Konten dari Pengguna

Kehidupan Sosial Ekonomi Tukang Becak Terhadap Keberadaan Ojek Online di Jember

Rofi Rotus Soleha
Mahasiswa Universitas Jember
6 Mei 2024 15:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rofi Rotus Soleha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kehidupan Sosial Ekonomi Tukang Becak Terhadap Keberadaan Ojek Online di Jember
ADVERTISEMENT
Becak, sebuah alat transportasi darat yang terdiri dari sebuah sepeda dengan kursi penumpang di bagian belakangnya, telah lama menjadi bagian penting dari sejarah budaya dan transportasi di beberapa daerah di Indonesia dan negara-negara lainnya. Meskipun masih digunakan sebagai sarana transportasi lokal, masa kejayaan para pengemudi becak semakin meredup dalam beberapa tahun terakhir.
Jumlah becak mulai menurun seiring dengan berkembangnya transportasi modern yang lebih cepat dan efisien. Faktor lain yang turut berkontribusi adalah meningkatnya kepemilikan kendaraan pribadi di kalangan masyarakat. Meskipun menjadi pilihan bagi beberapa orang sebagai pekerjaan, menjadi pengemudi becak seringkali dipilih karena kurangnya peluang kerja lain dan tingginya permintaan akan layanan transportasi pada saat itu.
Ilustrasi Kehidupan Sosial Tukang Becak (Pixabay.com)
Namun, keberadaan becak semakin tergeser oleh transportasi darat lainnya, seperti ojek online, yang dinilai lebih nyaman, aman, dan memiliki tarif yang lebih kompetitif. Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah penumpang bagi becak, terutama di daerah seperti stasiun Jember, khususnya di Jalan Wijaya Kusuma, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. Persaingan yang semakin ketat dengan ojek online membuat para pengemudi becak kesulitan mendapatkan penumpang, mengakibatkan penurunan pendapatan mereka.
ADVERTISEMENT
Dampak negatif yang signifikan dari keberadaan ojek online ini adalah penurunan pendapatan bagi para pengemudi becak, yang pada gilirannya mempengaruhi kondisi sosial ekonomi mereka. Di tengah kenaikan harga barang pokok yang merajalela, para pengemudi becak semakin kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Di daerah Jalan Wijaya Kusuma di Stasiun Jember, kondisi sosial ekonomi tukang becak sulit diprediksi karena pendapatan harian mereka sangat bervariasi, tergantung pada jumlah penumpang yang berhasil mereka dapatkan setiap hari. Meskipun demikian, tukang becak memiliki harapan besar untuk masa depan mereka. Mereka berharap dapat memenuhi kebutuhan keluarga, terutama dalam hal pendidikan, dan juga ingin meningkatkan kualitas hidup mereka secara sosial dan ekonomi.
Tukang becak di Jember menghadapi tantangan besar dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, terutama dengan hadirnya layanan ojek online. Secara sosial, dampaknya sangat terasa dalam perubahan pola interaksi antara mereka dan pelanggan. Sebelumnya, tukang becak sering membangun hubungan yang dekat dengan pelanggan mereka, menciptakan ikatan sosial yang erat dalam komunitas setempat. Namun, kehadiran ojek online mengubah dinamika ini, dengan banyak pelanggan beralih ke platform digital, mengurangi interaksi langsung antara tukang becak dan penumpang.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Jember telah berupaya mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk mengatur operasional ojek online, termasuk penetapan tarif dan persyaratan izin. Namun, implementasi dan penegakan kebijakan ini sering mengalami kendala. Pengawasan terhadap ojek online belum optimal, memungkinkan beberapa pelaku tidak mematuhi aturan yang ada. Hal ini menciptakan ketidaksetaraan dalam persaingan dengan tukang becak, yang harus mematuhi regulasi yang lebih ketat.
Sumber
Istiqomah, A., Zuhro, N. N., & Prasetyo, S. A. (2023). Kehidupan Sosial Ekonomi Tukang Becak Terhadap Keberadaan Ojek Online di Jember. ULIL ALBAB: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 2(12), 5735-5744.