Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
CEO Aren Energy: Indonesia Butuh Pabrik Entrepreneur
8 Juli 2021 13:00 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:50 WIB
ADVERTISEMENT
MALANG- Toronata Tambun, pengusaha dan coach yang pengalamannya terentang puluhan tahun, benar-benar mampu ’mencuci otak’ sekitar seribu peserta Webinar CEO Mentorship Batch II yang digelar Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Senin (5/7).
ADVERTISEMENT
Dengan gaya yang blak-blakan, Direktur dan CEO Aren Energy ini menggebrak dengan banyaknya salah paham soal istilah entrepreneur selama ini.”Entrepreneur ini bukan soal mendirikan start up, tapi entrepreneur ini soal sikap tidak pantang menyerah, soal mindset, jadi tidak hanya soal mendirikan start up,” kata alumnus Harvard Bussines School ini.”Salah satu ciri entrepreneur ini, tidak mudah baperan,” imbuhnya.
Bahkan, dia menyebut, bahwa orang yang ingin menjadi entrepreneur, harus bisa melakukan hal-hal ekstrem.”Dalam sehari tidak hanya bekerja 24 jam, tapi juga bekerja 40 jam,” imbuh pria yang juga coach di banyak perusahaan besar ini.
Karena inilah, lanjut Toro, andai ada lowongan untuk entrepreneur, maka teks dalam lowongan tersebut adalah dicari, orang yang ingin melalui petualangan yang berbahaya, upah kecil, dingin, penuh dengan kegelapan, belum tentu kembali dengan selamat dan belum tentu ada penghormatan serta pengakuan jika berhasil.
ADVERTISEMENT
Namun, di tengah tantangan yang besar bagi seorang entrepreneur, menurut Toro, Indonesia dibutuhkan banyak entrepeneur untuk bisa membuat bangsa ini naik kelas.”Tapi Indonesia belum punya pabrik entrepreneur, kita butuh pabrik entreneur, dan untuk menciptakan entrepreneur ini, anak-anak harus dididik sejak umur 5 tahun,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Toro juga banyak membahas soal usaha yang berbasis dengan inovasi atau Innovation Driven Entrepreses. Dalam kesempatan tersebut, yang disebut Inovasi adalah invensi atau suatu penemuan yang benar-benar baru, dikali dengan komersialisasi.
Dengan demikian, penemuan tersebut harus bisa dikapitalisasi atau dikomersialisasi.”Kalau Bapak/Ibu peserta lupa dengan banyak slide, tolong ingat ini saja yakni inoasi adalah invensi dikalikan komersialisasi,” imbuhnya.
Dalam Innovation Driven Entrepress ini, dalam satu slidenya dia memberikan contoh salah satu sosok yang dinilai berhasil membuat inovasi dan memberi manfaat.”Kita membutuhkan banyak CEO seperti beliau, yakni Pak Salman Subakat, CEO PT Paragon Technology and Innovation yang salah satu produknya adalah wardah, jadi beliau mempunyai kepedulian terhadap ekosistem inovasi, karena salah satu nilai perusahaan ini adalah inovasi,” katanya.
ADVERTISEMENT
Lalu, apakah ada selain Salman Suabakat?.”Ya ada, banyak sekali di luar sana. Yakni CEO yang Fast yakni Fathonah (cerdas), Amanah (dapat dipercaya), Sidiq (jujur), Tablikh atau mampu menyampaikan,” imbuhnya.
Hanya saja, untuk menciptakan Innovation Driven Entrepress ini, membutuhkan ’nyawa’ yang panjang bagi sebuah perusahaan.”Kira-kira harus mampu hidup dulu selama 6-7 tahun, ini butuh investasi yang besar karena ini bukan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah),” imbuhnya.
Sementara itu, Sekretaratis Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Paristiyanti Nurwardani dalam penutupan acara ini menyampaikan bahwa apa yang disampaikan Toro, sudah sesuai dengan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.”Seperti membangun pabrik entrpereneur, ini sudah sesuai dengan apa yang akan kita lakukan,” katanya.