Konten dari Pengguna

Jamur Liar: Harta Karun Alam yang Terabaikan

Dr Nilam Fadmaulidha Wulandari
Periset Ahli Madya di Kelompok Riset Mikologi, Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Riset 19 tahun dengan mikrobiologi, taksonomi jamur dan aplikasinya.
8 Desember 2024 0:24 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr Nilam Fadmaulidha Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap kali musim hujan tiba, alam seolah menyuguhkan pemandangan ajaib yang jarang disadari banyak orang. Di sela-sela dedaunan basah, di batang pohon lapuk, atau bahkan di tanah lembap, muncul kelompok-kelompok kecil jamur liar dengan bentuk dan warna yang beragam. Kehadirannya tidak hanya menjadi pertanda bahwa ekosistem di sekitarnya sehat, tetapi juga membawa potensi besar yang sering kali belum tergali.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang ilmuwan sekaligus pecinta alam, saya memiliki kebiasaan unik setiap Jumat di awal bulan. Setelah menyelesaikan pekerjaan atau aktivitas rutin di kantor, saya meluangkan waktu untuk berjalan-jalan sambil berburu jamur liar. Bagi sebagian orang, mungkin ini tampak seperti hobi aneh atau aktivitas tanpa tujuan. Namun, bagi saya, berburu jamur liar adalah sebuah petualangan yang selalu menghadirkan kejutan. Tidak hanya sekadar menemukan jamur yang menarik, tetapi juga mempelajari lebih dalam potensi luar biasa yang dimiliki oleh makhluk kecil ini.
Jamur Liar: Eksistensi di Alam yang Kaya
Jamur adalah organisme unik yang berbeda dari tumbuhan maupun hewan. Mereka termasuk ke dalam kerajaan Fungi, kelompok makhluk hidup yang memiliki cara hidup dan peran ekologis yang sangat khas. Di alam liar, jamur tidak hanya berfungsi sebagai pengurai yang memecah bahan organik menjadi nutrisi bagi ekosistem, tetapi juga sebagai penyokong kehidupan berbagai spesies lainnya.
ADVERTISEMENT
Musim hujan adalah waktu terbaik untuk menyaksikan eksistensi jamur liar. Dalam dua hingga tiga hari setelah hujan turun, jamur mulai bermunculan dari tempat persembunyian mereka. Tanah yang lembap, batang kayu lapuk, atau daun-daun yang gugur menjadi habitat yang ideal. Bahkan, beberapa jenis jamur dapat ditemukan menempel di batang pohon hidup, baik sebagai parasit maupun mitra simbiosis. Hubungan unik antara jamur dan akar tanaman, yang disebut ektomikoriza, adalah salah satu contoh luar biasa bagaimana jamur berkontribusi pada pertumbuhan pohon dengan menyediakan nutrisi penting.
Namun, fenomena yang lebih menarik adalah apa yang disebut sebagai suksesi jamur—proses di mana jenis jamur tertentu muncul secara bergantian pada substrat yang sama. Saya pernah mengamati hal ini pada sebatang kayu lapuk di hutan. Awalnya, jamur kecil berwarna putih tumbuh memenuhi batang kayu tersebut. Beberapa minggu kemudian, jamur itu lenyap, digantikan oleh jamur lain dengan bentuk dan warna yang sangat berbeda. Perubahan ini menunjukkan betapa dinamisnya kehidupan jamur di alam, sebuah siklus yang terus berlangsung seiring waktu.
ADVERTISEMENT
Jamur Liar dalam Kehidupan Lokal
Indonesia adalah negara dengan tradisi yang kaya akan kearifan lokal, termasuk dalam pemanfaatan jamur liar. Di banyak daerah, masyarakat telah lama memanfaatkan jamur sebagai sumber pangan. Mereka mengenali jenis-jenis jamur yang aman untuk dikonsumsi, biasanya berdasarkan pengalaman turun-temurun. Pengetahuan ini sering kali disampaikan dari generasi ke generasi, meskipun jarang didokumentasikan secara formal.
Pengalaman pribadi saya dalam berburu jamur sering kali membawa saya bertemu dengan cerita-cerita menarik dari masyarakat. Suatu hari, ketika saya sedang mencari jamur di sekitar kantor, seorang petugas kebersihan menghampiri saya. Ia bercerita bahwa istrinya sering memanen jamur yang tumbuh di kayu lapuk dari pohon kelapa sawit. Menurutnya, jamur tersebut sangat lezat dan menjadi favorit keluarganya. Kisah seperti ini menunjukkan bahwa jamur liar bukan hanya sekadar bahan makanan, tetapi juga bagian dari tradisi dan budaya lokal.
ADVERTISEMENT
Namun, sayangnya, banyak potensi jamur liar di Indonesia yang belum tergali sepenuhnya. Di pasar-pasar tradisional, kita bisa menemukan beberapa jenis jamur seperti tiram (Pleurotus spp.), kuping (Auricularia spp.), dan merang (Volvariella spp.). Di supermarket, koleksi jamur umumnya lebih banyak didominasi oleh produk impor seperti shiitake (Lentinula edodes) dan enoki. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan potensi jamur lokal yang melimpah.
Eksplorasi Jamur Liar: Langkah Menuju Pemanfaatan Berkelanjutan
Indonesia memiliki reputasi sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Salah satu kekayaan tersebut adalah jamur liar, yang hingga kini belum sepenuhnya dipetakan. Penelitian terhadap jamur liar terus dilakukan oleh para ilmuwan, termasuk di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Salah satu pusat koleksi terbesar di Indonesia adalah Herbarium Bogoriense, yang menyimpan berbagai spesimen jamur dalam bentuk awetan basah maupun kering. Koleksi ini tidak hanya berfungsi sebagai referensi ilmiah, tetapi juga sebagai bukti kekayaan jamur Indonesia di mata dunia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, jamur yang berhasil diisolasi dari alam sering kali ditumbuhkan di laboratorium untuk dikembangbiakkan. Proses ini memungkinkan kita untuk memanfaatkan jamur secara lebih luas, baik sebagai bahan pangan, obat-obatan, maupun untuk keperluan industri. Koleksi kultur jamur ini disimpan di Indonesian Culture Collection (InaCC), yang juga berada di bawah naungan BRIN.
Menurut data yang diterbitkan LIPI pada tahun 2017, Indonesia memiliki 2.273 spesies jamur yang telah diidentifikasi. Namun, jumlah ini hanya sebagian kecil dari total spesies jamur yang ada di dunia, yang diperkirakan mencapai jutaan. Penelitian terbaru oleh Permana (2020) mencatat bahwa ada 107 spesies jamur liar yang bisa dikonsumsi di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Coprinus spp., Schizophyllum commune, dan Termitomyces spp., yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Indonesia, dengan kekayaan hayati yang melimpah, menyimpan banyak jenis jamur liar yang memiliki nilai tinggi, baik untuk kesehatan maupun ekonomi. Namun, potensi ini masih belum tergarap secara optimal. Salah satu jenis yang menjanjikan adalah jamur lingzhi (Ganoderma lucidum), yang telah lama dikenal dalam pengobatan tradisional untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan melindungi organ vital. Sayangnya, meskipun lingzhi dapat ditemukan di hutan tropis Indonesia, pengembangan dan budidayanya masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara seperti Tiongkok dan Korea Selatan. Jika kita serius memanfaatkan potensi ini, lingzhi bisa menjadi komoditas herbal unggulan yang mendukung perekonomian lokal dan ekspor.
Jenis jamur lain yang tak kalah menarik adalah maitake (Grifola frondosa), yang dikenal sebagai "superfood" karena manfaatnya dalam mendukung imunitas dan menurunkan kadar gula darah. Di negara-negara maju, maitake sudah menjadi bahan pangan sehat yang populer, tetapi di Indonesia, keberadaannya masih minim dimanfaatkan. Dengan potensi pasar global yang besar, budidaya maitake dapat menjadi peluang emas bagi petani lokal, terutama di kawasan dataran tinggi yang cocok untuk pertumbuhannya. Selain itu, jamur morel (Morchella spp.), salah satu jenis jamur termahal di dunia, sebenarnya juga dapat ditemukan di pegunungan Indonesia. Namun, karena minimnya pengetahuan tentang nilai ekonomisnya, morel sering kali diabaikan oleh masyarakat lokal.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki truffle tropis (Elaphomyces spp.), yang dikenal sebagai "berlian dapur" karena harganya yang fantastis di pasar internasional. Meskipun truffle tropis dapat tumbuh di kawasan hutan tertentu, eksplorasi dan penelitian terhadap jenis ini masih sangat terbatas. Dengan pengembangan yang tepat, truffle tropis dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat pedesaan sekaligus menempatkan Indonesia di peta kuliner dunia. Selain itu, jamur ulat (Cordyceps spp.), yang tumbuh pada tubuh serangga tertentu, memiliki manfaat kesehatan luar biasa dan telah menjadi komoditas mahal di negara-negara seperti Tiongkok. Sayangnya, eksplorasi dan budidayanya di Indonesia masih belum maksimal, meskipun potensi ekspornya sangat besar.
Untuk mengoptimalkan kekayaan ini, Indonesia perlu mengambil langkah strategis. Penelitian dan identifikasi mendalam sangat dibutuhkan untuk memahami habitat, sifat biologis, serta cara budidaya jamur liar yang efisien. Edukasi masyarakat juga penting, sehingga mereka dapat memahami nilai jamur liar di sekitar mereka dan berkontribusi dalam pelestarian serta pemanfaatannya. Selain itu, teknologi budidaya harus dikembangkan agar jamur liar dapat ditumbuhkan secara berkelanjutan, baik untuk konsumsi lokal maupun pasar global. Dengan membangun pasar yang kuat, jamur liar Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat tetapi juga menjadi simbol kebanggaan nasional.
ADVERTISEMENT
Jamur liar adalah salah satu potensi alam Indonesia yang luar biasa tetapi sering kali terabaikan. Dengan pendekatan inovatif dan kolaborasi antara pemerintah, ilmuwan, dan masyarakat, kekayaan ini dapat dimanfaatkan untuk masa depan yang lebih baik. Bukan hanya untuk kesehatan, tetapi juga untuk membuka peluang ekonomi baru yang mengangkat kesejahteraan masyarakat pedesaan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbaik di dunia.
Manfaat Jamur Liar bagi Manusia
Jamur liar tidak hanya menarik secara ekologi, tetapi juga memiliki manfaat yang sangat besar bagi manusia. Sebagai sumber pangan, jamur mengandung protein, serat, vitamin, dan mineral yang tinggi. Beberapa jenis jamur bahkan memiliki senyawa bioaktif yang dikenal sebagai antikanker, antimikroba, dan antioksidan. Manfaat ini menjadikan jamur sebagai salah satu bahan makanan yang sangat potensial untuk mendukung kesehatan manusia.
ADVERTISEMENT
Namun, pemanfaatan jamur liar tidak bisa dilakukan sembarangan. Identifikasi yang tepat sangat penting untuk memastikan bahwa jamur tersebut aman untuk dikonsumsi. Di alam, ada banyak jamur yang beracun dan bisa menyebabkan keracunan serius jika tidak dikenali dengan baik. Oleh karena itu, penelitian dan dokumentasi tentang jamur liar harus terus diperkuat.
Aksi Bersama untuk Masa Depan Jamur Liar
Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya jamur liar bukan hanya tugas para ilmuwan, tetapi juga masyarakat luas. Salah satu cara yang efektif adalah melalui inisiatif citizen science, di mana masyarakat dilibatkan dalam pendataan dan dokumentasi jamur liar. Dengan bimbingan dari para ahli, siapa saja bisa berkontribusi dalam eksplorasi jamur liar, mulai dari mengamati hingga mengidentifikasi jenis-jenis jamur yang ditemukan.
ADVERTISEMENT
Jika Anda menemukan jamur liar, langkah sederhana yang bisa dilakukan adalah mengeringkannya dengan oven pada suhu rendah, lalu menyimpannya dalam amplop. Spesimen tersebut dapat dikirimkan ke lembaga penelitian untuk dianalisis lebih lanjut. Setiap data yang dikumpulkan adalah bagian penting dari upaya mendokumentasikan kekayaan jamur Indonesia.
Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat penelitian dan pengembangan jamur liar di dunia. Dengan kolaborasi antara ilmuwan, masyarakat, dan pemerintah, kita bisa memastikan bahwa kekayaan ini tidak hanya dikenal, tetapi juga dimanfaatkan secara berkelanjutan. Setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini, mulai dari mempelajari hingga memanfaatkan jamur liar, adalah investasi untuk masa depan yang lebih baik.
Mari kita mulai dengan langkah sederhana: berjalan-jalan di alam, mengamati keajaiban kecil yang muncul di bawah kaki kita, dan merasakan betapa kayanya alam Indonesia. Siapa tahu, jamur liar berikutnya yang Anda temukan adalah harta karun yang selama ini tersembunyi.
Gambar 1. Peneliti dan jamur (foto: koleksi pribadi)
Penulis (Dr. Nilam Fadmaulidha Wulandari) adalah Peneliti dari Kelompok Riset Mikologi, Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di KST Sukarno, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT