Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
MALANG - Rasa trauma warga Desa Majang Tengah, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, yang digoyang gempa magnitude 6,1 pada 10 April 2021 lalu, masih meninggalkan bekas.
ADVERTISEMENT
Akibat trauma gempa bulan April lalu itu, maka ketika terjadi gempa pada Jumat (21/05/2021), sekitar pukul 19.00 WIB, berkuatan 6,2 magnitudo, membuat sebagian warga Desa Majang Tengah memilih tidur di teras rumah.
Kondisi terkini di Desa Majang Tengah, banyak rumah yang baru saja diperbaiki kembali mengalami kerusakan. Ada yang temboknya runtuh dan bolong, ada juga rumah yang pondasinya mulai miring, dan kondisi musala yang semakin parah.
Warga Desa Majang Tengah, Nur Halima, mengatakan bahwa saat kejadian, dirinya dan warga sekitar sedang duduk-duduk santai. Dia dan keluarganya sedang ngobrol dengan keluarga di ruang tengah.
"Saat gempa itu ya orang-orang di sini pada kumpul-kumpul dan ngobrol-ngobrol seperti biasa. Ya seperti biasa, saya tidak menyangka akan terjadi gempa sekali lagi," terangnya.
ADVERTISEMENT
Setelah gempa terjadi, wanita yang akrab disapa Ima ini langsung berlarian panik bersama warga sekitar.
"Lalu waktu gempa lagi itu kita panik sekali. Karena trauma kami belum selesai. Tadi banyak yang panik dan ke luar rumah semua," ungkapnya.
Dia mengatakan, jika rasa trauma yang dialami semakin bertambah, pasalnya baru genap sebulan gempa pertama memporak-porandakan desanya.
"Jelas rasa trauma kami bertambah lagi, karena gempa yang kemarin banyak susulan, ditambah tadi (gempa) agak besar juga kayaknya (magnitude) 6,2. Dan belum bisa hilang rasa trauma," ujarnya.
Belum lagi kerusakan di rumah-rumah warga belum selesai diperbaiki, tapi sudah digoyang gempa yang cukup besar.
"Sekarang kerusakan-kerusakan ringan bertambah. Jadi, tembok-tembok yang belum selesai diperbaiki itu runtuh-runtuh lagi. Dan yang tadinya tembok retaknya kecil jadi semakin lebar," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Lalu rumah yang sudah rusak akibat gempa pertama sekarang jadi semakin miring dan semakin mau roboh," sambungnya.
Ima juga menceritakan, dirinya baru saja memulai merenovasi rumahnya yang rusak. Namun apa daya, kerusakan kini bertambah parah.
"Saya sendiri banyak bangunan yang baru diperbaiki langsung runtuh-runtuh lagi. Saat ini temboknya runtuh lagi, lalu atapnya juga belum sempurna," ujarnya.
Melihat kondisi itu, dia beserta tetangganya tidak berani tidur di dalam rumah pada malam hari. Dia memilih tidur di teras rumah bersama para tetangganya karena takut terjadi gempa susulan. "Sekarang kita tidur di luar kayaknya untuk sementara, soalnya takut nanti malam ada gempa susulan lagi," ujarnya.
"Saat ini warga berjaga dan tidak tidur, lebih tepatnya tidak bisa tidur. Kita tetap waspada takut ada gempa susulan, kalau mau tidur ya tidur di teras rumah," pungkasnya.
ADVERTISEMENT