Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Kisah Muslim Hui dalam Semangkuk Khao Soy
7 Maret 2020 17:54 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Theofilus Harefa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Chiang Mai yang biasa dikenal sebagai Kota Seribu Wat (Kuil, bukan satuan listrik yah hehehe) ternyata menyimpan sejarah pembauran kaum pendatang dalam semangkuk hidangan yang cukup unik. Kuahnya yang berwarna kuning kemerahan mengingatkan kita pada Laksa. mi-nya yang garing sekilas mirip dengan Ifu Mie. Daging ayam beraroma kari tak pelak menimbulkan bayangan akan Gulai Padang. Itulah Khao Soy, hidangan sederhana yang penuh cerita. Apa kisahnya? Yuk, kita simak!
Peta Kuliner Thailand
ADVERTISEMENT
Umumnya, Kuliner Thailand bisa dibagi berdasarkan empat kawasan. Hidangan yang sudah nggak perlu perkenalan lagi seperti Tom Yum Kung yang pedas dan asam mewakili Kawasan Tengah-Bangkok dan sekitarnya-. Tapi yang terkenal bukan cuma itu, loh. Pad Thai dan Green Curry yang terpengaruh gaya Tiongkok dan India juga berasal dari kawasan ini. Yup, Bangkok sebagai kota yang sudah mengglobal sejak era Siam memang telah lama menerima banyak pengaruh luar yang tercermin pada kulinernya.
Selanjutnya di Kawasan Timur Laut atau Isan, kita bisa menemui makanan bercitarasa lebih pedas dan asin dibanding kawasan lainnya. Makanan Isan juga banyak memakai bahan fermentasi dan bahan mentah yang tidak terlalu banyak diolah. Som Tum yang pedas, asin dan krenyes-krenyes dari pepaya muda dan ebi keringnya, adalah salah satu contoh Kuliner Isan.
ADVERTISEMENT
Adapun di Kawasan Selatan yang penduduknya banyak beretnik Melayu dan memeluk Islam, masakannya banyak menggunakan terasi, santan dan rempah. Citarasanya cukup dekat dengan lidah Indonesia. Contohnya, Gaeng Sataw yang isinya udang dan petai pedas dan gurih-. Makanan asal daerah ini juga cukup aman dikonsumsi, kok, bagi teman-teman yang mencari hidangan halal.
Di Kawasan Utara, seperti Chiang Mai, citarasanya juga pedas namun tidak sekuat hidangan Isan. Makanan dari daerah ini banyak menggunakan daging seperti nuea (sapi), moo (babi) dan kai (ayam). Karena letaknya yang jauh dari pantai, masyarakat di utara tidak banyak menggunakan produk olahan kelapa. Nah, di sinilah keunikan Khao Soy! Jika berpatokan pada santan sebagai bahan utamanya, hidangan ini mestinya berasal dari selatan. Tapi Khao Soy justru dikenal sebagai makanan dari utara. Kok bisa?
ADVERTISEMENT
Pembauran dan Pengaruh Muslim Hui
Khao Soy sejatinya merupakan hidangan yang dibawa oleh para imigran Muslim Tiongkok dari suku Hui ke Thailand. Kedatangan para pendatang dari Tiongkok sudah berlangsung sejak jaman Kerajaan Lan Na di utara Thailand, yang mana Chiang Mai merupakan ibu kotanya saat itu. Selain didorong oleh jalur perdagangan, para pendatang Hui masuk ke Chiang Mai akibat pemadaman pemberontakan Yunan oleh Dinasti Qing pada abad ke-19.
Kehadiran suku Hui di utara Thailand sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari masyarakat Thai. Sebagian dari keturunan Hui sudah berasimilasi melalui pernikahan dan pembauran. Sebagian lainnya masih mempertahankan agama dan tradisinya, namun tetap hidup harmonis dengan masyarakat sekitar. Salah satu tokoh Hui terkemuka di awal abad ke-20 yang bernama Zheng Chong Lin diberi gelar kebangsawanan ‘Khun’ oleh Raja Thailand. Beliau dianggap ikut berjasa dalam memodernisasi infrastruktur publik Chiang Mai kala itu.
ADVERTISEMENT
Mencari Khao Soy di Thailand sangatlah mudah karena menu ini sudah tersedia di banyak kedai dan restoran. Sayangnya, hidangan ini belum terlalu populer di luar Thailand. Saat ini varian Khao Soy ada yang memakai sapi maupun babi. Namun Khao Soy yang asli warisan Muslim Hui- tetap menggunakan ayam sebagai bahan utamanya.
Nah, bagi yang ingin menikmati Khao Soy otentik sekaligus menyambangi pemukiman kaum Hui, tidak ada salahnya berkunjung ke kawasan Banhaw di Chiang Mai. Letaknya sekitar 1 km dari kota tua Chiang Mai ke arah Jembatan Nawarat. Di daerah Banhaw terdapat beberapa kedai Khao Soy yang bisa dipilih. Puas menikmati Khao Soy, teman-teman yang hendak menunaikan salat dapat berkunjung ke Masjid Hidayatul Islam yang bercorak Tionghoa, ciri khas masyarakat Hui. Menjelang malam, tidak jauh dari kawasan Banhaw, teman-teman traveller bisa melanjutkan pesiarnya di Pasar Malam Chiang Mai.
ADVERTISEMENT
Menikmati Khao Soy rasanya tidak cukup hanya sekali. Di setiap gurih sesapan karinya, siapa sangka ada sejarah panjang keberagaman dan pembauran masyarakat di Thailand. Aroi maak, khrub!