Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
PASTRON UAD Gelar Diskusi Kelompok Terpumpun, Diikuti Tim Rukyatul Hilal se-DIY
8 Agustus 2024 9:37 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pusat Studi Astronomi Universitas Ahmad Dahlan (PASTRON UAD) melaksanakan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) untuk meningkatkan keahlian tim Rukyatul Hilal se-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Acara ini diadakan pada Senin, 5 Agustus 2024, di Ruang Serbaguna, Kampus IV UAD.
ADVERTISEMENT
Diskusi dihadiri oleh berbagai instansi termasuk tim Rukyatul Hilal Indonesia (RHI), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kementerian Agama Kantor Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, tim Rukyat Hilal Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (UIN SUKA), tim Rukyat Hilal Universitas Islam Indonesia (UII), tim Lembaga Semi Otonom (LSO) Antariksa dan Astronomi Universitas Ahmad Dahlan (Andromeda), serta dosen-dosen UAD.
Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala PASTRON UAD Yudhiakto Pramudya, Ph.D. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa diskusi ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi tim-tim Rukyatul Hilal untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta mengembangkan metode pengolahan citra hilal yang lebih baik dan dapat diterapkan secara luas. Momentum tersebut juga berkaitan dengan sosialisasi Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang menggunakan kriteria Imkanur Rukyat. DKT ini sekaligus sebagai acara peringatan milad ke-1 Observatorium UAD.
ADVERTISEMENT
M. Khairul Ardi, M.Pd. dari PASTRON UAD menyajikan teknik dan kendala saat pengamatan hilal di Observatorium UAD. Teknik pengolahan citra difokuskan pada pengolahan bulan sabit yang teramati pada siang hari. Hal ini berbeda dengan kebiasaannya yaitu hilal diamati pada saat Matahari terbenam.
Presentasi kedua dari tim RHI dipandu oleh Mutoha Arkanuddin, S.Pd. yang menegaskan tentang ragam tingkatan praktik rukyatul hilal baik dengan mata, teleskop, maupun dengan bantuan pemrosesan citra. Standard Operation Procedure (SOP) untuk rukyat disampaikan oleh tim BMKG (Stasiun Geofisika Sleman). Perangkat perhitungan dari peta ketinggian, elongasi, sampai dengan kalkulator hilal dapat dilihat di situs Sistem Informasi Hilal BMKG, seperti dijelaskan oleh Budiarta, S.Si., S.Stat., MDM.
Kementerian Agama mengapresiasi forum DKT ini terlebih dengan adanya Pos Observasi Bulan yang sudah tersebar di tiga tempat di Indonesia salah satunya di DIY. Kemudian, pada sesi diskusi, banyak ide kolaborasi bermunculan. Di antaranya dari pada dosen bidang pemrosesan citra yang berminat membantu pengembangan rukyatul hilal. Ir. Phisca Aditya Rosyady, S.Si., M.Sc. akan merancang suatu sistem pengolahan citra yang terintegrasi sehingga hasil citra hilal dapat lebih cepat dan mudah diketahui.
ADVERTISEMENT
Peran pembelajaran mesin (machine learning) juga diperlukan sebagaimana ditambahkan oleh Dr. Arif Rahman, S.Kom., M.T. Tim rukyatul hilal dari UIN SUKA dan UII memberikan catatan tentang modul panduan rukyatul hilal. Pendataan tim Rukyatul Hilal juga diperlukan termasuk dokumentasi hasil rukyat. Pada DKT juga tercetus untuk menaikkan wacana tinjauan tentang ruang lingkup hilal. Hal ini karena sudah banyak dokumentasi terlihatnya bulan sabit pada siang hari sebelum Matahari terbenam. Bila metode baru ini dapat disahkan secara syari sebagai hilal, maka akan menjadi sebuah masukan yang signifikan dalam penentuan awal bulan Hijriah.
Tidak hanya diskusi, kegiatan tersebut disusul dengan praktik observasi hilal pada siang hari. Setidaknya lima teleskop dari berbagai institusi dioperasikan dengan menggabungkan ke piranti penangkap dan pengolah citra. Rukyatul hilal dilakukan di Taman Angkasa Timur atau yang dikenal sebagai Marsad Rukyatul Hilal yang berada di kompleks Observatorium UAD.
ADVERTISEMENT
Tim PASTRON UAD berhasil mengamati citra Bulan sabit pada pukul 14.26 WIB dengan teleskop William Optics 71 mm. Hal ini berarti usia Bulan masih 20 jam 13 menit. Tim BMKG juga berhasil mengamati hilal dengan teleskop dan ditayangkan streaming pada saat Matahari terbenam. DKT dan praktik rukyatul hilal siang hari ini sangat bermanfaat untuk pengembangan keilmuan falak sekaligus dapat memberikan perspektif baru bagi pemahaman hilal secara syari. Selain itu, tercipta peluang kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak pemerhati sistem kalender Islam. (doc)