Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Phyllosticta di Kratom: Menelusuri Dunia Mikro dan Potensi Besarnya
8 Desember 2024 0:12 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Dr Nilam Fadmaulidha Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kratom, atau dalam bahasa latinnya Mitragyna speciosa, adalah salah satu tanaman yang menyimpan begitu banyak rahasia. Dari hutan-hutan tropis Asia Tenggara, daun hijau berbentuk elips ini telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat selama berabad-abad. Bagi banyak orang, daun kratom dianggap sebagai penyelamat, digunakan untuk mengatasi rasa sakit, mengembalikan energi, atau bahkan hanya untuk merasa lebih tenang setelah hari yang melelahkan. Namun, siapa sangka bahwa cerita tentang kratom ternyata tidak hanya ada pada daun dan alkaloidnya saja? Ada kisah lain yang tersembunyi dalam jaringan daunnya, di mana mikroorganisme seperti jamur Phyllosticta hidup dan mungkin menyimpan potensi luar biasa.
ADVERTISEMENT
Bagi masyarakat pedesaan di Indonesia, Thailand, dan Malaysia, kratom bukan sekadar tanaman liar. Daun kratom sering dikunyah atau diseduh sebagai teh untuk memberikan efek stimulan ringan. Dalam dosis kecil, kratom dapat memberikan energi dan meningkatkan fokus, sementara pada dosis yang lebih besar, efeknya berubah menjadi sedatif yang menenangkan tubuh dan pikiran. Kandungan kimianya—alkaloid mitraginin dan 7-hidroksimitraginin—telah menjadi perhatian ilmiah global karena potensi mereka dalam mengatasi nyeri kronis, bahkan sebagai alternatif untuk opioid yang berisiko tinggi menyebabkan kecanduan.
Namun, seperti halnya tanaman lain, kratom tidak hidup sendiri. Sebagai makhluk hidup, ia menjalin hubungan dengan berbagai mikroorganisme, baik di permukaan daun, batang, akar, maupun di dalam jaringan tubuhnya. Mikroorganisme ini, yang sering kali tidak terlihat oleh mata manusia, memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan hidup tanaman. Salah satu mikroorganisme yang menarik perhatian ilmuwan adalah jamur dari genus Phyllosticta.
ADVERTISEMENT
Mengenal Jamur Phyllosticta
Bayangkan dunia mikro yang penuh kehidupan di dalam daun kratom. Di sana, Phyllosticta mungkin hanya satu dari ribuan penghuni, tetapi ia cukup unik. Jamur ini memiliki reputasi ganda—sebagai patogen yang dapat merusak tanaman dan sebagai endofit yang hidup damai di dalam jaringan tanaman tanpa menimbulkan masalah. Bahkan, dalam beberapa kasus, Phyllosticta diduga membantu tanaman inangnya menghadapi stres lingkungan atau melindunginya dari ancaman patogen lain.
Pada tanaman kratom, Phyllosticta sering ditemukan sebagai penghuni alami. Dalam kondisi tertentu, ia bisa menjadi “musuh” yang menyebabkan bercak-bercak gelap pada daun, tetapi di sisi lain, ia juga bisa menjadi “sekutu” yang mendukung kesehatan tanaman. Peran ganda ini membuatnya sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut, terutama dalam konteks bagaimana jamur ini memengaruhi metabolisme dan ketahanan tanaman.
ADVERTISEMENT
Mengapa Phyllosticta Penting?
Dalam penelitian saya yang dilaksanakan pada tahun 2019 yang lalu. Daun kratom diisolasi dengan metode endofit yaitu memilih daun sehat tanpa menunjukkan adanya penyakit. Daun kratom direndam pada beberapa larutan dan kemudian ditumbuhkan pada media potato dekstrosa agar dan selama kurang lebih tujuh hari, Phyllosticta memiliki ciri khas yang berwarna hijau zaitun sampai dengan hitam, tumbuh di atas permukaan media. Jika diamati lebih jauh dengan mikroskop maka akan ditemukan kantung spora dan spora bulat telur yang berwarna transparan dengan di masing-masing ujungnya terdapat sheath.
Penelitian tentang jamur seperti Phyllosticta bukan hanya soal memahami jamur itu sendiri, tetapi juga tentang mencari tahu apakah keberadaannya membawa manfaat yang lebih luas. Dalam dunia mikrobiologi, ada konsep yang disebut metabolit sekunder. Ini adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme seperti Phyllosticta, yang tidak langsung terkait dengan pertumbuhan atau reproduksi mereka, tetapi memiliki fungsi penting, misalnya melawan mikroorganisme lain, melindungi inang dari patogen, atau bahkan sebagai respons terhadap stres lingkungan.
ADVERTISEMENT
Penemuan penting dalam sains sering kali datang dari senyawa-senyawa ini. Contohnya adalah penisilin, antibiotik pertama yang ditemukan manusia, yang berasal dari jamur Penicillium. Hal ini memunculkan pertanyaan besar: apakah Phyllosticta yang hidup di kratom juga memiliki kemampuan serupa untuk menghasilkan senyawa yang bermanfaat bagi manusia? Misalnya, bisakah jamur ini menjadi sumber antibiotik baru, obat antikanker, atau bahkan bahan aktif untuk produk pertanian yang ramah lingkungan?
Potensi Interaksi Phyllosticta dan Kratom
Para ilmuwan percaya bahwa keberadaan Phyllosticta mungkin lebih dari sekadar penghuni pasif. Ada kemungkinan bahwa jamur ini berinteraksi langsung dengan metabolisme tanaman kratom, memengaruhi produksi alkaloid seperti mitraginin. Jika ini benar, maka penelitian terhadap Phyllosticta tidak hanya penting untuk memahami jamur itu sendiri tetapi juga untuk mengoptimalkan produksi senyawa aktif dalam daun kratom.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Phyllosticta diduga memiliki kemampuan untuk melindungi tanaman kratom dari serangan patogen lain. Dengan menghasilkan senyawa antimikroba, jamur ini dapat bertindak sebagai “perisai alami” yang membantu kratom bertahan hidup di lingkungan yang penuh dengan ancaman. Jika potensi ini dapat dimanfaatkan, kita mungkin dapat mengembangkan metode baru untuk melindungi tanaman tanpa harus menggunakan pestisida kimia yang berbahaya bagi lingkungan.
Untuk memahami lebih jauh tentang Phyllosticta, para ilmuwan menggunakan teknologi canggih seperti genomik dan metabolomik. Dengan analisis genomik, para peneliti dapat mempelajari materi genetik jamur ini untuk mengidentifikasi gen yang bertanggung jawab atas produksi senyawa bioaktif. Sementara itu, metabolomik memungkinkan para ilmuwan untuk memetakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh Phyllosticta, memberikan gambaran lengkap tentang potensi kimiawi yang dimiliki jamur ini.
ADVERTISEMENT
Sebagai tambahan, eksperimen kultur bersama dilakukan dengan menumbuhkan Phyllosticta dan kratom dalam kondisi yang terkontrol. Pendekatan ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana jamur memengaruhi pertumbuhan tanaman, serta bagaimana tanaman merespons keberadaan mikroorganisme ini. Hasil dari penelitian ini tidak hanya penting untuk memahami interaksi spesifik antara Phyllosticta dan kratom, tetapi juga memiliki implikasi yang lebih luas untuk ilmu pertanian dan bioteknologi.
Tantangan dalam Penelitian Phyllosticta
Tentu saja, penelitian tentang mikroorganisme seperti Phyllosticta memiliki tantangan tersendiri. Salah satu hambatan utama adalah sulitnya mengisolasi jamur ini dari jaringan tanaman dan menumbuhkannya dalam kondisi laboratorium. Banyak mikroorganisme yang memiliki kebutuhan spesifik untuk bertahan hidup, sehingga memerlukan metode khusus untuk dapat mempelajarinya secara mendetail.
ADVERTISEMENT
Selain itu, interaksi antara Phyllosticta dan kratom sangat kompleks. Tidak semua spesies Phyllosticta akan memberikan manfaat yang sama, dan respons tanaman terhadap keberadaan jamur ini mungkin dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan ketersediaan nutrisi.
Meski tantangan cukup besar, peluang yang ditawarkan oleh Phyllosticta sangat menggiurkan. Jika senyawa bioaktif yang dihasilkan jamur ini dapat diidentifikasi dan dikembangkan, hasilnya bisa sangat bermanfaat bagi manusia. Misalnya, senyawa antimikroba yang dihasilkan Phyllosticta dapat digunakan untuk mengembangkan antibiotik baru, yang sangat dibutuhkan di era di mana resistensi antibiotik menjadi ancaman global.
Di bidang pertanian, Phyllosticta dapat dimanfaatkan sebagai agen biologis untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit. Dengan menggantikan pestisida kimia, pendekatan ini tidak hanya lebih ramah lingkungan tetapi juga lebih aman bagi manusia.
ADVERTISEMENT
Kratom dan Phyllosticta adalah contoh sempurna dari bagaimana alam menyimpan banyak rahasia yang belum terungkap. Sebagai penghuni kecil di dalam jaringan tanaman, jamur ini mungkin memegang kunci untuk berbagai solusi inovatif di bidang kesehatan, pertanian, dan bioteknologi. Namun, untuk dapat memanfaatkan potensi ini, diperlukan penelitian yang mendalam dan pendekatan multidisiplin yang melibatkan mikrobiologi, biokimia, dan teknologi modern.
Dalam beberapa tahun ke depan, siapa tahu? Mungkin Phyllosticta akan menjadi nama yang dikenal luas, bukan hanya di kalangan ilmuwan tetapi juga oleh masyarakat umum, sebagai sumber inspirasi dan inovasi yang berasal dari hubungan simbiosis unik antara jamur dan tanaman kratom.
Penulis (Dr. Nilam Fadmaulidha Wulandari) adalah Peneliti dari Kelompok Riset Mikologi, Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di KST Sukarno, Cibinong, Bogor, Jawa Barat
ADVERTISEMENT