Konten Media Partner

Mengintip 114 Spesies Bambu di Arboretum Bambu

8 November 2020 9:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Arboretum Bambu. Foto: Rizal Adhi
zoom-in-whitePerbesar
Arboretum Bambu. Foto: Rizal Adhi
ADVERTISEMENT
MALANG - Pengelola Ekowisata Boon Pring tidak hanya menjadikan bambu sebagai ikon wisata. Namun, wisata yang terletak di Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang ini, juga mengembangkan berbagai penelitian terkait bambu.
ADVERTISEMENT
Direktur BUMDes Kertoraharjo, Syamsul Arifin, menjelaskan nama Boon Pring yang sebenarnya mempunyai arti anugerah bambu. "Boon itu artinya anugerah dan pring itu adalah bambu," terangnya, beberapa waktu lalu.
"Oleh karena itu, karena ikon kita bambu, maka kita ingin membuat suatu wisata edukasi. Jadi kita buat satu arboretum bambu yang menyimpan 114 spesies bambu," sambungnya.
Arboretum Bambu. Foto: Rizal Adhi
Syamsul bercerita, awalnya dia hanya memiliki 72 spesies bambu. "Tapi sekitar 3 bulan yang lalu kami dapat bantuan dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) di Bogor," jelasnya.
Bantuan dari LIPI berkat perjanjian MOU agar mengirimkan 3 karyawan Boon Pring untuk pelatihan di Bogor.
"Waktu itu kami mengirimkan MOU dengan LIPI, jadi kami kirimkan 3 karyawan kami ke sana untuk pelatihan. Tujuan pelatihan untuk mempelajari bagaimana perawatan sampai pengembangbiakan bambu," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Arboretum Bambu. Foto: Rizal Adhi
Pria berkacamata ini juga menyebutkan, beberapa spesies bambu di Boon Pring. "Ada jenis-jenis bambu seperti bambu nagin, bambu budha dan bambu botol. Ada juga bambu apus hitam dan bambu apus madura," sebutnya.
Syamsul bercerita, bambu-bambu tersebut memiliki banyak nilai ekonomis. "Bambu-bambu ini sendiri ada beberapa yang digunakan untuk produksi. Diantaranya ada bambu petung dan bambu ori yang untuk anyaman, bangunan," bebernya.
"Tapi ada juga bambu yang kecil-kecil untuk sedotan minuman," imbuhnya.
Syamsul Arifin. Foto: Rizal Adhi
Bahkan Syamsul mengatakan, bambu memiliki nilai ekonomis yang lebih menjanjikan daripada tanaman tebu.
"Bambu-bambu ini betul-betul luar biasa produktivitasnya, dan kalau dihitung dari segi ekonomis bahkan lebih menguntungkan dari tebu," ujarnya.
"Kami sebenarnya sudah memiliki pasar untuk menerima rebung bambu itu, dan rebung bambu itu beda dari rebung-rebung yang lain. Kalau rebung lain kan munculnya pada musim tertentu, sedangkan rebung bambu muncul setiap saat," pungkasnya.
ADVERTISEMENT