Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Spirit Batik Nusantara
2 Oktober 2024 10:22 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari ali rahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari ini tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Kita semua warga NKRI wajib bangga dengan ditetapkannya batik sebagai warisan dunia tak benda. Batik telah menjadikan Bangsa Nusantara dikenal sebagai bangsa kreatif dengan ragam innovasi yang sangat membanggakan. Batik telah menjadi identitas warga NKRI, kalo dulu Bung Karno identik dengan Peci Hitam, maka sekarang kita dikenal melalui Batik sebagai identitiy of origine.
ADVERTISEMENT
Pengakuan Batik sebagai warisan tak benda terjadi pada sidang ke-4 Komite Antar Pemerintah UNESCO di Abu Dhabi pada tanggal 2 Oktober 2009. Batik telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Manusia atau Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity. Awalnya, batik diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto saat mengikuti salah satu konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Batik Indonesia kemudian didaftarkan untuk mendapatkan status Intangible Cultural Heritage (ICH) melalui UNESCO pada tanggal 4 September 2008 di Jakarta. Pada 9 Januari 2009, pengajuan batik untuk Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi UNESCO diterima secara resmi, dan batik dikukuhkan sebagai bagian dari Warisan Budaya Tak Benda.
Batik dan Kaum elit Mataram
ADVERTISEMENT
Sejarah batik di Indonesia terkait dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Jawa. Batik mulai berkembang pesat pada masa kerajaan Mataram. Kebudayaan batik terus berkembang di masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Batik adalah kain yang lumrah dikenakan sebagai pakaian sehari-hari oleh elite keraton Mataram. Para elite keraton seperti raja, bangsawan, dan priyayi berderajat tinggi biasanya memakai kain batik sebagai bawahan atau sinjang (sunda) dalam setiap aktivitas keseharian.
Budaya menggunakan batik terus berkembang, seiring dengan meluasnya pengaruh mataram. Banyak kerajaan yang tunduk dibawah pengaruh mataram. Hal ini menyebabkan perkembangan batik semakin membudaya di seanterao jawa. Sebagai contoh daerah Tasikmalaya yang secara etnisitas merupakan suku Sunda. Mewarisi budaya membatik dari kesultanan Mataram. Hingga terkenal motif batik Tasikmalaya. Termasuk berkembangnya Kampung Trusmi di Cirebon sebagai sentra batik di pantura jawa barat.
ADVERTISEMENT
Batik Kini dan Esok
Kini batik telah menjadi bagian dari gaya hidup lintas generasi di NKRI. Semua jenjang generasi sudah menjadikan kain batik sebagai bagian dari fashion. Aneka kreativitas fashion berbasis kain batik telah menyuburkan tumbuhnya industri fashion hingga butik elit dengan harga selangit.
Batik telah menjadi pemicu dan pemacu bertumbuhnya ekonomi kreatif. Lenggak lenggok muda mudi di arena batik fashion show telah menyemarakan dan membudayakan batik sebagai gaya fashion kekinian yang digemari aneka kalangan. Kalo dulu memakai batik hanya untuk seragam formal dan acara formal. Maka sekarang mulai dari seragam, baju kaos motif batik sampai jersy olah raga sudah banyak yang menggunakan motif batik.
ADVERTISEMENT
Tentunya kondisi ini sangat baik. Ditengah lesunya industri tekstil akibat gempuran produk china dan india. Maka industri kreatif fashion berbasis batik tetap tumbuh dan berkembang. Tentunya dukungan semua pihak perlu terus dikembangkan. Eksosistem bisnis batik perlu terus diperkuat.
Di satu sisi para desiner batik telah menampilkan aneka kreatifitas yang luar biasa. Hal ini terbukti dengan mulai seringnya para designer NKRI menampilkan motif fashionbatik pada beberapa acara international fashion show. Namun yang juga tidak kalah pentingnya untuk digarap adalah bahan baku batiknya itu sendiri.
Ditengah isu global climate change, SDGs, Green Product sudah seharusnya semua pemangku kepentingan pada eksositem bisnis batik concern dan fokus untuk menjawab ragam isu tersebut. NKRI bukanlah penghasil utama tanaman kapas. Sehingga sebagian besar masih impor. Perlu kita pilih dan pilah aneka potensi tanaman sumber sandang potensial lainnya.
ADVERTISEMENT
Kita memiliki tanaman rami (Linum usitatissimum) dan canabis (Cannabis Sativa) yang memiliki serat yang cocok untuk dijadikan bahan baku kain. Kita memiliki tanaman lerak (Sapindus rarak) yang buahnya dapat kita gunakan untuk sabun cuci kain batik. Kita memiliki tanaman tarum (indigofera tinctoria) sebagai sumber pewarna bagi batik. Dan masih banyak lagi tanaman khas nusantara yang bisa dijadikan sebagai bahan baku kain batik.
Batik Ramah Lingkungan
Branding batik sebagai green product yang ramah lingkungan akan meningkatkan image sebagai produk yang digemari pasar. Konsumen hijau sangat menggemari dan mencari kreatifitas produk fashion yang tidak hanya styish tetapi juga ramah lingkungan dan rendah atau bahkan zero emisi.
Batik memiliki peluang untuk menjawab demand konsumen hijau (segmented). Batik dengan bahan baku dari tanaman rami yang menggunakan aneka pewarna alami (tarum) dan dibuat dengan memberdayakan perempuan pembatik adalah selling point untuk memikat segmen konsumen baru tersebut.
ADVERTISEMENT
Maka, ketika bahan baku kain dan pewarna batik berbasis tanaman asli nusantara tentunya akan memicu upaya budidaya tanaman tersebut. Tanah-tanah nganggur dan hutan yang tinggal belukar dapat dikonversi manjadi hutan tanaman sandang. Budidaya pohon rami dan lerak atau tarum akan tumbuh dan berkembang.
Jika ini terjadi maka batik akan menjadi milestone kembalinya kelesatrian hutan dan penciptaan lapangan kerja baru. Bisnis fashionnya berkembang, sekolah design tumbuh dan para petani giat menanam pohon sandang. Maka triple bottom line bisnis batik akan terjadi. Profit tumbuh berkelanjutan, Pemberdayaan para pembatik terjadi (people) dan terciptanya kelesatrian lingkungan (planet) karena tumbuh suburnya hutan tanaman sandang.