Konten dari Pengguna

Menginterpretasi Makna Sandwich Generation melalui Pementasan Teater TTBE

Uliana Hidayatika
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - Duta Bahasa Provinsi Banten - Duta Baca Kota Tangerang Selatan - Duta Genre UIN Jakarta
28 September 2023 6:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Uliana Hidayatika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menginterpretasi Makna Sandwich Generation melalui Pementasan Teater Tuhan, Tolong Bunuh Emak! Sanggar KUMMIS, ITB Ahmad Dahlan Jakarta pada Rabu s.d. Kamis (20--21/9/2023).
Pementasan TTBE dan Tim Produksi TTBE. Foto: Dokumentasi Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Pementasan TTBE dan Tim Produksi TTBE. Foto: Dokumentasi Pribadi.
Dalam rangka mengikuti ajang Festival Teater Kampus Jakarta (FTKJ) 2023, UKM Sanggar Kummis ITB Ahmad Dahlan Jakarta, mementaskan naskah berjudul Tuhan, Tolong Bunuh Emak! Karya Yessy Natalia. Dari judulnya, dapat kita lihat bahwa pementasan yang ditampilkan sangat dekat dengan realitas. Ya, pementasan ini kental dengan istilah sandwich generation di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Berkisah tentang tokoh Bekti--seorang petugas kebersihan--yang terhimpit masalah ekonomi. Dirinya berada pada posisi sandwich karena harus membiayai anak, istri, dan ibunya yang sedang sakit keras. Istilah sandwich generation yang dialami Bekti sedang hangat belakangan ini karena banyak orang yang berada pada posisi Bekti dalam kehidupan nyatanya.
Naskah yang bersifat realis dan kiprah Sanggar Kummis yang tidak diragukan lagi menghadirkan respon yang positif dari banyak pihak. Antusias penonton untuk membeli tiket pementasan dan melihat langsung lakon yang ditampilkan para aktor dan aktris sangatlah tinggi.
"Pementasan teaternya keren, feel-nya dapet banget, apalagi naskah yang dipentasin sifatnya realis. Sebagai laki-laki, nanti gua juga kalau jadi suami harus nafkahin istri dan harus tetep sayang sama orang tua. Generasi sandwich menurut gua sesuatu yang sangat deket sama kehidupan kita terutama kaum laki-laki," kata Wisnu (salah satu penonton pementasan Tuhan, Tolong Bunuh Emak! saat diwawancarai pada 21/9/2023).
ADVERTISEMENT
Selain Wisnu, Sahrul Ramadhan--sutradara pementasan Tuhan, Tolong Bunuh Emak!--turut menyampaikan pandangannya mengenai sandwich generation. "Menurutku, posisi sandwich generation seperti takdir bagi laki-laki karena bagaimana pun saat sudah berkeluarga, orang tua tetap nomor 1 dan enggak boleh dilupain. Menurutku juga, posisi sandwich generation bukan posisi yang memberatkan karena mengabdi kepada orang tua adalah hal yang wajib. Melalui naskah TTBE, aku merasa diingatkan bahwa menafkahi dan menyayangi orang tua apalagi yang sudah renta merupakan bentuk pengabdian yang enggak sebanding waktu dia berjuang ngebesarin anaknya," kata Sahrul.
Melalui pementasan ini, banyak penonton yang ikut merasakan dalamnya pesan yang disampaikan. Tidak sedikit dari mereka menangis saat melihat tokoh Minah--istri Bekti--dan Bekti bertengkar karena keterbatasan biaya. Selain itu, adegan saat tokoh Emak kesakitan juga membuat siapa saja yang menonton akan terenyuh.
ADVERTISEMENT
Di balik suksesnya pementasan, pasti ada kendala yang dialami. Sutradara pementasan Tuhan, Tolong Bunuh Emak! menuturkan "Proses latihan kurang lebih 4 bulan pastinya banyak kendala yang dihadapi. Mulai dari susahnya mencari pemain yang cocok dengan karakter tokoh, menjaga sikap konsisten pemain saat latihan, dan yang paling sulit adalah mencari cara agar aktor dan aktris yang sudah dipilih bisa masuk ke dalam karakter si tokoh karena usia antara pemain dengan tokoh di naskah itu terpaut jauh. Selain itu, menentukan klimaks dari naskah juga challeging banget, enggak gampang. Oh iya, menjaga kesabaran dan mood pribadi juga penting karena aku diajarin waktu pertama kali nyutradarain itu harus sabar seribu kali lipat dari pemain," kata Sahrul Ramadhan.
ADVERTISEMENT
Menambahkan argumen Sahrul, Pimpinan Produksi pementasan Tuhan, Tolong Bunuh Emak! menuturkan, "Di balik penampilan yang sukses pasti ada perjuangan yang dihadapi. Saya bersyukur sekali pementasan TTBE ini sukses dan banyak mendapat respon positif dari teman-teman. Saya berharap perjuangan kami tidak sia-sia dan dapat membawa gelar juara pada ajang FTKJ ini," kata Mario Arif Fauzin.
Selain lakon para aktor yaitu Haikal Pratama sebagai Bekti, Ufi Fadilah sebagai Minah, Altisa Niqola sebagai Emak, Muhammad Aril sebagai Bang Jaul, dan Muhammad Mardani sebagai Werdi, yang sangat mendalami peran dan karakter tokoh yang membuat penonton terpukau, pementasan teater TTBE ini juga menghadirkan pameran yang sangat estetika dan penuh makna.
Nur Aryanto --PJ Divisi Dekorasi dan Dokumentasi sekaligus perancang konsep pameran--menjelaskan bahwa pamerannya berkonsep tentang manusia dan perjalanannya, "Konsep pameran aku adalah manusia dan perjalanannya, fase perjalanan manusia itu sendiri yang tidak diketahui jarak dan tempat pemberhentian yang membuat kita akan terus berjalan. Hal ini memiliki kesinambungan dengan naskah yang dipentaskan karena dilihat dari segi permasalahan dan perjalanan hidup, bahwasanya selalu ada fase perjalanan yang panjang untuk mencapai satu titik yang akan membawa kita entah ke titik terang atau gelap," kata Arya.
Pameran Pementasan TTBE. Foto: Dokumentasi Pribadi.