Konten dari Pengguna

Taman Baca Melego, Dahulu Tumpukan Sampah Sekarang Jadi Tempat Inspirasi

Tri Muhammad Mahesa
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Prodi Penerbitan (Jurnalistik)
21 Januari 2024 14:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tri Muhammad Mahesa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mural di bagian dalam Taman Baca Melego. (Foto: Tri Muhammad Mahesa)
zoom-in-whitePerbesar
Mural di bagian dalam Taman Baca Melego. (Foto: Tri Muhammad Mahesa)
ADVERTISEMENT
Taman Baca Melego merupakan sebuah tempat yang didedikasikan untuk meningkatkan minat baca dan literasi di kalangan masyarakat. Terletak di Jl. Akses UI, Gang Dharma I, Kec. Cimanggis, Kota Depok.
ADVERTISEMENT
Taman baca ini menjadi ruang yang ramah dan nyaman bagi semua kalangan. Di sini dapat mengeksplorasi dunia literasi, atau hanya sekadar singgah dengan dilengkapi berbagai koleksi buku yang menarik dan beragam.

Asal Mula

Bagian dalam Taman Baca Melego. (Foto: Tri Muhammad Mahesa)
Dahulu, taman baca ini merupakan lahan pembuangan sampah yang kurang mendapat perhatian dari masyarakat sekitar. Berawal dari Ahmad Zaoharudin yang akrab dipanggil Jojo. Ia selalu merasa terganggu dengan bau tak sedap setiap melewati gang di belakang toko alat perkemahan miliknya.
Tanah seluas 10 x 25 meter milik warga itu dijadikan tempat pembuangan sampah oleh warga sekitar. Dari hari ke hari setiap melewati lahan tersebut, Jojo serius memikirkan untuk mengubahnya. Ia berpikir apa yang bisa bermanfaat bagi warga, bukan hanya sekadar tempat pembuangan sampah.
ADVERTISEMENT
Akhirnya Jojo membulatkan tekadnya membangun taman baca. Ide awal untuk membuat taman baca ini adalah, fasilitas tersebut nantinya akan menjadi tempat atau ruang bagi anak-anak dan penduduk setempat.
“Karena kita lihat ada potensi yang besar di sini, ya. Menurut temen-temen terdahulu akhirnya tempat sampah ini kita sulaplah jadi taman bacaan sampai seperti ini,” ujar koordinator Taman Baca Melego, Fachri Ali.

Mulai Membangun

Bagian luar Taman Baca Melego. (Foto: Tri Muhammad Mahesa)
Pada pertengahan 2019, Jojo dan teman-temannya mulai membersihkan sampah. Sebuah lahan seluas 320 meter telah menjadi tempat pembuangan sampah selama puluhan tahun. Gundukan sampah di lahan tersebut, bahkan sudah mencapai tinggi lutut orang dewasa.
Namun, setelah enam bulan kerja keras, proses pembersihan akhirnya selesai pada akhir 2019. Setelah berhasil membersihkan sampah, langkah berikutnya adalah mengumpulkan buku-buku bacaan. Selanjutnya mereka akan membangun sebuah struktur bangunan yang layak untuk dijadikan taman baca.
ADVERTISEMENT
Jojo dan teman-temannya mulai membuka donasi buku dengan mengajak berbagai pihak, mulai dari komunitas literasi, mahasiswa, hingga teman-teman mereka.
Respons terhadap inisiatif mereka sangat positif, banyak orang yang berkontribusi dengan menyumbangkan berbagai jenis buku. Buku-buku yang mereka terima mencakup berbagai bacaan, seperti buku ilmu pengetahuan, buku pelajaran sekolah, komik dan novel.
Setelah berhasil mengumpulkan sejumlah buku, Jojo dan teman-temannya kemudian memulai pembangunan sebuah saung. Mereka menggunakan modal dari kantong pribadi dan donasi dari beberapa teman.
Meskipun mungkin mereka tidak memiliki banyak sumber daya, semangat dan kerja kerasnya membuat mereka mampu membangun saung yang layak.

Tetap Eksis

Dokumentasi kegiatan sosial yang dilakukan Taman Baca Melego. (Foto: Tri Muhammad Mahesa)
Taman Baca Melego masih tetap eksis sampai saat ini bukan tanpa alasan. Tak hanya sekadar taman baca saja. Mereka memperluas kegiatan dengan cara melibatkan masyarakat sekitar melalui aktivitas yang bersifat literasi, sosial, dan humanity.
ADVERTISEMENT
“Contohnya paling terakhir tuh waktu ramadan kita bukber, kita melibatkan hampir 50 anak kecil dan RT sekitar. Lalu, pemuka agama sekitar untuk mengisi acara atau enggak kita bareng-bareng di sini buka bersama oleh Taman Baca Melego,” kata Fachri.
“Kita juga bersinergi dengan masyarakat untuk membangun bank sampah yang dikelola oleh masyarakat sebenernya. Nanti bank sampah itu dikelola lagi untuk dijadikan sumber penghasilan warga juga,” jelasnya.
Aktivitas sosial dan kemanusiaan tak hanya dilakukan di sekitar taman baca, tetapi dengan menjadi relawan ke luar daerah saat bencana. Contohnya, waktu gempa melanda Mamuju Majene, mereka berada di sana selama dua bulan lamanya.
Selain itu, taman baca ini banyak berkolaborasi dengan komunitas lain. Jumlahnya kurang lebih ada 20 komunitas, tersebar di wilayah Jakarta, Depok dan sekitarnya. Komunitas-komunitas tersebut bekerjasama menjadi media partner pada program yang diselenggarakan Taman Baca Melego.
ADVERTISEMENT
“Banyak sih sebetulnya. Kemarin dari Telkom juga sudah bantu donasi kita. Kalo dari komunitas banyak, kita lebih sering ke Komunitas Ciliwung Depok, dan sama teman-teman dari Adventure Book. Itu juga salah satu temen kolektifan kita yang sering banget kita kolaborasi,” ucap pengurus Taman Baca Melego, Kevin Apriadi.
Sampai sekarang, Taman Baca Melego masih berdiri tegak dengan memiliki teman-teman relawan kurang lebih sebanyak 90 orang. “Voulenteer kita kalo di grup itu kurang lebih ada 90 orang, itu pun enggak semuanya ada di sini. Beberapa aja gitu,” tuturnya.

Membangun Literasi

Anak-anak sekitar sedang melakukan kegiatan di Taman Baca Melego. (Foto: Tri Muhammad Mahesa)
Dalam membangun literasi bagi anak-anak sekitar. Taman baca ini tak hanya mencakup aktivitas membaca saja, tetapi dengan memberikan permainan berupa puzzlle dan menggambar yang mendidik.
ADVERTISEMENT
Untuk buku-buku yang terkumpul di taman baca ini memang semuanya hasil sumbangan atau donasi dari publik. Beberapa komunitas lain juga ikut memberi bantuan, diantaranya ada komunitas literasi dan komunitas relawan.
“Harapan saya untuk Taman Baca Melego di masa yang akan datang bisa selalu berkembang dan bertumbuh. Itu hal yang klise lah, ya. Cuma itu yang selalu kita inginkan gitu. Agar kita selalu menjadi wadah atau ruang untuk berinteraksi terhadap dunia literasi, sosial dan humanity,” pungkas Fachri.
(TMM)