Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Opini Noor Shodiq Askandar - Ketua LP Ma'arif NU Jawa Timur
ADVERTISEMENT
Hari hari ini, trend COVID-19 baik secara nasional, regional, maupun lokal masih terus menunjukkan trend kenaikan yang baik terus. Secara nasional hampir tiap hari terjadi pemecahan rekor yang positif terpapar COVID-19. Dari Malang Raya, sebagaimana dilansir sebuah media lokal, Kota Wisata Batu juga masih terus bertambah masyarakat yang menjadi penderita akibat serangan COVID-19. Desa Tlekung, sampai harus memutuskan Pembatasan Sosial Berskala Lokal (PBS).
ADVERTISEMENT
Terhadap situasi ini, ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak kunjung turunnya sebaran COVID-19. Pertama, masyarakat sudah mulai bosan dengan keadaan yang terus memaksa mereka untuk melakukan pembatasan. Keinginan hati untuk bertemu kawan, saudara, dan relasi Sepertinya sudah tidak bisa ditahan lagi. Warung kopi, restoran, dan sejenisnya kini sudah ramai kembali. Kedua, kebutuhan ekonomi yang mendesak dan mengharuskan mereka untuk keluar mencari nafkah. Bagi kelompok ini, daripada tidak bisa menafkahi keluarga, lebih baik terus bergerak dengan risiko yang besar. Ketiga, tingkat stres yang tinggi yang kemudian pada hari hari tertentu membuat mereka keluar untuk sekedar mencari hiburan hati, mencari pemandangan, dan bersantai di tempat tempat tertentu yang bagus. Tidak heran kemudian, jika setiap jumat sabtu minggu malang raya, terutama Batu penuh sesak dengan kendaraan baik dari daerah sekitar maupun dari luar kota.
ADVERTISEMENT
Keempat, mulai munculnya rasa apatis terhadap situasi dan kondisi yang ada. Rasa putus asa juga mulai menghinggapi. Dalam bahasa jawa ada kalimat yang sering terucap: wes babah nek wayahe kenek yo nasib (sudah biar saja, kalau memang harus terpapar, ya nasib).
Namun demikian, apakah kondisi yang seperti ini harus terus dibiarkan. Jawabannya tentu tidak. Masih ada ruang ikhtiar yang diberikan Allah SWT agar umat manusia bisa terhindar dari bahaya COVID-19. Hal ini bisa dilakukan dengan tetap menggunakan protokol kesehatan yang ketat, menjaga jarak, rajin cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, menghindari kerumunan, dan lain sebagainya. Prof Sutiman salah seorang pendiri FMIPA Unisma, menyampaikan tambahan tindakan yang perlu dilakukan. Misalnya dengan banyak beraktivitas di ruang terbuka dan mengurangi aktivitas di ruang tertutup. Mengurangi penggunaan air conditioner juga menjadi bagian penting, karena dapat membuat virus bertambah masa hidupnya di udara. Hal lain juga perlunya suplemen dari obat obat herbal yang lebih aman bagi tubuh. Indonesia ini adalah negara yang kaya akan rempah. Manfaatkan kekayaan akan rempah ini menjadi olahan yang dapat menambah daya imunitas tubuh.
ADVERTISEMENT
Begitu juga bagi yang terpapar, bukan berarti akhir dari segalanya. Masih ada ruang ikhtiyar karena ajaran Islam kita telah diberikan keyakinan bahwa setiap penyakit itu pasti ada obatnya. Setiap upaya juga akan ada hasilnya. COVID-19 adalah penyakit atau virus baru yang mengajak umat manusia untuk terus menganalisa dan mencari jalan penyelesaiannya. Hal ini sebagaimana banyak peringatan oleh Allah sWT dalam beberapa ayat Al-Qur'an yang diakhiri dengan pertanyaan : apakah kamu tidak berfikir ?
Kini para ahli juga sudah mulai menemukan beberapa ikhtiar untuk menghindari dan terbebas dari COVID-19. Ada yang menemukan vaksin baik dari dalam maupun luar negeri, ada yang memanfaatkan kekayaan tanaman dan rempah Indonesia, ada temuan probiotik, dan ada juga yang menggunakan ramuan kopi jalur, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Pendek kata, jangan berputus asa dan teruslah berjuang dalam kehidupan agar kondisi bisa menjadi lebih baik. Ikhtiar yang dibarengi dengan keyakinan yang kuat, InsyaAllah akan diberikan jalan oleh Allah SWT. Masa depan masih panjang, dan kini saatnya kesempatan terbuka lebar untuk berbuat kebaikan. Wallahu a'lam bisshowab.