Konten Media Partner

BEM Unisma Gelar Bedah Buku PU Gajah Mada

5 Desember 2020 17:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

BEM Unisma Gandeng Perpustakaan Unisma

Bedah buku. Foto: Unisma
zoom-in-whitePerbesar
Bedah buku. Foto: Unisma
ADVERTISEMENT
MALANG - BEM Universitas Islam Malang (Unisma) bersama Perpustakaan Pusat Unisma menggelar Bincang Kebudayaan dan Bedah Buku PU Gajah Mada, di Ruang Literasi Perpustakaan Pusat Unisma, secara daring dan luring, pada Rabu (2/12/2020).
ADVERTISEMENT
Rektor Unisma, Prof Dr H Maskuri MSi, yang hadir dan turut membuka acara secara resmi, menuturkan agenda ini sebagai upaya strategis untuk membangkitkan semangat baru bagi generasi muda serta bagi para akademisi.
“BEM Unisma dan perpustakaan Unisma menggelar acara ini untuk melatih nalar kritis mahasiswa. Saya apresiasi semoga kedepannya akan melahirkan inovasi kegiatan yang bersifat membangun bagi Unisma," ucapnya.
Bedah buku. Foto: Unisma
"Dari sosok Gajah Mada kita sebagai akademisi dapat belajar, bahwa ia sebagai tokoh yang ahli dalam bidang pemerintahan, dalam bidang hukum, termasuk juga kanuragan,” imbuhnya.
Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (LESBUMI) PBNU, KH Agus Sunyoto, menjelaskan pembuatan buku ini dilakukan untuk membahas pembelokan yang ada. Salah satunya Gajah Mada karena sejak perang Hindia Belanda, ada naskah yang mengandung pembelokan.
ADVERTISEMENT
“Pada dasarnya Gajah Mada dikenal dengan sumpah palapa. Namun, faktanya persatuan nusantara itu sudah terwujud pada Kerajaan Kertanegara," jelas Penulis Buku PU Gajah Mada ini.
"Pembelokan lain digambarkan pada beberapa naskah seperti naskah Kidung Sunda yang menunjukkan dia hebat jago perang yang membunuh seorang raja sunda di Jawa Barat. Nyatanya, tidak ada data yang membahas penaklukan yang dituliskan di suatu naskah. Pada kenyataannya, sosok yang ditemukan pada seorang Gajah Mada adalah seorang pemikir, ilmuwan, ahli hukum, ahli pemerintahan, guru yang dipatuhi warga kerajaan. Gajah Mada ini diserahi tugas untuk menyusun KUHP Manawa Dharma Sastra dari Majapahit dan menyusun pendidikan. Sayangnya, semua ini tidak dibahas dalam buku,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen Kebudayaan) Republik Indonesia, Hilmar Farid PhD, menjelaskan jika buku ini seperti novel sejarah yang merupakan ragam kepenulisan yang sangat penting.
ADVERTISEMENT
“Bukan berarti karena novel faktanya tidak ada. Justru novel sejarah biasanya lebih kuat datanya daripada buku sejarah. Isi novel ini adalah perpaduan antara data yang dicari dari sejarah lalu ditampilkan dalam bentuk novel sejarah,” ungkapnya.
Pada akhir acara, Presiden Mahasiswa Unisma Malang, A Faruuq, menuturkan harapannya atas buku PU Gajah Mada yang menurut KH Agus akan sampai lima jilid.
“Karena yang menulis merupakan ketua lembaga seniman budayawan muslimin Indonesia. Saya sebagai presiden mahasiswa Unisma Malang yang menggelar acara ini, berharap besar PBNU untuk memfilmkan buku sejarah ini. Sebab ingatan milenial, akan lebih mudah lagi direkonstruksi menggunakan pendekatan film,” harapnya.(ads)