Konten dari Pengguna

Film Live To Lead Greta Thunberg dan Masa Depan Bumi di Tangan Anak Muda

Muhammad Thaufan Arifuddin
Pengamat Media dan Politik. Penggiat Kajian Filsafat, Mistisisme Timur dan Cultural Studies. Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
30 Oktober 2023 19:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Thaufan Arifuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Greta Thunberg berjuang untuk membangkitkan kesadaran kita semua terutama generasi muda untuk menjaga bumi ini. Foto: https://www.pexels.com/
zoom-in-whitePerbesar
Greta Thunberg berjuang untuk membangkitkan kesadaran kita semua terutama generasi muda untuk menjaga bumi ini. Foto: https://www.pexels.com/
ADVERTISEMENT
Film dokumenter yang rilis tahun 2022 di platform Netflix ini memperlihatkan sosok Greta Thunberg yang memukau dunia. Ia seolah awalnya sendiri, lalu perlahan menjadi kiblat remaja-remaja pecinta lingkungan di seluruh dunia. Ia pun menjadi pembicara di berbagai forum internasional mewakili anak muda seluruh dunia. Ia simbol pejuang lingkungan.
ADVERTISEMENT
Greta Thunberg membawa pesan yang kuat bahwa dunia kita tidak baik-baik saja. Dunia kita sedang sekarat karena ulah manusia dan Sistem Kapitalisme yang eksploitatif dan secara masif menciptakan pemanasan global dan perubahan iklim. Dunia harus kita jaga, "Save the Planet."
Pemanasan global menjelaskan fenomena meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, Bumi, dan lautan. Sedangkan perubahan iklim menggambarkan perubahan signifikan pada iklim seperti suhu udara atau curah hujan terutama dalam kurun waktu 30 tahun ini. Perubahan iklim merupakan proyeksi kelanjutan dari pemanasan global yang diperjuangkan oleh Greta Thunberg.
Dengan kata lain, pemanasan global menjadi faktor penyebab perubahan iklim hari ini. Greta Thunberg berjuang membangkitkan kesadaran semua pihak terutama generasi muda agar berusaha menjaga bumi ini.
ADVERTISEMENT
Pemanasan global disebabkan oleh produksi gas rumah kaca (GRK) yang notabenenya adalah produk peradaban manusia. Jumlah emisi Gas Karbon Dioksida (Co2) di Indonesia saja sekitar 800 juta ton. Anda bisa bayangkan total emisi karbon seluruh dunia.
Emisi Gas Karbon Dioksida (Co2) hari ini diproduksi oleh pembangkit listrik tenaga fosil yang menggunakan minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Tenaga fosil ini mengandung karbon yang terlepas saat bahan bakar digunakan melalui pembakaran.
Pembakaran lahan dan hutan dapat menciptakan emisi karbon dan selanjutnya memicu pemanasan global dan perubahan iklim. Foto: https://www.pexels.com/
Emisi Gas Karbon Dioksida (Co2) juga diciptakan oleh kendaraan bermotor berbasis tenaga fosil yaitu bensin dan solar. Karbon dalam bensin dan solar dibakar untuk menyalakan mesin kendaraan.
Dalam pembakaran tersebut, karbon yang terkandung di dalam bensin dan solar diemisikan dalam bentuk gas karbon dioksida. Kemudian gas diemisikan melalui knalpot kendaraan.
ADVERTISEMENT
Emisi Gas Karbon Dioksida (Co2) juga diakibatkan oleh pembakaran hutan. Tumbuhan, hewan, dan sisa organisme dalam hutan mengandung karbon. Ketika hutan terbakar, karbon dalam tubuh dilepaskan ke dalam bentuk karbon dioksida.
Emisi Gas Karbon Dioksida (Co2) juga dapat dihasilkan oleh pembakaran sampah di mana sekitar 40 hingga 50 persen sampah terdiri dari massa karbon. Dengan kata lain, sebagian besar sampah akan berubah menjadi gas karbon dioksida saat dibakar.
Emisi Gas Karbon Dioksida (Co2) juga diproduksi oleh kegiatan industri di mana sebagian besar industri pasti menggunakan bahan bakar fosil sebagai tenaga sehingga menghasilkan gas karbon dioksida sebagai emisi. Proses kimia dalam industri juga menghasilkan emisi karbon.
Greta Thunberg menjadi tokoh muda global hari ini karena pengaruhnya di kalangan remaja pecinta lingkungan di seluruh dunia hari ini. Foto: https://www.istockphoto.com/
Catatan yang sangat penting diperhatikan bahwa dalam satu abad terakhir suhu permukaan global telah meningkat antara 0,74-0,180 derajat celsius.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, suhu rata-rata udara di permukaan tanah di Indonesia, mengalami peningkatan sebesar 0,50 derajat celsius. Pemanasan global dan perubahan iklim akan semakin meningkat ke depan. Indonesia diproyeksikan meningkat 0,8 hingga 1,00C antara tahun 2020 hingga 2050 (Bappnenas, 2022).
Bahkan jika mengacu kepada Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang dibentuk PBB, suhu permukaan global akan mengalami peningkatan antara 1,1 hingga 6,4 derajat selama abad ke dua puluh satu.
Pada bulan Januari 2023, European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF) juga menyatakan bahwa pemanasan global diperkirakan mencapai 1,21oC.
IPCC menyimpulkan bahwa pemanasan global yang terjadi sejak pertengahan abad ke-20 hingga kini sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat kegiatan manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan.
ADVERTISEMENT
Dampaknya akan sangat dirasakan oleh manusia dan lingkungan hidup seperti tidak stabilnya iklim, meningkatnya permukaan air laut, gangguan ekologis, rusaknya infrastruktur, dan lain-lain. Masing-masing dampak tersebut pun mendatangkan berbagai dampak susulan lainnya di sektor ekonomi, ekologi, kesehatan, hingga sosial dan politik.
Gerakan dan kampanye menjaga bumi ini semakin populer di seluruh dunia karena pengaruh Greta Thuberg. Foto: https://www.istockphoto.com/
Alhasil, di titik inilah letak pentingnya film tentang tokoh muda seperti Greta Thunberg untuk menyelamatkan kita semua. Anda bayangkan jika anak-anak muda bersuara lantang tentang pemanasan global dan perubahan iklim seperti Greta Thunberg, maka dunia akan lebih hati-hati.
Dan, juga tentu saja jauh dari upaya-upaya korup dan tak bertanggung jawab baik yang dilakukan oleh individu maupun perusahaan-perusahan skala industri besar. Film dokumenter ini layak disaksikan.