Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Pengaruh Psikologis pada Anak Broken Home
17 Oktober 2024 8:32 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Wahyuni14 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kehidupan keluarga seharusnya menjadi tempat yang harmonis bagi anak-anak untuk belajar tentang kasih sayang dan stabilitas. Namun, tidak semua anak tumbuh dalam lingkungan yang ideal. Perpecahan keluarga, atau yang dikenal dengan istilah broken home, sering kali meninggalkan jejak yang mendalam pada perkembangan anak, terutama dari sisi psikologis. Dampaknya tidak hanya terasa saat itu, tetapi juga dapat memengaruhi masa depan anak, baik dari segi emosional, sosial, maupun akademis.
ADVERTISEMENT
1. Ketidakstabilan Emosional dan Rasa Kehilangan
Anak-anak dari keluarga broken home cenderung mengalami ketidakstabilan emosional yang lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang tumbuh dalam keluarga utuh. Mereka sering merasa kehilangan rasa aman, bingung, marah, dan sedih. Proses perpisahan yang tidak dijelaskan dengan baik atau penuh konflik memperburuk situasi, menciptakan tekanan batin dan kecemasan yang berkepanjangan. Anak-anak ini juga sering merasa ditinggalkan, baik secara fisik maupun emosional oleh salah satu atau kedua orang tuanya.
2. Kesulitan dalam Hubungan Sosial
Dampak psikologis lainnya yang sangat terlihat adalah kesulitan anak dalam membentuk hubungan interpersonal yang sehat. Anak-anak broken home mungkin merasa sulit untuk mempercayai orang lain atau takut terikat dalam hubungan jangka panjang karena pengalaman mereka melihat keluarga yang tidak stabil. Hal ini dapat memengaruhi interaksi sosial mereka di sekolah, dengan teman sebaya, dan bahkan dalam hubungan asmara ketika dewasa.
ADVERTISEMENT
3. Gangguan Prestasi Akademis
Tekanan emosional yang dirasakan oleh anak-anak broken home juga sering kali mengganggu prestasi akademis mereka. Anak yang merasa stres atau tertekan di rumah cenderung mengalami kesulitan berkonsentrasi di sekolah. Hal ini dapat menyebabkan penurunan motivasi belajar, ketidakhadiran di kelas, atau bahkan penurunan prestasi secara keseluruhan. Perasaan tidak aman dan ketidakpastian tentang masa depan keluarga mereka dapat menjadi gangguan besar dalam proses belajar.
4. Perilaku Menyimpang
Anak-anak broken home juga rentan terhadap penyimpangan perilaku. Tanpa dukungan yang memadai dari orang tua, mereka mungkin mencari pelarian dalam hal-hal negatif, seperti penggunaan narkoba, alkohol, atau terlibat dalam tindakan kenakalan remaja. Kurangnya figur orang tua yang stabil dan pengawasan yang lemah sering kali membuat anak-anak ini mencari perhatian dan penerimaan di lingkungan yang salah.
ADVERTISEMENT
5. Peran Orang Tua dalam Meminimalisasi Dampak
Meskipun perpecahan keluarga dapat berdampak negatif pada anak, bukan berarti dampak tersebut tidak bisa diminimalisasi. Peran orang tua tetap sangat penting, meskipun mereka telah berpisah. Dukungan emosional yang konsisten, komunikasi yang baik, dan memastikan anak tetap merasa dicintai oleh kedua orang tua dapat membantu mereka melewati masa sulit ini. Kerja sama yang baik antara kedua orang tua dalam mengasuh anak pascaperpisahan adalah kunci untuk meminimalkan dampak psikologis pada anak.