Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tentang Konsep Child Free
13 Februari 2023 12:05 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Tian Lustiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah menikah, apa yang menjadi keinginan selanjutnya? Tentu saja memiliki anak, betul?
ADVERTISEMENT
Untuk saya, seorang awam memiliki anak itu merupakan pencapaian tinggi seorang perempuan, sebagai ibu. Namun, setiap manusia pastinya memiliki pemikiran yang berbeda. Tidak semua kepala isinya sama! Ada juga yang menikah, sampai situ selesai. Tidak perlu kehadiran anak, istilahnya child free.
Indonesia, kental dengan adat istiadat, budaya dan agama. Masih memegang teguh betapa pentingnya memiliki anak, memiliki penerus, memiliki keturunan. Tentu saja akan sangat sulit menerima konsep “child free” .
Child Free, sebuah pemikiran yang gak Indonesia banget, karena kebanyakan basa - basi di Negara kita ini selain kapan nikah ya kapan punya anak atau kapan nambah anak. Rasanya dosa sekali jika menikah tak inginkan kehadiran anak, lagi - lagi saya ingatkan bahwa tidak semua orang berpikiran sama, tidak semua kepala isinya sama.
Yang saya lihat dan pernah saya rasakan, saya menikah dan selama kurang lebih 8 bulan setelah pernikahan belum hamil, lantas dicecar banyak pertanyaan, kok belum hamil apa tidak ingin memiliki anak. Dan pernyataan indah lainnya bahwa memiliki anak adalah anugerah yang sangat indah dan diinginkan semua perempuan, nyatanya ada juga perempuan yang tidak ingin memiliki anak. Padahal belum punya anak kadang punya stigma buruk di masyarakat loh, pandangan jelek yang bikin sakit hati kadang. Apalagi negara kita ini adalah masuk kedalam kategori negara dengan penduduk terbanyak di dunia, peringkat 4 kalau tidak salah.
ADVERTISEMENT
Menikah dan memiliki anak, pencapaian yang tinggi dari kehidupan. Anak sering dinobatkan sebagai objek penerus atau bisa memperbaiki kondisi keluarga, kelak. Meskipun menjadi orang tua itu sangatlah tidak mudah, ada banyak tanggung jawab yang harus dilakukan, bukan setahun dua tahun namun seumur hidup.
Sekarang sedang ramai sosial media, hampir disetiap linimasa dihebohkan dengan pernyataan seorang Youtuber yang memilih tidak ingin memiliki anak, opininya liar bak bola api, sana - sini menjadi panas. Pro dan kontra di masyarakat Indonesia, karena di negara kita masih sangat tabu yang jika ada pasangan yang mendeklarasikan tidak ingin memiliki anak, padahal keinginan memiliki anak itu murni hak seseorang, meskipun memang Allah yang pegang kendali.
Mungkin, dalam pandangan saya kenapa orang - orang tidak setuju dengan pernyataan Youtuber itu, karena dia muslimah. Bukankah dalam agama Islam itu disunnahkan memiliki anak, bahkan memiliki banyak anak? Karena anak sholih / sholihah yang kelak akan memberikan istighfar dan doa untuk orang tuanya. Anak adalah amalan jariyah yang tidak akan pernah putus.
ADVERTISEMENT
Ya, tapi kan back to keputusan si neng Youtuber itu sendiri, biarkan dia memilih dan menentukan hidupnya sendiri, janganlah mengutuki nya. Kita bukan Allah yang menciptakannya.
Saya, masuk kedalam orang yang kurang setuju sama istilah banyak anak banyak rezeki, karena buat saya memiliki anak bukan hanya memberikan makan dan jajan, namun juga harus memberikan yang terbaik. Karena anak adalah titipan ALLAH , maka harus kita jaga sebaik mungkin. Mulai dari gizi, kesehatan dan juga pendidikan agamanya, karena kelak itu akan menjadi tanggungan kita di akhirat, kelak kita akan dihisab atas anak - anak , apakah anak - anak sudah kita besarkan dengan baik, apakah pendidikan agamanya sudah kita ajarkan yang sesuai dengan Al-Quran dan Hadist?
ADVERTISEMENT
Tidak akan ditanya kok, apakah anak - anaknya masuk juara olimpiade Matematika atau jago bahasa inggris.
Pro dan kontra ini akan terus meluas, menyebar dan sukar untuk padam. Semua orang punya argumen sendiri. Padahal kuncinya cuman ga usah deh kita urusin urusan orang lain, apalagi soal masalah pribadi.
Mau punya anak ya mangga, mau tidak punya anak pun ya silakan. Toh, child free bukan tindakan pelanggaran hukum, jadi ga usah dilabeli negatif. Jangan karena beda persepsi dan pilihan menjadikan kita manusia yang tidak bisa menormalisasikan pendapat. Silakan berbahagia dengan pilihan masing - masing. Mari berhenti merasa superior atas pilihan hidup orang lain. Toh bukan kita yang jalani, kita jalani kehidupan masing - masing, iya kan?
ADVERTISEMENT
Bandung, 13 Februari 2023