Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Lailatul Qadar dan Resonansi Sosialnya
8 April 2024 8:50 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Agus Sutisna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu keistimewaan Ramadan adalah Lailatul Qadar (Malam Kemuliaan). Momen satu malam di sepuluh hari terakhir Ramadan yang mengandung banyak hikmah dan keberkahan. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Carilah Lailatul Qadar itu di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Imam Bukhari).
ADVERTISEMENT
Hanya satu malam, yang menurut para Ulama ada di malam-malam tanggal ganjil. Dan momen superl angka ini hanya hadir di bulan Ramadan.
Sementara di dalam surat Ad Dukhan ayat 3, Allah menyebutnya dengan Lailatin Mubarokatin (Malam yang Diberkahi). “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan.” Yang diturunkan itu maksudnya adalah Al Quran.
ADVERTISEMENT
Makna Lailatul Qadar
Berdasarkan firman Allah itu, para Ulama kemudian merumuskan tiga hakikat makna Lailatul Qadar berikut ini.
Pertama “Malam Ketetapan.” Istilah ini mencakup sedikitnya dua maksud atau pengertian. Yakni ketetapan Allah tentang perjalanan hidup manusia dalam satu tahun ke depan, dan penetapan dimulainya langkah awal misi Nabi Muhammad SAW menyampaikan risalah Islam dan perjuangan menegakannya.
Kedua, “Malam Kemuliaan.” Istilah ini juga merujuk pada dua cakupan maksud atau pengertian. Yakni berkenaan dengan diturunkannya Al Quran dari Lauhil Mahfudz ke Baitul Izzah (langit dunia) dan limpahan pahala yang bernilai lebih dari seribu bulan dari setiap amal baik yang dilakukan pada momen Lailatul Qadar ini.
Ketiga, “Malam yang Sempit.” Maksudnya bahwa bumi menjadi sangat sempit karena demikian banyaknya Malaikat yang turun membawa untuk mengantarkan keberkahan dan kedamaian serta menyapa dan menyalami orang-orang yang menghidupkan Lailatul Qadar dengan berbagai amalan ibadah seperti qiyamulail, tadarus Al Quran, berdoa dan berdzikir.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana sabda Nabi SAW dalam salah satu hadits, “Jika tiba Lailatul Qadar, malaikat Jibril turun dengan serombongan malaikat lalu mendoakan dan mengucapkan salam kepada setiap hamba yang berdiri atau duduk berdzikir mengingat Allah. Mereka turun dari terbenamnya matahari hingga terbit fajar" (HR. Imam Baihaqi).
Hikmah dan Resonansi Sosial
Lailatul Qadar sebagaimana makna tersebut di atas menyajikan banyak hikmah bagi siapa saja yang menghidupkannya dengan berbagai bentuk ibadah dan amalan-amalan muqorobah di malam itu.
Pertama, semua ibadah dan amalan baik di malam langka itu nilainya lebih baik dari ibadah dan amalan yang dilakukan selama seribu bulan. Sebagian Ulama bahkan menafsirkan “seribu bulan” ini secara kualitatif, jadi bukan terhitung secara kuantitatif “seribu”, melainkan beribu-beribu, unlimited.
ADVERTISEMENT
Kedua, setiap orang yang menghidupkan Lailatul Qadar dengan berbagai bentuk ibadah dan amalan akan menerima limpahan keberkahan, karena Lailatul Qadar sendiri Allah nyatakan sebagai “malam yang diberkahi” (QS. Ad-Dukhan: 3)
Ketiga, orang yang menghidupkan Lailatul Qadar juga akan dikabulkan doa-doanya dan diampuni dosa-dosanya sebagaimana sabda Nabi SAW: “Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr atas dorongan iman dan mengharap balasan (dari Allah), diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Imam Bukhari, Imam An Nasa’i, dan Imam Ahmad).
Keempat, orang yang menghidupkan Lailatul Qadar akan dimintakan ampunan atas dosa-dosanya sekaligus didoakan untuk segala kebaikan dunia dan akhirat oleh para Malaikat yang turun ke bumi di malam itu.
Semua hikmah itu tentu saja bisa diraih oleh siapa pun sepanjang mau mengikhtiarkannya dengan sepenuh kesungguhan melalui totalitas penghambaan dan muroqobah kepada Allah, dan Allah kemudian ridho atas ikhtiarnya.
ADVERTISEMENT
Lalu, adakah ciri atau tanda-tanda bahwa seseorang telah mendapatkan Lailatul Qadar yang agung itu? Para Ulama dan cendekiawan muslim sependapat dalam hal ini, bahwa seseorang yang telah memperoleh Lailatul Qadar sedikitnya ditandai oleh dua hal.
Pertama, adanya perubahan karakter dan perilaku secara signifikan dalam pribadinya yang kemudian memancar sebagai cahaya dan mengalir serupa gelombang secara sosial. Yakni perubahan dari kondisi yang buruk ke kondisi yang baik. Hal ini didasarkan pada nalar bahwa para Malaikat yang turun ke bumi itu (QS. Al Qodr: 3) membawa kebaikan dan keberkahan. Para Malaikat sendiri adalah makhluk Allah yang hanya mengenal kebaikan dan condong hanya pada kebaikan.
Jadi, seorang yang memperoleh Lailatul Qadar, jika sebelumnya berwatak pendusta dan culas dia akan menjadi sosok berintegritas. Jika sebelumnya terbiasa mengkhianati janji dan komitmen dia akan menjadi sosok yang amanah. Berbagai watak buruk seperti koruptif, kolutif dan nepotistik; provokator, pemarah, pembenci, pendendam dan sebagainya akan punah dari jatidiri seseorang yang telah memperoleh Lailatul Qadar.
ADVERTISEMENT
Kedua, seseorang yang telah memperoleh Lailatul Qadar juga akan memancarkan dan aura (vibes) kedamaian dan harmoni secara sosial. Vibes sosialnya kala berhadapan atau berinteraksi dengan siapa pun dan dalam situasi apa pun akan selalu menghadirkan kedamaian dan ketenangan. Sebagaimana ayat terakhir surat Al Qodr: “Salamun hiya hatta mathla’il fajr.” Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
Dengan demikian para peraih Lailatul Qadar akan memiliki adab yang tinggi, akhlakul karimah dan etika yang mulia, serta memancar serupa cahaya dan mengalir sebagai gelombang yang menciptakan ketenangan dan kedamaian dalam ruang-ruang kehidupan sosial.
Wallahu’alam Bishowab.