Konten dari Pengguna

Mengenang Kelahiran May Day, Hari Kaum Pekerja Tertindas Di Seluruh Dunia

Muhammad Thaufan Arifuddin
Pengamat Media dan Politik. Penggiat Kajian Filsafat, Mistisisme Timur dan Cultural Studies. Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
1 Mei 2024 8:45 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Thaufan Arifuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap tahun kita merayakan Hari Buruh yang jatuh pada tangga 1 Mei termasuk di Indonesia. Hari Buruh yang dirayakan oleh pekerja di seluruh dunia sesungguhnya hasil dari perjuangan kaum buruh di Amerika Serikat yang berjuang untuk jam kerja yang lebih pendek. Tetapi, Amerika Serikat sendiri tidak mengakui eksistensi Hari Buruh Internasional secara resmi. Malah, Amerika Serikat secara resmi merayakan Hari Buruh pada bulan September.
ADVERTISEMENT
Penolakan Amerika Serikat untuk merayakan Hari Buruh Internasional pada bulan Mei tidak hanya untuk menolak esksistensi dan solidaritas kelas pekerja di seluruh dunia, tetapi juga untuk menegaskan dukungan Amerika terhadap rezim kapitalisme global yang bersarang di negeri Paman Sam.
Bahkan Hari Buruh direpresentasi ulang oleh rezim elit di Amerika dalam wajah ideologi nasionalisme dan patriotisme pekerja Amerika untuk menolak ideologi sosialisme. Tetapi, kelas pekerja di Amerika tetap merayakan International May Day hari ini.
International May Day adalah hasil perjuangan kelas buruh di Chicago, AS pada akhir abad ke-19. Foto: www. Pexels.com.
Hari Buruh sesungguhnya secara historis memiliki akar dalam tradisi kuno Eropa yang merayakan musim semi dengan menari, bermain dan bersenang-senang. Secara kontekstual gerakan politik, Hari Buruh lahir dari gerakan 8 jam kerja di Amerika Serikat pada abad ke-19 di Chicago di mana sistem kapitalisme mulai menguasai Amerika Serikat yang mendorong lahirnya era industri yang memperlakukan kelas pekerja secara buruk dan tidak manusiawi di mana kelas buruh dituntut bekerja hingga 16 jam.
ADVERTISEMENT
Federasi Buruh Amerika telah melakukan perlawanan sejak 1 Mei 1886. Mereka menetapkan 1 Mei sebagai hari mogok kelas pekerja untuk menuntut 8 jam kerja. Aktivis buruh di Chicago, AS pada waktu itu mulai mogok dalam beberapa hari yang dikenal dengan nama peristiwa Haymarket tahun 1886.
Pada tanggal 3 Mei 1886, polisi menyerang kelas pekerja yang melakukan demonstrasi di dekat pabrik McCormick Reaper. Pada hari berikutnya, aksi demonstrasi yang diadakan di Haymarket Square malah memicu bentrokan yang menewaskan puluhan polisi dan ratusan kelas pekerja. Bahkan sebuah bom meledak di antara barisan polisi dalam kekacauan saat itu dan secara konspiratif menvonis bersalah salah satu aktivis buruh, August Spies, yang berteriak dengan lantang sebelum eksekusinya bahwa akan datang zaman ketika keheningan kelas pekerja akan lebih kuat daripada suara-suara yang rezim penguasa matikan hari ini.
ADVERTISEMENT
Untuk menghormati para kelas pekerja Chicago, konferensi Sosialis Internasional pada tahun 1889 menamai 1 Mei sebagai hari libur buruh dan menetapkannya sebagai Hari Buruh Internasional.
Paradoksnya, Amerika Serikat yang cenderung anti-kelas pekerja dan anti-komunis selama perang dingin menekan organisasi kelas buruh dan melarang gerakan buruh dan perayaan Hari Buruh. Presiden Dwight D. Eisenhower malah menyatakan 1 Mei bukan sebagai Hari Buruh tetapi Hari Hukum. Hari Buruh malah dipindahkan ke bulan September.
Sayangnya, masih ada miskonsepsi seolah Hari Buruh itu bukan hari pekerja tetapi hanya untuk negara-negara yang berhaluan komunis dan sosialis. Persepsi in muncul terutama di awal abad ke-20 di mana Uni Soviet menjadikan 1 Mei sebagai hari parade parade raksasa di Lapangan Merah untuk untuk menampilkan teknologi militer negara komunisme Soviet (Bowman, 2023).
ADVERTISEMENT
Tak berbeda dari pandangan Eric Chase (1993), mayoritas masyarakat Amerika Serikat tidak menyadari bahwa sejarah Hari Buruh lahir di Amerika Serikat dalam perjuangan 8 jam kerja. padahal, perjuangan kelas pekerja melawan rezim kapitalis (pengusaha plus elit) ini telah banyak dipotret dalam karya-karya populer seperti The Jungle oleh Upton Sinclair dan The Iron Heel oleh Jack London.
Ide 8 jam kerja adalah gagasan sosialisme yang relatif baru di Amerika saat itu. Kelas pekerja mulai memahami bagaimana kapitalis mengontrol kelas pekerja atas produksi dan distribusi barang dan jasa. Kelas pekerja merefleksikan bahwa kapitalisme hanya menguntungkan bos mereka dan mengorbankan kelas pekerja demi cuan. Kelas pekerja berada dalam kemiskinan, rentan dan harapan hidup yang sangat rendah.
ADVERTISEMENT
Sosialisme tumbuh bak cendawan di musim hujan di paruh kedua abad ke-19 dari partai politik hingga kelompok paduan suara. Bahkan, banyak sosialis yang terpilih dan masuk ke dalam pemerintahan. Namun tentu saja banyak sosialis terhalang oleh proses politik yang jelas dikontrol oleh rezim bipartit bisnis besar dan mesin politik kekuasaan.
Para sosialis di AS membelot dari partai mereka dan menolak seluruh proses politik yang hanya menguntungkan orang kaya dan bahkan memulai membentuk kelompok-kelompok anarkis di seluruh negara bagian AS. Kelas pekerja lebih menerima ide-ide anarkisme yang bertujuan mengakhiri semua struktur hierarkis dalam kehidupan publik dan pemerintahan, menekankan kontrol industri oleh pekerja, dan menghargai tindakan langsung daripada proses politik birokratis.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, bukan serikat buruh telah dikuasai oleh anarkis dan sosialis, tetapi lebih tepatnya, anarkis dan sosialis telah membentuk serikat buruh yang radikal di AS. Serikat buruh radikal yang bernaung di bawah Federasi Buruh Amerika menyatakan bahwa 8 jam akan menjadi hari kerja yang sah sejak 1 Mei 1886. Hal inipun masih dianggap oleh sebagian sosialis radikal dan anarkis sebagai permintaan yang terlalu bernuansa reformis dan gagal menyerang akar kejahatan.
Sekitar seperempat juta pekerja di area Chicago secara langsung terlibat dalam perjuangan untuk menerapkan 8 jam kerja termasuk Majelis Perdagangan dan Buruh, Partai Buruh Sosialis, dan Serikat Buruh Lokal. Semakin banyak pekerja yang bergerak melawan para pengusaha kapitalis demi 8 jam kerja maka semakin baik bagi kelas pekerja dan semakin mempercepat transformasi radikal struktur ekonomi kapitalisme.
ADVERTISEMENT
Pada 1 Mei 1886, lebih dari 300.000 pekerja di 13.000 bisnis di seluruh Amerika Serikat meninggalkan pekerjaan mereka dalam perayaan Hari Buruh pertama dalam sejarah. Di Chicago, 40.000 orang melakukan mogok kerja, melakukan orasi yang membara, dan aksi langsung. Serikat buruh yang anarkis ini menjadi dihormati dan diterima oleh orang-orang pekerja dan tentu dibenci oleh kapitalis.
Nama-nama aktivis buruh radikal dan anarkis yang tercatat dalam gerakan buruh di Chicago, Amerika Serikat di antaranya Albert Parsons, Johann Most, August Spies, dan Louis Lingg. Mereka bersama puluhan ribu demonstran di jalan-jalan menyuarakan kepentingan kelas pekerja. Tiga hari kemudian pecah peristiwa Haymarket yang berujung peristiwa berdarah dan menvonis secara sepihak delapan demonstran kelas buruh yaitu Albert Parsons, August Spies, Samuel Fielden, Oscar Neebe, Michael Schwab, George Engel, Adolph Fischer, dan Louis Lingg.
ADVERTISEMENT
Aktivis-aktivis buruh ini ditangkap. Parsons, Spies, Engel, dan Fisher digantung sampai mati. Louis Lingg mengakhiri hidupnya dengan sebuah bahan peledak di mulutnya. Sedangkan Fielden, Neebe, dan Schwab dibebaskan enam tahun kemudian oleh Gubernur Altgeld yang secara terbuka menghujat hakim atas visi keadilan hukum mereka.
Hari Buruh adalag hari kebahagiaan dan perjuangan kelas pekerja. Foto: www. pexels.com
Segera setelah pembantaian Haymarket ini, rezim elit dan bisnis di AS menyamakan anarkisme dengan bom dan mengharamkan sosialisme di Amerika termasuk menolah May Day. Anarkis identik dengan imigran Eropa Timur yang berjanggut, memegang bom dan pisau belati di tangan.
Alhasil, Hari Buruh, 1 Mei, adalah hari untuk kaum pekerja yang masih tertindas di seluruh dunia untuk merebut hak-haknya yang dirampas oleh elit kapitalis. Kelas pekerja meminta 8 jam kerja, liburan di hari Sabtu, dan tentu kritik berkelanjutan untuk perbaikan kondisi kelas pekerja demi distribusi kekayaan, kapabilitas kemanusiaan dan kesejahteraan secara kolektif. Ini semua adalah hasil jerih payah kaum pekerja dan perjuangan gerakan buruh di Amerika Serikat dan tentu di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT