Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Semarak Budaya Indonesia 2023: Etalase Kekayaan Budaya Nusantara
22 Oktober 2023 9:16 WIB
Tulisan dari Muhammad Pratomo Ambar Bawono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gandrung rasanya membuat kalimat awalan untuk menulis tentang sebuah pagelaran seni yang kental dengan muatan keragaman dan lokalitas, yang setiap penampilannya menimbulkan semacam impuls untuk menarik kembali ingatan masa lalu, yang iringan musiknya menimbulkan kedamaian dan optimisme, empati, bahkan makna keselarasan yang didapat ketika menyaksikannya bersama ribuan masyarakat. Walau hanya lewat seni tari, darinya kreativitas dapat tersalurkan. Demikianlah yang saya alami ketika menulis resensi Festival Tari Semarak Budaya Indonesia 2023 di Balai Kota Surakarta.
"Satu Dasawarsa Gerak Bersama." Tajuk yang disematkan untuk festival tari yang dihelat selama 2 hari pada tanggal 26-27 Mei 2023 ini. Seperti namanya, 'Satu Dasawarsa' merujuk pada kesekian kalinya festival ini digelar. Ya, festival ini telah bergulir rutin selama 10 tahun mengisi kalender budaya Jawa Tengah sejak 2014. Selain itu, SBI 2023 hadir sebagai gambaran budaya khas bangsa, yakni gotong royong, yang senantiasa dijalin antara pemerintah, komunitas dan sanggar seni. Dan tahun ini, merupakan kesepuluh kalinya gotong royong itu dilakukan. Itulah yang diungkapkan Apriza Rizaldi Naim, S.H. selaku ketua SBI 2023 yang diselenggarakan oleh Pemuda Indonesia Kreatif dan Semarak Candrakirana Art Center.
ADVERTISEMENT
Saya merasa beruntung dapat menyaksikan festival ini lewat undangan yang diberikan untuk mewakili komunitas. Duduk di bangku khusus dengan visibilitas panggung yang baik, berdialog dengan sejumlah tamu undangan lain, hingga merasakan hidangan yang tidak semua pengunjung bisa dapatkan. Namun bagian ini tidak akan saya ceritakan. Yang saya ingin bagikan ialah semua hal seputar SBI 2023. Karena pada bagian pertunjukannya, di situ terdapat banyak hal menarik.
Kain putih panjang menjuntai di antara tiang-tiang besi menciptakan garis tegas di tengah lapangan. Dekorasi itu membentuk jaring-jaring berpola segitiga. Ragam warna sinar menyilaukan mata muncul dari lampu LED Par, hingga efek visual dari videotron yang mewarnai malam hari yang dingin dan cerah. Kiranya begitu yang saya kesankan pertama kali ketika sampai di tempat acara. SBI 2023 nampak menyulap area Balai Kota melalui penataan kawasan. Hal ini terlihat pada penempatan foodcourt yang sejajar dengan area panggung, yang tak hanya bervariasi dalam hal makanan, namun juga bersih secara tampilan. Selanjutnya panggung itu sendiri. Berbeda pada tahun-tahun sebelumnya dimana SBI digelar di area beratap atau pendapa, SBI tahun 2023 memanfaatkan area terbuka lapangan Balai Kota guna menempatkan panggung utamanya. Unik karena fasad panggung tersebut berhadapan langsung dengan jalan raya membuatnya menyita perhatian siapa pun yang melintas. Walaupun dekorasinya terlihat sederhana, tidak mengurangi penilaian estetikanya. Terlebih, dengan berlatarbelakangkan Pendhapi Gedhe yang khas akan corak joglonya, menambah makna secara keseluruhan, yang menunjang kualitas latar penampilan.
SBI tahun 2023 ini diramaikan dengan 15 persembahan tari yang beragam. Adapun berbagai jenis tarian daerah klasik seperti dari Jawa, Sumatra, dan Bali, hingga aneka tarian etnis yang tak banyak orang tahu. Tak hanya sebagai wadah unjuk diri, namun juga sarana promosi kekayaan budaya yang belum terlalu populer. Hari pertama festival diawali dengan pemukulan Kethuk-Kempyang sebagai pertanda pertunjukkan dibuka. Saya dan seluruh penonton kemudian dimanjakan dengan tarian pembuka "Kridhaninggar, Kridhaning Adaninggar Wanodya Tamtama" yang dibawakan oleh Candrakirana Art Surakarta. Kombinasi antara sosok karakter tokoh Wayang Menak Serat Wong Agung Jayeng Rana dengan gerakan yang rancak menggunakan properti kipas berwarna merah nampak menegaskan maknanya sebagai perwujudan wanita yang penuh keberanian.
ADVERTISEMENT
Tak hanya tarian bercorak tradisional, tarian modern oleh Timeless Dance Center juga turut mengisi susunan acara dengan penuh nuansa kekinian. Begitupun seterusnya pada penampilan tarian lainnya yang tak lekang oleh muatan filosofis dan cerita-cerita kedaerahan. Pertunjukkan ini secara cerdik memadukan beberapa seni tari dengan teater, dimana sang penari juga melakoni adegan teatrikal secara langsung di depan penonton. Melalui gerakannya yang indah, yang sesekali disisipi dengan pesan komedi, dialog puitis, membuat kita seolah-olah diajak untuk merenungi proses kreatif dan improvisasi yang terjadi dalam diri seniman.
Sebagai sebuah pentunjukkan yang dominan dengan unsur gerakan dan iringan musik, festival ini juga sesekali diiringi narasi dimana hari pertama dibawakan oleh Albert Yuwono selaku MC. Narasi ini memainkan peranan penting dalam menghasilkan dimensi emosional yang dalam pada pertunjukkan, utamanya pada saat momen-momen penting ketika sang seniman menampilkan gerakan yang memiliki kecenderungan untuk sulit ditafsirkan maknanya oleh penonton. Seluruh kombinasi yang ada tersebut terbawa pada 10 penampilan tari di hari pertama hingga pada akhirnya penampilan ditutup dengan tarian "Zapin Beradat" yang dibawakan oleh Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Riau-Surakarta. Dengan muatan filosofis, tarian yang mengusung tema masyarakat Melayu ini tak hanya digunakan sebagai sarana hiburan, lebih dari itu tarian ini kental dengan makna yang berkaitan erat dengan kehidupan sosial masyarakat setempat.
Setelah gelaran SBI 2023 hari pertama bergulir, di hari kedua, masih sebagai tamu undangan, saya menyaksikan SBI dengan atmosfer yang berbeda sebab jumlah penonton yang nampak lebih ramai dari hari sebelumnya. Tak kalah serunya dengan hari pertama, acara yang dibawakan oleh Okfied Sosendar selaku MC yang mengiringi 5 penampil di hari kedua dimeriahkan dengan apresiasi seni dalam bentuk penyerahan sertifikat. Penghargaan diberikan kepada setiap sanggar oleh penyelenggara yang didukung oleh Pemerintah Kota Surakarta, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, serta Djarum Foundation. Hingga pada akhirnya, acara ditutup dengan sebuah flashmob yang dipimpin oleh Candrakirana Art dan diikuti oleh seluruh penonton yang hadir.
Tak sulit untuk menjadi terkesan pada festival ini. SBI 2023 benar-benar menunjukkan sebuah festival tari yang lengkap, yang tak terbelenggu pada tarian klasik saja, namun juga modern. Terlebih, SBI ini juga diikuti oleh sanggar dari daerah di luar Solo, bahkan di luar Jawa. Ini menunjukkan bahwa SBI tidak hanya berhasil menjangkau seni dalam lintas masa, namun juga lintas daerah, sehingga tidak hanya mempromosikan seni tari, namun juga mendorong pertukaran budaya, hingga edukasi kepada masyarakat. SBI 2023 menjadi semakin menarik karena festival ini gratis. Masyarakat dapat menikmati keajaiban seni lewat kombinasi cerdas antara seni tari tradisional, kotemporer, hingga eksperimental berpadu dengan musik yang menciptakan pengalaman mendalam dan harmonis secara cuma-cuma. Sebagai seorang awam, saya merasa kagum dan terhubung dengan pesan-pesan yang disampaikan, yang seolah-olah memberi arti bahwa seni memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan menginspirasi. Bagi siapa pun Anda, saya sangat merekomendasikan SBI untuk masuk ke dalam daftar kunjungan Anda di tahun depan, untuk hanya sekadar menikmati atau mengapresiasi seni. Festival ini dapat menjadi contoh, bagaimana tari dapat menghasilkan pengalaman seni yang tak terlupakan.
ADVERTISEMENT