Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Hidup Bukan Sekadar Bertahan: Mulailah Memilih dan Ambil Kendali
7 April 2025 8:24 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari DANIEL GAGARIN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu merasa hidup seperti roda yang terus berputar, menyeretmu dari satu tuntutan ke tuntutan berikutnya? Tagihan datang silih berganti, tenggat waktu mengejar, dan tiba-tiba hari-hari terasa seperti perjuangan untuk sekadar bertahan. Di tengah semua itu, ada suara kecil yang mengajak kita berhenti sejenak: “Bertindaklah berdasarkan pilihan, bukan kebutuhan.”
ADVERTISEMENT
Kalimat sederhana ini mengandung makna mendalam—sebuah ajakan untuk keluar dari bayang-bayang keputusasaan dan mulai mengendalikan arah hidup kita.
Bayangkan dua sosok dalam kehidupan sehari-hari. Yang pertama adalah seseorang yang bangun setiap pagi dengan rasa cemas, terpaku pada daftar keharusan: uang untuk sewa, belanja dapur, atau bahkan sekadar waktu untuk bernapas. Ia terus berlari dalam lingkaran, didorong oleh kekuatan tak terlihat yang membuatnya merasa kecil dan tak berdaya.
Lalu, ada sosok kedua—orang yang punya tuntutan serupa, namun memilih untuk mengambil langkah lebih dulu. Ia tak menunggu sampai semuanya menipis untuk bertindak. Ia memutuskan untuk menabung lebih awal, mencari peluang, atau memangkas beban yang tak perlu. Bedanya? Yang satu dikendalikan oleh tekanan, yang lain mengendalikan tekanannya lewat pilihan.
ADVERTISEMENT
Kebutuhan itu nyata. Kita semua butuh makan, tempat tinggal, dan rasa aman. Tapi ada perbedaan besar antara membiarkan kebutuhan menjadi tuan yang kejam, dan menjadikannya tamu yang bisa kita sambut dengan tenang. Ketika kita bertindak karena terpaksa, kita bergerak dari posisi lemah—seperti kapal yang terombang-ambing tanpa arah.
Tapi saat kita memilih, kita jadi nahkoda. Kita menentukan ke mana perahu ini berlayar, bahkan di tengah badai. Pilihan memberi kita kekuatan untuk tak sekadar bertahan, tapi tumbuh dan berkembang.
Coba renungkan: apa yang terjadi saat kita terus-menerus menunggu keadaan mendesak baru bergerak? Kita masuk ke lingkaran yang tak ada ujungnya. Semakin merasa kekurangan, semakin sulit melihat harapan. Keputusasaan seperti gravitasi—menarik kita lebih dalam ke bawah.
ADVERTISEMENT
Tapi bayangkan jika kita mengubah cara pandang. Alih-alih berkata, “Aku butuh lebih banyak uang,” kita bisa bertanya, “Bagaimana aku bisa memilih untuk menciptakan kelimpahan?” Mungkin itu artinya mencari pekerjaan sampingan, mempelajari keterampilan baru, atau memangkas kebiasaan yang menguras. Langkah-langkah kecil yang dilakukan dengan sadar, akan membawa kita ke arah yang sama sekali berbeda—menuju kebebasan, bukan ketakutan.
Hidup berdasarkan pilihan bukan berarti menyangkal realitas. Tapi soal menata ulang cara kita menyikapinya. Kita semua tahu akhir bulan bisa terasa berat. Tapi daripada pasrah menanti kekurangan, kita bisa memilih sejak awal untuk mengelola yang ada—menyisihkan lebih banyak, atau mencari cara kreatif menambah pemasukan.
Ini bukan cuma soal strategi keuangan, tapi juga soal menyatakan bahwa kita berhak menentukan cara kita menjalani hidup. Kita yang menulis aturan mainnya.
ADVERTISEMENT
Dan di situlah letak keajaiban sesungguhnya. Setiap pilihan—sekecil apa pun—membangun momentum. Memilih bangun lebih pagi, membaca buku alih-alih scrolling media sosial, atau menyapa seseorang yang bisa membuka jalan baru—semuanya seperti batu kecil yang dilempar ke danau, menciptakan riak yang terus meluas.
Lama-lama kita sadar: kita tak lagi dikejar oleh kebutuhan. Kita sedang melangkah menuju apa yang kita inginkan, bukan melarikan diri dari apa yang kita takutkan akan hilang.
Jadi, ambil waktu sejenak hari ini. Tanyakan pada dirimu:
“Di bagian mana aku masih bertindak karena tekanan? Dan bagaimana aku bisa mengubahnya menjadi pilihan?”
Mungkin jawabannya sederhana, mungkin tidak. Tapi satu hal pasti: saat kita mulai memilih, kita tidak hanya mengubah hari ini—kita sedang membentuk masa depan.
ADVERTISEMENT
Kita berhenti jadi penonton, dan mulai jadi pencipta. Dan di ruang antara kebutuhan dan pilihan itulah, kita menemukan kekuatan untuk hidup dengan lebih utuh, lebih berani, dan lebih jujur pada diri sendiri.