Konten dari Pengguna

Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar: Peluang dan Tantangan di Sekolah

Tri Jayanti
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prodi Manajemen Pendidikan
1 November 2024 10:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tri Jayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi  Kurikulum Merdeka Belajar https://www.pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kurikulum Merdeka Belajar https://www.pexels.com
ADVERTISEMENT
Kurikulum Merdeka Belajar, yang diperkenalkan untuk menjawab kebutuhan pendidikan yang lebih relevan dan fleksibel di Indonesia, kini mulai diterapkan di berbagai sekolah. Melalui pendekatan baru ini, pemerintah berharap dapat mengurangi beban belajar yang berlebihan sekaligus mendorong pembelajaran yang lebih kontekstual, inovatif, dan berfokus pada siswa.
ADVERTISEMENT
Program ini menawarkan peluang besar, namun juga disertai berbagai tantangan yang perlu dihadapi oleh guru, siswa, dan orang tua.
Peluang yang dihadirkan Kurikulum Merdeka Belajar
Siswa didorong untuk belajar melalui proyek nyata yang relevan dengan konteks lingkungan mereka. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kerja sama, dan kemampuan pemecahan masalah yang dibutuhkan di dunia kerja.
Kurikulum ini memungkinkan guru menyesuaikan materi dengan kebutuhan dan minat siswa. Guru dapat mengembangkan modul yang relevan dengan kondisi lokal dan mendorong kreativitas dalam proses pembelajaran.
Kurikulum Merdeka Belajar menekankan kemampuan literasi, numerasi, dan keterampilan sosial yang penting bagi generasi mudah. Melalui sistem ini, siswa diharapkan tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki kemampuan interpersonal yang kuat.
ADVERTISEMENT
Tantangan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar
Kurikulum ini membutuhkan guru yang adaptif dan memiliki keterampilan mengajar yang baru. Namun, tidak semua guru memilikinya, terutama di daerah, siap menerapkan pembelajaran berbasis proyek dan penyesuaian materi. Pelatihan berkesinambungan sangat dibutuhkan.
Di beberapa daerah, keterbatasan infrastruktur seperti ruang kelas yang memadai, teknologi, dan akses internet masih menjadi hambatan dalam penerapan kurikulum ini. Kesenjangan ini membuat implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di sekolah-sekolah terpecil membutuhkan dukungan tambahan.
Orang tua perlu berperan aktif dalam mendukung proses belajar yang lebih fleksibel. Namun, adaptasi ini membutuhkan pemahaman dan sosialisasi yang baik dari pihak sekolah agar orang tua dapat aktif membantu anak belajar di rumah.
ADVERTISEMENT
Sebagai bentuk dukungan, pemerintah telah menyediakan berbagai platform dan modul pembelajaran daring yang dapat diakses oleh guru dan siswa di seluruh Indonesia. Selain itu, pelatihan bagi guru dan sosialisasi untuk orang tua terus ditingkatkan guna memastikan semua pihak siap menghadapi perubahan ini.
Dengan kolaborasi antar sekolah, guru, orang tua, dan siswa, diharapkan Kurikulum Merdeka Belajar dapat mencetak generasi yang lebih kreatif, inovatif, dan siap untuk menghadapi tantangan global. Kurikulum ini tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang cerdas secara akademis, tetapi juga mampu beradaptasi dalam berbagai situasi kehidupan nyata.