Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Menelisik Langkah Strategis: Jenis Mineral dalam Rencana Hilirisasi Indonesia
22 April 2024 9:00 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Tio Putra Wendari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hilirisasi menjadi salah satu strategi penting dalam meningkatkan nilai tambah komoditas yang diekspor oleh suatu negara. Konsep ini mengubah paradigma ekspor bahan mentah menjadi produk setengah jadi atau jadi, yang diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan memperkuat struktur industri dalam negeri. Di Indonesia, upaya hilirisasi mineral telah menjadi fokus utama pemerintah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia menganggap hilirisasi sebagai salah satu langkah strategis untuk memajukan sektor pertambangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, "Bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat." Oleh karena itu, melalui hilirisasi mineral, pemerintah berupaya untuk meningkatkan nilai tambah produk mineral, menciptakan lapangan kerja baru, dan mendiversifikasi ekonomi Indonesia.
Langkah-langkah konkret telah diambil Pemerintah Indonesia, mengacu pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang telah berlaku.
Undang-undang tersebut menetapkan larangan ekspor bahan tambang mentah, mendorong pengembangan industri pengolahan dalam negeri, serta memberikan insentif untuk memajukan sektor hilirisasi mineral. Dengan demikian, Indonesia dapat memanfaatkan potensi sumber daya mineralnya secara lebih optimal, menciptakan nilai tambah yang lebih besar, dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia telah menetapkan beberapa mineral sebagai target utama untuk dihilirisasi guna meningkatkan nilai tambah ekonomi dalam negeri. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai jenis-jenis mineral yang menjadi fokus utama dalam kebijakan hilirisasi ini
Nikel
Dalam upaya hilirisasi nikel, pemerintah Indonesia mengupayakan pengolahan nikel menjadi produk jadi seperti feronikel, baterai nikel, atau stainless steel. Indonesia memiliki sumber daya nikel yang melimpah, terutama di wilayah Sulawesi dan Maluku, serta kandungan nikel yang cukup tinggi, membuatnya salah satu produsen terbesar nikel di dunia.
Saat ini, terdapat proyek-proyek besar yang sedang berlangsung untuk mengembangkan industri hilirisasi nikel di Indonesia, termasuk pembangunan smelter dan pabrik pengolahan nikel yang lebih maju. Salah satunya adalah adanya pabrik-pabrik pengolahan nikel yang beroperasi di Indonesia, seperti PT Vale Indonesia Tbk dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) yang terlibat dalam pengolahan nikel menjadi feronikel di Sorowako, Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
Tembaga
Pemerintah juga mengarahkan pengolahan tembaga untuk menghasilkan produk setengah jadi seperti konsentrat tembaga, atau produk jadi seperti kawat tembaga, kabel listrik, atau komponen elektronik lainnya. Indonesia berkontribusi terhadap 10-12% produksi tembaga didunia terbesar ketiga setelah Chili dan Tiongkok, logam ini banyak ditemukan terutama di Papua dan Jawa Barat.
Pasokan tembaga ke depan diprediksi akan mengalami defisit, terutama dengan peningkatan permintaan dari industri kendaraan listrik. Bahkan, pabrikan mobil listrik telah menghubungi pemerintah untuk memastikan pasokan tembaga.
Hal ini menunjukkan pentingnya Indonesia sebagai penyedia tembaga untuk industri yang berkembang seperti industri mobil listrik. Penambangan tembaga dilakukan oleh PT Freeport Indonesia dan pengolahan tembaga di Grasberg, serta PT Smelting yang memiliki fasilitas pemurnian tembaga di Gresik, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Batu Bara
Langkah-langkah hilirisasi batu bara melibatkan pembatasan ekspor batu bara mentah dan mendorong pengembangan pabrik-pabrik kokas atau pabrik-pabrik yang menghasilkan produk jadi seperti briket batu bara, arang aktif, atau produk turunan lainnya. Indonesia memiliki sumber daya batu bara yang melimpah, terutama di Kalimantan dan Sumatera, dengan kandungan yang berkisar dari batubara lignit hingga batubara antrasit.
Contoh nyata dari langkah hilirisasi ini dengan pembangunan pabrik-pabrik kokas di daerah penambangan batu bara, seperti di Kalimantan Selatan yang dilakukan oleh PT Bukit Asam Tbk dan PT Adaro Energy Tbk.
Bauksit
Hilirisasi bauksit dapat mencakup produksi aluminium ingot atau alumina. Indonesia memiliki sumber daya bauksit yang cukup besar, terutama di Pulau Riau dan Kalimantan Barat. Pabrik-pabrik pengolahan bauksit juga banyak dikembangkan saat ini di daerah penambangan, seperti di Riau yang dilakukan oleh PT Indonesia Chemical Alumina dan PT Antam Tbk.
ADVERTISEMENT
Sejumlah tawaran investasi juga telah diterima, dimulai dari pembangunan smelter alumina hingga pabrik produksi aluminium. Hal ini mencerminkan minat investor dalam mengembangkan industri hilirisasi bauksit di Indonesia.
Timah
Dalam pengolahan timah, fokusnya adalah pada produksi logam timah murni atau paduan timah, yang digunakan dalam berbagai industri seperti elektronik, kemasan makanan, atau industri konstruksi.
Indonesia adalah produsen timah terbesar di dunia, dengan sumber daya terbesar terdapat di Provinsi Bangka Belitung. Salah satu contohnya adalah PT Timah Tbk yang merupakan produsen timah terbesar di Indonesia dengan fasilitas pengolahan timah di Bangka Belitung.
Cobalt
Cobalt adalah mineral yang penting dalam industri baterai, khususnya untuk baterai lithium-ion yang digunakan dalam kendaraan listrik dan perangkat elektronik lainnya. Indonesia memiliki potensi sumber daya cobalt yang signifikan, terutama di wilayah Papua dan Maluku. Produksi cobalt Indonesia biasanya merupakan bagian dari pengolahan nikel, karena cobalt sering ditemukan bersama nikel dalam deposit nikel lateritik. Kontribusi Indonesia terhadap produksi cobalt global mungkin masih relatif kecil, tetapi dengan meningkatnya permintaan akan baterai lithium-ion, potensi pengembangan sumber daya cobalt di Indonesia menjadi semakin penting.
ADVERTISEMENT
Melalui upaya hilirisasi ini, Indonesia berusaha untuk memperkuat posisinya dalam pasar global serta memastikan bahwa pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan dapat mendukung pembangunan nasional yang inklusif dan berkeadilan.
Namun tentunya pemanfaatan sumber daya mineral ini tetap memprioritaskan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) melalui penerapan prinsip-prinsip good mining practices. Dengan demikian upaya hilirisasi ini tidak hanya berdampak pada penerimaan negara dan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan.