Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengajak Vaksin Lewat Storytelling
22 Juli 2021 8:04 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Thoriq Ramadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah kebijakan sejatinya tidak bisa berdiri sendirian. Ia memerlukan dukungan dari berbagai elemen masyarakat untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut. Dukungan bisa didapat dengan cara menyampaikan kebijakan tersebut dengan efektif.
ADVERTISEMENT
Bukan eranya lagi kebijakan disampaikan dengan kaku dan bahasa yang sulit dimengerti. Apalagi, ditambah dengan banyaknya kanal yang memudahkan untuk bercerita kebijakan dengan media daring seperti lewat storytelling.
Tong et al. (2018) menyampaikan storytelling memiliki waktu yang cepat untuk meningkatkan pemahaman. Storytelling juga menjadi cara efektif dalam menyampaikan informasi termasuk di dalamnya kebijakan.
Apa itu Storytelling?
Storytelling bisa dipahami seperti mendongeng, sebagai cabang dari ilmu sastra (Pah & Pamungkas, 2020). Di dunia pendidikan, Robin (2008) menjelaskan storytelling digital merupakan aplikasi teknologi yang dibuat untuk membantu guru mengatasi hambatan dalam penggunaan teknologi di kelas.
Dalam laman Digitalstorytelling.coe.uh.edu, storytelling digital merupakan hal paling mendasar dalam praktik pengemasan cerita menggunakan komputer. Ada banyak istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan praktik ini, seperti dokumenter (digital documentery) dan narasi berbasis komputer (computer-based narratives).
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada juga yang mengistilahkan esai digital (digital essays) dan memoar elektronik (electronic memoirs). Kesemua istilah tadi secara umum membatasi gagasan seni bercerita dengan berbagai multimedia, termasuk grafik, audio, video, dan website. Storytelling digital memiliki durasi yang bervariasi, sebagian besar biasanya berlangsung antara 2 dan 10 menit.
Elemen Storytelling
Storytelling sendiri memiliki beberapa elemen yang berguna dalam mengisahkan cerita. Mengutip Center for Digital Storytelling (CDS) di Berkeley, California, (Digitalstorytelling.coe.uh.edu) ada tujuh elemen storytelling digital.
Yang pertama adalah sudut pandang (point ov view). Ini menjelaskan apa poin penting dari isi pesan yang disampaikan dan dari perpsektif siapa kisah diceritakan.
Kedua, sebuah pertanyaan yang dramatis (a dramatic question). Ini menjadi inti pesan yang disampaikan kepada penonton. Sebuah pertanyaan kunci yang menjaga perhatian penonton dan yang akan dijawab di akhir cerita.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, konten yang penuh dengan emosi (emotional content). Isu yang penting dan dibuat dekat dengan penonton dan penuh kesan personal. Isu ini menjadi hidup dengan mengisahkan pribadi yang kuat dan menghubungkan penonton dengan isu di dalam cerita.
Keempat, anugerah suara (the gift of your voice). Suara bisa menarasikan cerita dengan intonasi yang sesuai dengan nada yang disampaikan. Cara mempersonalisasi cerita dapat membantu penonton memahami konteksnya.
Yang kelima, kekuatan soundtrack (the power of the soundtrack). Dukungan dari alunan musik dapat membawa perasaan penonton dalam kisah yang disampaikan. Termasuk memperindah situasi cerita dan meningkatkan sensasi pengalaman penonton.
Ekonomi (economy) menjadi elemen storytelling yang keenam. Konten dibuat dengan kisah yang tidak membebani penonton. Kisahnya tidak terlalu berat dengan bahasa yang tinggi dan kaku, melainkan kisah yang ringan, membumi, dan hangat.
ADVERTISEMENT
Terakhir, mondar-mandir (pacing). Irama kisah dibuat dengan mengikuti alur cerita. Ketika suasana lambat, suara, dan lagu menyesuaikan. Ketika cerita sedang buru-buru, seolah penonton dibawa berlari dengan suara dan lagu yang mengikuti cerita tersebut.
Masyarakat Diajak Vaksinasi Lewat Storytelling
Saat pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, pemerintah dapat mengajak masyarakat untuk vaksinasi COVID-19 dengan teknik storytelling. Di akun Youtube Sekretariat Presiden misalnya, ada setidaknya empat video yang menggunakan teknik storytelling dalam mengajak masyarakat untuk menyukseskan vaksinasi.
Video Pertama diberi judul Sukseskan Vaksinasi episode #1 Pemilik Restoran yang diunggah tanggal 21 Mei 2021. Kedua, konten yang berjudul Sukseskan Vaksinasi episode #2 Pedagang diunggah 28 Mei 2021.
Selanjutnya, video berjudul Sukseskan Vaksinasi episode #3 Pemangku Pura Dalam yang diunggah tanggal 7 Juni 2021. Keempat, Sukseskan Vaksinasi episode #4 Pensiunan ASN diunggah tanggal 14 Juni 2021.
ADVERTISEMENT
Keempat video ini berkisah tentang pemilik restoran, pedagang, Pemangku Pura Dalam, dan Pensiunan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bercerita tentang pandemi COVID-19. Ada adegan yang menceritakan restorannya sepi dan keluarganya yang terkena COVID-19.
Di adegan lainnya, menceritakan dukungan terhadap vaksinasi COVID-19. Melalui penggunaan teknik storytelling, ajakkan vaksinasi dibuat lebih dekat kepada masyarakat karena yang menyampaikan adalah masyarakat sendiri.
Di tiap akhir video ada penampilan Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Tingkat Pusat dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dr. Reisa Broto Asmoro yang mengajak masyarakat untuk menyukseskan vaksinasi COVID-19 dan tetap disiplin dalam protokol kesehatan.
Ia menjadi penguat pesan kunci bahwa untuk menaklukkan pandemi caranya adalah dengan vaksinasi COVID-19. Juga, ia mengingatkan untuk tetap disiplin menjalanakan protokol kesehatan, dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
ADVERTISEMENT
Dengan penggunaan teknik storytelling dalam mengajak masyarakat untuk menyukseskan kebijakan vaksinasi COVID-19, diharapkan masyarakat akan mendukung dan mau untuk mengikuti vaksinasi COVID-19. Tujuannya adalah agar pandemi COVID-19 dapat segera berakhir dan kehidupan ke depan dapat lebih laik lagi.