Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Tangguh di Situasi yang Tidak Pasti
2 September 2021 14:31 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Wina Christiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Situasi yang tidak pasti, membawa dampak perubahan bagi banyak orang. Seperti situasi pasca pandemi saat ini, berdasarkan Surveymeter.org (Wayan Suriastini,2020) memaparkan sejumlah data bahwa Pandemi Covid-19 membawa multiple stress bagi hampir sebagian besar masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Data menunjukkan sebagian besar berdampak pada kaum wanita dengan persentase 57%. Bergender perempuan memiliki posisi multi peran di situasi pandemi. Ia berperan sebagai karyawan, istri, bahkan berperan sebagai guru saat mendampingi anak-anak mereka yang mengikuti pembelajaran daring. Termasuk para pelajar dan mahasiswa yang berhadapan pada keterbatasan bersosialisasi.
Demikian pula dari gender laki-laki, memiliki persentase 53% akibat tekanan pekerjaan di situasi pandemi. Hal ini mengakibatkan ketakutan dan kecemasan berlebih bagi beberapa orang. Mulai dari kecemasan terinfeksi COVID-19, kecemasan kehilangan orang yang dikasihi, sampai kecemasan disebabkan penurunan pendapatan karena pemutusan hubungan kerja.
Lalu apa yang harus dilakukan supaya dapat tangguh dan bertumbuh di situasi yang tidak pasti ini? Apakah memaksakan diri adalah hal yang mudah? Tentu tidak, jika pola pikir kita masih memandang masalah ada penyebab kita gagal.
ADVERTISEMENT
Kita dapat meringankan langkah kita, saat melihat masalah menjadi tantangan. Berani melewatinya bukan lari dan menghindarinya. Membentuk jangkar di pikiran kita bahwa masalah merupakan tantangan yang harus kita selesaikan, meskipun harus jatuh berkali-kali. Tanpa sadar, tantangan ini akan membentuk kita menjadi pribadi yang lebih tangguh dari sebelumnya.
Resiliensi
Pemimpin spiritual, bernama Mahatma Gandhi, mengatakan “Strength does not come from winning. Your struggles develop your strengths. When you go through hardships and decide not surrender. That is Strength.” Beliau menjelaskan kekuatan tidak berasal dari kemenangan. Tapi perjuanganlah yang akan mengembangkan kekuatan pada diri kita. Saat kita sanggup untuk memilih tidak menyerah, maka itu adalah arti dari sebuah kekuatan.
Perjuangan merupakan proses yang kita lakukan sebagai individu untuk terus tumbuh dan berkembang. Baik dari pola pikir maupun manajemen emosi. Tekanan dan situasi ketidakpastian akan membawa dampak yang beragam bagi semua orang. Ada yang menikmati kondisi sesulit apa pun, namun ada juga yang merasa terbebani dengan kondisi semudah apa pun.
ADVERTISEMENT
Hal yang menjadi titik perenungan bahwa setiap individu pasti pernah berada di titik terendah di hidupnya. Seberapa suksesnya orang tersebut saat ini, adalah hasil dari perjuangannya untuk terus berkembang, hal ini dikenal dengan istilah resiliensi.
Menurut Reivich dan Shatte (dalam Wiwin,2018) resiliensi menggambarkan kemampuan individu untuk merespons adversity atau trauma yang dihadapi dengan cara sehat dan produktif, yaitu adanya kemampuan menghadapi kesulitan, ketangguhan dalam menghadapi stres ataupun bangkit dari trauma yang dialami.
Dengan demikian resiliensi merupakan proses yang melibatkan peran internal dalam individu sendiri dan lingkungan yang menampilkan ketangguhan seseorang untuk bangkit dari pengalaman sulit, meski saat itu didominasi oleh pengalaman emosional yang tidak menyenangkan.
Walaupun tidak menyenangkan, semua jenis emosi membawa manfaat bagi manusia. Beberapa psikolog menjelaskan beberapa fungsi dari emosi bagi manusia (Feldman,2011), diantaranya :
ADVERTISEMENT
1.Mempersiapkan kita bertindak. Emosi akan bertindak sebagai tautan antara kejadian di lingkungan dan respons yang dikeluarkan. Misalnya rasa takut yang muncul akan merespons fungsi fisiologis manusia, yaitu sistem saraf otonom yang akan mengaktifkan respons untuk “lari atau melawan.”
2.Membentuk perilaku kita di masa depan. Emosi akan memfasilitasi pembelajaran bagi seseorang di masa depan, mengenai bagaimana harus bertindak ketika dalam emosi yang sama di masa yang akan datang. Misalnya, kejadian tidak menyenangkan seperti kehilangan orang yang dikasihi akan mengajarkan individu untuk menghindari situasi yang sama.Menerima emosi dan merasakan sedih bukanlah hal yang salah.
Kegagalan yang dihadapi di masa lalu akan menjadi pembelajaran di masa yang akan datang, untuk bertindak lebih hati-hati. Kita dapat mengambil sisi positif dari keadaan yang tidak menyenangkan. Bangkit dan melanjutkan proses bertumbuh untuk menjadi pribadi yang lebih tangguh. Kelly (dalam Munawaroh, 2019) mengemukakan bahwa perspektif yang digunakan untuk memahami kemampuan resilensi individu adalah orientasi terhadap prediksi dan kendali atas kejadian di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Berpikir Positif tapi tetap kritis dan kreatif
Kita tidak menghancurkan apa yang kita miliki saat ini, dengan perasaan cemas akan masa depan. Tidak terbuai dengan keberhasilan masa lalu atau frustrasi dan terjebak dengan keinginan mengubah kesalahan di masa lampau. Penerimaan dan rasa syukur akan membantu individu untuk berproses di situasi tidak nyaman. Ketika manusia menerima situasi ini dengan ikhlas, maka akan lebih ringan menjalani proses kehidupan.
Bandler (2018) menuliskan bahwa kebanyakan orang mengalami kesulitan di kehidupannya dan seolah membatasi kebahagiaannya sendiri, hanya karena cara berpikir dan keyakinan mereka sendiri yang membatasi untuk mencapai kehidupan terbaik yang dapat dicapainya.
Untuk tangguh, kita dapat mulai dengan tidak me”label” kondisi tidak menyenangkan sebagai masalah. Namun sebagai tantangan melalui pola pikir kritis dan kreatif. Menurut Sukamdinata (2004) berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar seseorang secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberikan keyakinan, menganalisis asumsi, dan pencarian ilmiah.
ADVERTISEMENT
Berpikir kritis diartikan sebagai proses mental,menganalisis atau mengevaluasi informasi yang berlandaskan pada data. Sedangkan berpikir kreatif lebih kepada kemampuan individu untuk berpikir melalui cara terbaru dalam menemukan jalan keluar secara unik. Sedangkan berpikir kreatif menurut pandangan (Munandar,2009) merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan yang baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah.
Merujuk dari beberapa penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pemikiran kreatif muncul, ketika individu melihat berbagai kemungkinan di situasi yang belum pernah ia lalui sebelumnya. Sedangkan pemikiran kritis lebih mengandalkan fakta dan data dan keterhubungan informasi.
Individu cenderung terjebak pada pola pikirnya sendiri. Informasi kita serap melalui visualisasi pikiran, berbicara dengan diri sendiri, merasakan kembali pengalaman masa lalu. Hindari pikiran negatif, kendalikan apa yang dapat kita kontrol. Seperti cara kita merespons informasi, cara berpikir dan cara kita bertindak.
ADVERTISEMENT
Akan membawa kerugian bukan, jika kita mencemaskan masa depan dengan cara pandang negatif. Sampai kapan kita meyakini bahwa kita tidak sanggup melewati hal yang sulit?
Mari, mulai sekarang kita melihat masalah menjadi tantangan. Menjadikan diri kita sebagai versi terbaik dengan pola pikir kritis dan kreatif. Tidak lari dari situasi sulit, tapi menghadapinya dan menjadikan kita sebagai manusia yang lebih kuat dari sebelumnya.
Referensi :
Bandler,Richard.2014.How to Take Charge of Your Life.United Kingdom:Harper Collins Publishers Ltd.
Fieldman,Robert.2011.Understanding Psychology,10th Ed.Asia: McGraw-Hill Educcation
Henriani Wiwin.2018.Resiliensi Psikologis.Jakarta:Prenadamedia Grup
Munawaroh,Eem.,Mashudi.2019.Resiliensi kemapuan bertahan dalam tekanan dan bangkit dari keterpurukan.Jawa Tengah:Pilar Nusantara.
Munandar,Utami.2009.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.Jakarta:Rineka Cipta
Sukamdinata.2004.Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi.Bandung:Yayasan Kesuma Karya
https://surveymeter.org/id/node/576, diakses pada 13 Agustus 2021
ADVERTISEMENT
https://www.scienceofpeople.com/ diakses pada 13 Agustus 2021