Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Lama Tak Terdengar, Rupanya Alex Abbad Serius Lestarikan Aksara Jawa
10 Oktober 2018 16:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Alex Abbad, setelah lama tak terdengar kabarnya, kini tiba-tiba ia muncul dalam peluncuran program Gerakan Bangga Penggunaan Aksara Jawa (Gerbang Praja) yang digagas oleh Pemerintah DIY di Kompleks Kepatihan Yogyakarta. Dalam kesempatan tersebut, Alex menyerahkan cinderamata kepada Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X.
ADVERTISEMENT
Yang menarik dari souvernir tersebut ternyata berisi beberapa produk yang dikemas dengan kemasan bertuliskan aksara (huruf) Jawa. Nampaknya, dalam dua tahun terakhir VJ kondang ini ternyata menggeluti bisnis baru yaitu membuat produk dengan kemasan bertuliskan aksara Jawa.
Ketika ditanya awak media, Alex mengaku bersama beberapa temannya yang tergabung dalam komunitas Jogjaholic sudah dua tahun terakhir ini berkecimpung dalam penciptaan produk dengan kemasan dengan aksara Jawa. Ia sendiri menjadi salah satu produsen Jamu Jawa yang ia beri label Jamu Roso.
Alex mengungkapkan, saat ini sementara ada empat produk yang mereka branding menggunakan aksara Jawa. Produk tersebut adalah Kopi dari Manisrenggo, ukiran pahat di kulit kerbau dengan tehnik wayang yang diberi nama Tanah Air, Jamu Roso dan juga produk kecantikan yang diberi label Banyu Urip.
ADVERTISEMENT
"Itu salah satu produk yang kita launchingnya menggunakan aksara Jawa,"tuturnya.
Ia mengaku sangat tertarik untuk melestarikan aksara Jawa sebab di Indonesia ini sebenarnya memiliki banyak ragam aksara. Seperti di Banten, Bali, Ternate, Asmat dan Aceh juga ada. Hanya saja, yang akarnya masih terjaga dan data basenya masih bisa diakses lebih mudah dibanding lainnya adalah aksara Jawa.
Menurutnya, ia harus menciptakan ekosistem bagaimana rakyat mulai terbiasa membaca aksara Jawa. Karena aksara termasuk aksara Jawa tersebut sebenarnya adalah identitas sebagai bangsa Indonesia. Sehingga aksara Jawa dan juga aksara-aksara lain memang harus dilestarikan.
Ia sendiri mengaku saat ini tidak mengetahui dan tidak paham tentang aksara Jawa. Bahkan sampai saat ini ia sangat kesulitan untuk belajar aksara Jawa. Hanya saja bukan berarti hal tersebut membuatnya menyerah. Karena kesulitan tersebut sebenarnya bagian dari semangat dirinya untuk belajar.
ADVERTISEMENT
"Kesulitan itu macam-macam. Misalnya kita mau translate ala kadarnya, sebenarnya sudah ada aplikasi font-fontnya. Tetapi ternyata bunyinya tidak sesuai karena cara penulisannya yang saya tidak tahu. Karena setahu saya di antara aksara Jawa itu tidak ada spasi, semuanya nyambung. Lalu bagaimana memisahkannya, seperti tulisan Arab ada caranya memisahkannya,"ujarnya.
Itulah yang akan ia usahakan bersama teman-temannya, yaitu bagaimana Aksara Jawa bisa diadaptasi secepat mungkin. Kini ia bersama dengan komunitas Jogjaholic sedang berusaha menyusun silabus untuk bagaimana mempelajari aksara Jawa hanya dalam 5 kali pertemuan.
Laki-laki yang identik dengan jenggotnya ini mengaku memiliki ambisi ingin mendirikan sekolah gratis untuk belajar aksara Jawa bagi masyarakat Indonesia. Namun bagi warga negara lain tetap akan dikenai biaya. Untuk program tersebut, ia akan memulai dari DIY dengan menciptakan sebuah kedai sekaligus tempat belajar aksara Jawa di mana semua hal yang ada di dalamnya akan bertuliskan aksara Jawa.
ADVERTISEMENT
"Kita ingin sedang mengembalikan bukan hanya fungsi, estetikanya tetapi mengembalikan identitas bangsa,"tegasnya.
Ketika ditanya mengapa konsen dengan aksara Jawa meski sudah menjadi VJ kelas dunia, Ales mengaku karena semangat cintanya terhadap Indonesia. Keinginan melestarikan aksara Jawa tersebut bermula ketika ia ikut ibundanya yang keliling dunia karena wanita yang melahirkannya tersebut adalah Atase Kebudayaan.
"Saat di luar negeri sering dipertanyakan oleh warga di sana. Saya ini sebenarnya sering bisa menari, bisa berbahasa Jawa kok tidak seperti orang Indonesia ya. Dari situ lantas timbul pikiran identitas saya sebagai orang Indonesia itu apa ya,"kenangnya.
Baginya, ia tidak bisa memilih terlahir seperti wujud dirinya saat ini. Lalu apa yang bisa ia pilih, yaitu mempelajari elemen-elemen identitas bangsa Indonesia. Sehingga tanpa ragu dengan wujud bentuk tubuhnya yang mirip dengan orang Arab tersebut. Oleh karena itu ia memutuskan untuk belajar aksara Jawa. (erl/fra)
ADVERTISEMENT