Konten dari Pengguna

Mengenal DSSC (Dye-Sensitized Solar Cells): Teknologi Sel Surya Generasi Ketiga

Tio Putra Wendari
Dosen Departemen Kimia Universitas Andalas dan Peneliti Ilmu Material Sebagai Bahan Penyimpan Energi
31 Mei 2024 17:25 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tio Putra Wendari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perangkat Dye-Sensitized Solar Cells (DSSC) menghiasi jendela SwissTech Convention Center, mengubah cahaya matahari menjadi energi bersih sekaligus menambah estetika bangunan (Sumber: iStock)
zoom-in-whitePerbesar
Perangkat Dye-Sensitized Solar Cells (DSSC) menghiasi jendela SwissTech Convention Center, mengubah cahaya matahari menjadi energi bersih sekaligus menambah estetika bangunan (Sumber: iStock)
ADVERTISEMENT
Di era modern ini, kebutuhan akan energi bersih dan terbarukan semakin mendesak. Salah satu inovasi yang menarik perhatian dalam bidang energi terbarukan adalah sel surya. Sel surya merupakan perangkat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik melalui efek fotovoltaik. Ketika cahaya mengenai bahan semikonduktor penyusun sel surya, foton dari cahaya tersebut menyebabkan eksitasi elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi, menghasilkan aliran listrik. Teknologi ini memanfaatkan sumber energi matahari yang melimpah, ramah lingkungan, dan tidak terbatas, menjadikannya komponen penting dalam transisi menuju energi bersih dan terbarukan.
ADVERTISEMENT
Teknologi sel surya sendiri telah mengalami beberapa generasi perkembangan. Generasi pertama adalah sel surya berbasis silikon kristalin, yang meliputi silikon monokristalin dan polikristalin. Generasi kedua adalah sel surya film tipis, yang meliputi material seperti amorphous silicon (a-Si), cadmium telluride (CdTe), dan copper indium gallium selenide (CIGS). Dua generasi sel surya ini telah banyak diproduksi, namun masih dinilai mahal untuk biaya produksi.
Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) atau sel surya berpewarna merupakan bagian dari generasi ketiga sel surya, yang mencakup berbagai teknologi inovatif yang bertujuan untuk menggabungkan efisiensi tinggi dengan biaya rendah dan fleksibilitas. Generasi ketiga ini juga melibatkan penelitian pada perovskite solar cells, quantum dot solar cells, dan organik/konjugasi polimer sel surya. DSSC menonjol di antara teknologi ini karena prinsip kerjanya yang unik dan potensi aplikasinya yang luas. DSSC menawarkan berbagai keunggulan yang membuatnya menjadi alternatif menarik dibandingkan dengan teknologi sel surya konvensional berbasis silikon.
ADVERTISEMENT
DSSC pertama kali diperkenalkan oleh Michael Grätzel dan Brian O'Regan pada awal 1990-an. Prinsip kerja DSSC cukup sederhana namun efektif. Sel ini terdiri dari beberapa komponen utama: lapisan transparan yang dilapisi oleh partikel titanium dioksida (TiO2), pewarna yang berfungsi menyerap cahaya, elektrolit yang mengandung ion iodida/triiodida, serta elektroda konduktif. Ketika cahaya matahari mengenai pewarna, elektron tereksitasi dan kemudian ditransfer ke partikel TiO2, menghasilkan aliran listrik.
Prinsip kerja DSSC: Cahaya matahari mengaktifkan pewarna yang mentransfer elektron ke TiO2, menciptakan aliran listrik melalui rangkaian eksternal, didukung oleh elektrolit dan elektroda konduktif (Sumber: Journal of Materials Chemistry A)
Alasan utama penggunaan cahaya dalam perangkat DSSC adalah karena cahaya matahari merupakan sumber energi yang sangat melimpah dan tidak habis-habisnya. Matahari memancarkan energi dalam bentuk foton, yang dapat diubah menjadi listrik melalui efek fotovoltaik. Pewarna dalam DSSC memainkan peran penting dalam menyerap foton dari cahaya matahari. Ketika pewarna menyerap cahaya, elektron dalam molekul pewarna tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Elektron yang tereksitasi ini kemudian ditransfer ke partikel TiO2, dan proses ini menghasilkan aliran listrik yang dapat digunakan untuk berbagai aplikasi. Salah satu senyawa yang sering digunakan dalam DSSC adalah ruthenium kompleks, seperti N3 dan N719.
ADVERTISEMENT
Keunggulan utama dari DSSC terletak pada biaya produksinya yang relatif rendah dibandingkan dengan sel surya silikon. Proses pembuatan DSSC tidak memerlukan teknologi tinggi atau material mahal, sehingga memungkinkan produksi dalam skala besar dengan biaya yang lebih terjangkau. Selain itu, DSSC juga memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam desain dan aplikasi. Sel ini dapat dibuat dalam berbagai warna dan transparansi, memungkinkan integrasi yang estetis pada jendela bangunan, atap, dan berbagai permukaan lainnya.
Namun, seperti teknologi lainnya, DSSC juga memiliki tantangan tersendiri. Salah satu tantangan utama adalah efisiensi konversi energi yang masih lebih rendah dibandingkan dengan sel surya silikon. Saat ini, efisiensi tertinggi yang dicapai oleh DSSC berkisar antara 10-12%, sementara sel surya silikon dapat mencapai efisiensi hingga 25%. Selain itu, stabilitas jangka panjang dan degradasi material dalam kondisi lingkungan yang ekstrem masih menjadi area yang membutuhkan penelitian lebih lanjut. Penelitian terbaru berfokus pada eksplorasi jenis zat warna organik dan bahan-bahan berbasis perovskite yang berpotensi meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya produksi.
ADVERTISEMENT
Manfaat dari pengembangan DSSC tidak hanya terletak pada aspek lingkungan, tetapi juga pada aspek ekonomi dan sosial. Dengan memanfaatkan sumber energi matahari yang melimpah dan ramah lingkungan, DSSC dapat berkontribusi dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menurunkan emisi karbon. Selain itu, teknologi ini juga membuka peluang bagi pengembangan industri lokal dan penciptaan lapangan kerja baru di sektor energi terbarukan.