi, lebih cemas boleh, yang nggak boleh adalah cemas berlebih-lebihan (terus jadi mengganggu fungsi harian diri kita).
Jika kamu merasa cemas (sampai menangis malam-malam), apakah itu menjadi hal yang mengganggu fungsi diri kamu? Jika tidak, kita anggap itu cara diri kamu ‘menstabilkan diri’. Sebenarnya menangis bukan hal buruk kok. Selama kita melakukan di waktu dan situasi yang sesuai, menangis itu akan seperti painkiller bagi diri. Berkah buat umat manusia untuk membantu dirinya mereduksi rasa sakit yang dirasakannya. Nah, kalau menurutmu aktivitas menangis ini sudah mengganggu fungsi diri laras yang lainnya, maka disarankan untuk mendiskusikan apa yang membuat parno sehingga membuat kamu menangis.
ADVERTISEMENT
Kamu juga bisa berdiskusi ke orang dekat yang dipercaya. Berdiskusi dengan orang yang tepat, bukan hanya me-realease emosi negatif kita tapi juga dapat membuka perspektif kita lebih lebar tentang ketakutan kita.
Memang ini periode yang tidak mudah diatasi oleh siapapun. Orang yang kuat secara mental pun bisa menjadi rentan mentalnya di periode saat ini. jadi jangan takut ‘berbeda’ karena merasa cemas. Ada psikolog klinis di USA yang bilang, ‘being abnormal in this situation is normal’, begitu katanya. Maka penting untuk lebih terbuka berdiskusi tentang hambatan diri dalam situasi seperti sekarang.
Tanya: Bagaimana caranya menghindari kecanduan sosial media selama WFH ini?
Jawab: Memang terkesan dilematis ya, gadget dan media sosial menjadi hal kita untuk dapat memenuhi kebutuhan/tugas kita saat ini atau bahkan membantu kita ‘menjadi tetap waras’ di periode saat ini. Apalagi di medsos banyak juga informasi yang menghibur yang dibutuhkan oleh kita saat ini ya.
ADVERTISEMENT
Artinya kedekatan kita kalau kebablasan jadi kecanduan yaa. Pertama-tama, kita perlu tahu bedanya ‘dekat’ dan ‘kecanduan’ (sebelum men-judge diri kita yang macam-macam ya). Apa sih tanda kita sudah kecanduan atau belum? Tanda utamanya adalah jika ketika kita tidak dapat mengakses media sosial maka akan muncul rasa tidak nyaman yang teramat sangat, yang membuat kita HARUS mengaksesnya sehingga rasa tidak nyaman ini berkurang. Kalau bahasa ngetrendnya sih ‘sakaw’. Rasa tidak nyaman bisa juga dibarengi dengan gejala fisik yang tidak nyaman.
Kalau sudah ada ketidaknyamanan seperti ini, bisa jadi sudah ada indikasi kecanduan. Apalagi ketika kita tidak bisa berpikir rasional tentang apa yang kita pilih. Misalnya, mengorbankan apapun untuk dapat mengakses gadget atau medsos.
ADVERTISEMENT
Tanya: Mbak, aku seringkali stuck sama kerjaanku. Karena WFH, aku jadi nggak bisa menyampaikan secara langsung ke kolega, sharing santai gitu misalnya. Solusinya apa ya mbak? Aku rasa meeting daring dan segala yang dilakukan sekarang ini kurang efektif gitu.
Jawab: memang tidak semua orang cocok dengan metode komunikasi secara virtual ya. Ada pesan-pesan yang mungkin tersampaikan tidak pas seperti yang diharapkan. Ditambah situasi ‘yang bukan kantor’ juga bisa saja mengurangi kenyamanan diri kita dan konsentrasi.
Jika ada yang mengalaminya juga, jangan-jangan SOP WFH nya belum dipahami oleh para anggota. Tapi jika SOP WFH sudah ada, sebaiknya sampaikan hambatan ini dengan rekan kerja, bagian apa dari komunikasi yang bisa diperbaiki. Setidaknya agar bisa bertahan selama pandemik ini belum surut. Penting untuk perusahaan membuat SOP internal divisi dan antar divisi. Walaupun memang komunikasi virtual tidak bisa menjadi primary method. Hanya saja di periode sekarang, memang kita perlu memperbesar toleransi kita terhadap ketidaksempurnaan kerja.
ADVERTISEMENT
Tanya: Sore mbak, saya IRT yang sehari2nya berkegiatan/bekerja di rumah saja. Saya lebih mengalami kecemasan terhadap virus ini. Sedikit-sedikit cuci tangan pakai sabun. Bagaimana ya caranya mengatasi kecemasan ini mbak?
Jawab: Luar biasa ya kesigapannya untuk menjaga kebersihan diri dan anggota keluarga. Saya salut. Tidak semua orang bisa sekonsisten ini dalam menjaga kebersihan. Sejujurnya, dalam situasi seperti ini menjadi lebih cemas dan melakukan aksi yang lebih bukan hal yang salah. Namun, supaya energi kita tidak habis benar, perlu juga membuat batasan atau aturan kebersihan. Misalnya, kapan perlu bebersih, kapan tidak. Akan lebih baik jika aturan kebersihan disampaikan bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya, ayah dan anak-anak. supaya sepakat dan seirama. Saat ada yang melenceng dari aturan, sangat boleh untuk selalu mengingatkan.
ADVERTISEMENT
Tanya: Pola komunikasi saat WFH jadi tidak efektif. Misalnya, pekerjaan harus selesai saat itu juga. Padahal kalau di kantor nggak seperti itu. Menurut Mbak Ega gimana cara mengatasi hal-hal kayak gini selama WFH? Supaya komunikasi lancar dan aku nggak dicurigain leha-leha kalo kerjaan emang belum beres tepat waktu.
Jawab: Seperti rekan kerjamu juga stres dengan tuntutan WFH ya. Makanya dia memperketat deadline. Sebenarnya, mengungkapkan ketidaknyamanan tidak selalu menyulut konflik ya. Boleh banget kok secara asertif menyampaikan ketidaknyamanan yang dirasakan. Jika rekan kerja ini sudah cukup dekat, kamu bisa menyampaikannya langsung. Tapi jika tidak terlalu dekat, bisa dimulai dengan prolog, bertanya ke personal rekan kerja. Memang perlu menyingkirkan kekesalan diri sejenak supaya bisa mengetahui apa yang membuat dia menjadi begitu 'sadis' hehe.
ADVERTISEMENT
Ada pepatah yang bilang, untuk menang dalam perang melawan musuh kita (orang yang membuat kita kesal), maka mulailah dengan menjadi temannya. Dengan begitu, kita akan tahu alasan dia melakukan hal tersebut. Next-nya, coba ajak diskusi untuk menyepakati alur deadline pekerjaan.
Tanya: Tolong kasih tipsnya dong untuk mengatasi ketegangan/kecemasan terhadap psikologi kita karena dampak COVID-19. Soalnya kemarin saya merasa agak tegang & cemas karena efek liat berita terkait corona.
Jawab: Merasa cemas adalah hal yang wajar, bahkan perlu dirasakan di masa pandemik ini. agar kita lebih waspada. kalau gak punya rasa cemas, wah bisa-bisa seenaknya dan gak peduli bawaannya.
Dari segitiga Biopsikososial, maka yang perlu dilakukan untuk mengelola ketegangan dan cemas adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Bio - jaga kesehatan diri, jaga kebersihan, minum vitamin, makan makanan yang bergizi, jaga pola makan dan tidur, dan konsultasikan masalah fisik kepada dokter (jika ada).
Psikologi - terima bahwa cemas memang diperlukan, kenali bahwa ini umum terjadi, kenali makna dari situasi ini, jaga kegiatan yang tetap menginduksi energi positif diri, dan jangan terlalu serius (selipkan humor kalau ketegangan sudah meninggi).
Sosial - batasi paparan informasi, pilih yang edukatif saja. Perbanyak diskusi dengan orang-orang yang berpikiran terbuka, optimis, dan solutif.
Tanya: Bagaimana ya caranya mengurangi beban kerja dan mengatur flow kerja pada saat WFH berlangsung? Karena kok saya ngerasanya selama WFH ini malah nambah kerjaan dan lebih 'termonitor' karena apa-apa di-report. hal tersebut juga bikin pressure tersendiri mbak.
ADVERTISEMENT
Jawab: jika memang sudah tidak bisa ditolerir load kerja yang bertambah, sebaiknya diskusikan dengan pemberi kerja hambatannya. Karena dalam kondisi virtual, tanpa dijelaskan, hambatan tidak bisa dikenali oleh orang lain. Kamu juga bisa berdiskusi dengan rekan kerja lain tentang hambatan WFH. Jika dia mempunyai hambatan yang sama, maka SOP WFH nya perlu diperbaiki. Agar lebih efektif, walaupun demikian memang WFH bukan kondisi ideal yang dapat dilakukan terus menerus ya dalam pekerjaan. Hopefully walaupun ada rintangannya, masih tetap bisa dijalani. Jangan lupa untuk memberikan selipan 'penurun ketegangan' saat bekerja. Misalnya mendengarkan musik, sejenak stretching, membaca meme lucu supaya ventilasi emosinya tetap ada.
Sebelum menutup sesi kumparanTALK, Ega memberikan pesan kepada teman kumparan.
ADVERTISEMENT
"Nggak apa-apa kok cemas. Kita perlu cemas di situasi saat ini. Tak apa juga sedikit lebih tidak nyaman di situasi saat ini, sangat bisa dipahami. Kita hanya perlu bertahan sejenak, hari demi hari, sampai cobaan ini berakhir. Mari sama-sama kita membantu diri kita dan sekitar kita untuk 'tetap waras'. Selamat berjuang semuanya. Kita pasti masing-masing sedang berjuang di periode yang tidak mudah ini."
Teman kumparan Bisnis masih akan berdiskusi dengan narasumber menarik lainnya loh.
Tertarik ikuti keseruan bersama Teman kumparan Bisnis? Yuk, ikuti keseruannya dengan gabung ke Grup WhatsApp Teman kumparan Bisnis .