Konten Media Partner

Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Sumsel Meningkat

7 Desember 2024 14:45 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kekerasan seksual anak Foto: panitanphoto/shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kekerasan seksual anak Foto: panitanphoto/shutterstock
ADVERTISEMENT
Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Sumsel terus mengalami peningkatan. Data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni) mencatat hingga Oktober 2024 terdapat 460 kasus dengan 488 korban. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2023, yang mencatat 300 kasus dengan 376 korban. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Sumsel, Fitriana, menyebutkan peningkatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebebasan berbicara dan penggunaan media sosial yang semakin terbuka. "Angka kasus ini jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatan. Faktor yang memengaruhi antara lain kebebasan berbicara dan bermedia sosial,"kata dia, Sabtu 7 Desember 2024. Fitri mengatakan daerah dengan kasus tertinggi Pada tahun 2024, yakni Ogan Komering Ilir (OKI) 61 kasus, Lahat: 61 kasus ,Ogan Ilir (OI): 56 kasus, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI): 31 kasus, Palembang: 30 kasus. "Dari data yang diterima, kasus kekerasan fisik mendominasi dengan 216 kasus, diikuti kekerasan psikis sebanyak 156 kasus. Selain itu, terdapat penelantaran 31 kasus, eksploitasi 1 kasus, human trafficking 8 kasus, danentuk kekerasan lainnya 45 kasus. Fitriana menjelaskan bahwa kekerasan fisik dan psikis dipicu oleh berbagai faktor, seperti perselingkuhan, kurangnya komunikasi, masalah keuangan, perbedaan pola asuh, perkawinan anak, dan perkawinan sirih. Dalam peringatan Hari Ibu ke-96, Fitriana menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan di berbagai bidang sebagai salah satu solusi memutus rantai kekerasan. "Ketika perempuan berdaya baik di bidang ekonomi, pendidikan, sosial, maupun budaya, insyaAllah akan terbebas dari kekerasan. Banyak kasus kekerasan terjadi karena perempuan lemah secara ekonomi dan sosial," jelasnya. Fitriana juga menambahkan, perempuan yang mandiri secara ekonomi lebih berani melaporkan kasus kekerasan yang dialami. "Sebaliknya, ketergantungan perempuan terhadap pasangan sering kali membuat mereka terjebak dalam siklus kekerasan yang berulang, " kata dia.
ADVERTISEMENT