Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memetik Hikmah Idul Fitri
20 April 2023 16:47 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari tiara vurmasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat ya! Baru aja kemarin rasanya kita heboh persiapan tarawih pertama, eh tahu-tahunya nanti malam kita sudah masuk ke malam yang ke-29 aja nih.
ADVERTISEMENT
Tidak lama lagi kita akan berjumpa dengan Hari Raya Idul Fitri. Hari Raya yang kedatangannya dinantikan oleh ummat muslim sedunia, bahkan dengan persiapan yang luar biasa. Mulai dari kue lebaran, baju baru, bahkan rumah pun diberi warna baru. Begitu semaraknya Hari raya Idul Fitri, hingga semua persiapannya diusahakan semaksimal mungkin.
Namun sebelum itu, pernah tidak sih terbesit di pikiran kita, “Apa sih hikmah dari Idul Fitri ini?”
Sebagaimana fenomena yang kita lihat, menjelang Idul Fitri tiba, mudik ke kampung halaman merupakan hal yang paling dinanti-nantikan oleh orang-orang yang merantau. Di samping itu, bekal untuk mudik dianggap sebagai suatu kewajiban yang harus dipersiapkan untuk mudik ke kampung halaman.
Bahkan tak sedikit orang yang tidak memiliki bekal yang cukup untuk pulang, maka mereka akan enggan untuk pulang. Sebab adanya rasa ketidakmampuan untuk bertemu dengan keluarga di kampung, dan tidak adanya persiapan untuk berhari raya di kampung.
ADVERTISEMENT
Namun di sisi lain, orang-orang yang memiliki bekal yang cukup untuk pulang, maka akan mengabari keluarganya dari jauh-jauh hari, bahwa dirinya akan segera pulang. Begitu banyak bekal yang dipersiapkan untuk balik ke kampung halaman.
Belum lagi untuk tiket transportasi yang sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari, oleh-oleh untuk orang-orang di kampung, dan juga dana yang akan digunakan selama perjalanan, hingga dana yang akan dibawa untuk keluarga selama berada di kampung.
Mereka begitu percaya diri dan bahagia akan bekal yang bisa dibawanya untuk mudik ke kampung halaman. Begitu pula dengan orang yang menyambut di kampung halaman pun akan merasa bahagia menyambutnya, bahkan menyiapkan makanan terbaik dan merapikan tempatnya sebaik mungkin untuk menyambut orang yang akan pulang.
ADVERTISEMENT
Namun tak dapat pula kita pungkiri, bahwa tak sedikit, orang yang berharap pulang ke kampung halamannya, bertemu dengan keluarganya, ternyata malah pulang untuk meninggalkan dunia selamanya. Sayangnya, ada orang yang menyiapkan sedemikian lupa untuk bekal mudik di dunia, namun lupa menyiapkan bekal untuk mudik di akhirat. Karena boleh jadi, mudik akhiratnya lebih dahulu daripada mudik dunianya.
Begitulah sobat, Allah merancang kehidupan kita ini sangat penuh dengan hikmah dan pelajaran. Orang yang pandai memanfaatkan kesempatannya untuk hidup di dunia, maka tidak akan pernah takut jika telah tiba masanya untuk kembali ke hadapan Rabb yang menciptakannya. Ia akan bergembira menyambut panggilan untuk kembali itu, karena ia telah mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya, mengumpulkan hal-hal yang disenangi oleh Rabbnya, dan menjauhi segala larangan dari Rabb yang dicintainya.
ADVERTISEMENT
Begitupun dengan Allah yang menciptakan, Dia telah menyiapkan sedemikian rupa tempat kembali yang teramat indah untuk hamba-hambanya yang bertakwa kepada-Nya. Surga yang dipenuhi taman-taman yang indah, luasnya seluas langit dan bumi, kemegahan yang tiada tandingannya, dan melenyapkan segala kelelahan, kekhawatiran, dan ketakutan bagi orang-orang yang ada di dalamnya. Semua orang yang ada di sana merasakan kebahagiaan yang abadi dan tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, karena luar biasanya nikmat yang telah mereka terima.
Sebagaimana yang tertera dalam firman Allah dalam Q.S Ali-Imran:133, yang berbunyi:
۞ وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍۢ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَـٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ١٣٣
ADVERTISEMENT
Umumnya, kata-kata "Surga" yang ada di dalam Al-Qur'an selalu disandingkan dengan kata "Taqwa", sebagaimana contoh ayat di atas dan pada Q.S Az-Zariyat: 15-19, yang artinya:
Kemudian, dikutip dari salah satu tausiah yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat, Fitri bisa berakar dari kata “fitrah” yang bermakna bahwa setiap manusia sejatinya memiliki kecondongan untuk mendekat kepada Allah, yakni kecondongan untuk menjalankan syariat-syariat Allah.
ADVERTISEMENT
Maka, jika ada orang yang ingin kembali kepada fitrahnya, maka ia harus menjalankan syariat-syariat yang ada di dalam Islam, terutama yang terdapat di dalam rukun Islam, yakni syahadat, salat, puasa ramadhan, zakat, dan haji bagi yang mampu. Semuanya tentu mengarah kepada kedekatan kepada Allah SWT.
Maka selagi kita berada di bulan Ramadhan ini, sudah seharusnya kita bisa memanfaatkannya untuk mengumpulkan segala bekal kita untuk kembali kepada Tuhan yang menciptakan kita. Sebab bulan Ramadhan ini tentu akan terjadi peningkatan bagi kita dalam hal ibadah, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Berbahagialah kita karena masih diberikan kesempatan untuk masih berada di Bulan Ramadhan ini, di samping banyaknya orang-orang yang tak diberi kesempatan untuk berjumpa karena ajalnya telah lebih dahulu tiba. Bersyukurlah kita, karena baiknya Allah menjadikan bulan Ramadhan sebagai bentuk latihan dari Allah kepada hamba-hambaNya untuk menjadi penduduk surga.
ADVERTISEMENT
Jadikanlah setiap detik di hidup kita sebagai wasilah (jalan) untuk menuju kedekatan dan ampunan dari Rabb kita. Marilah kita sama-sama kembali kepada fitrah kita, sehingga Idul Fitri tak hanya sebagai simbol agama saja, melainkan maknanya tercantum kuat di sanubari dan kehidupan kita. Sungguh beruntung bagi orang-orang yang mempersiapkan kehidupan setelah kehidupan di dunia. Sungguh, dunia hanyalah sementara, sedangkan akhirat selamanya.