Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
GEN Z Terbawa Arus? Ini Solusinya!
27 Oktober 2024 9:37 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Miftahur Rizqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di antara sekian masalah yang mendera generasi muda, ada masalah yang paling utama bagi generasi milenial adalah persoalan membaca.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan, mengutip Q.S al-‘Alaq 1-5. Bahwa alasan ayat ini diwahyukan pertama kali adalah karena peran besar pena, yang berkenaan dengan membaca dan menulis (reading and writing) dalam membentuk peradaban.
Kehidupan kaum GEN Z erat dengan gadget dan smartphone. Dengan gadget dunia dan informasi dapat diakses dengan mudah. Bahkan, tidak sedikit yang mencari informasi permasalahan agama melalui gadget. Mereka mengakses internet dan media online untuk belajar agama. Keberagamaan generasi milenial terbentuk bersamaan dengan kecanggihan teknologi dan informasi.
Generasi muda harus cerdas dalam memilih media. Salah memilih media, kita akan terjerumus pada pesan dan tujuan tersembunyi dari media tersebut. Tidak sedikit kaum muda yang terbawa media yang sering dibacanya. Sebab itu butuh pengetahuan dan wawasan dalam memahami teks media.
ADVERTISEMENT
Dengan literasi media dan teknologi informasi kaum muda tidak menjadi konsumen pasif. Konsumen pasif ini yang berbahaya. Mereka tidak sadar dalam menyebarkan hoaks dan menimbulkan sebagian orang tersulut emosinya. Kaum muda harus memahami literasi media agar menjadi konsumen aktif dalam menghadapi demokrasi arus informasi. Menurut Turow (2009), tindakan itu akan membangun kesadaran dan tanggung jawab sebagai warga negara. Melalui literasi media juga kita dapat membaca framing informasi atau berita yang dibangun media tertentu. Selain itu, pengetahuan literasi ini dapat mempermudah dalam mengenali tipologi dan ideologi yang diusung media tersebut. Karena teks media hanya sebuah produk yang dibuat sekelompok orang. Pada posisi ini, setiap orang memiliki tujuan dan misi dalam memproduksi teks media tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebagai kaum GEN Z, harus kritis saat mengakses dan membaca media. Misalnya, saat membaca konten keislaman. Tidak semua media online menyajikan konten keislaman yang moderat. Ada juga media online yang sengaja dibuat untuk menyebarkan ideologi dan paham tertentu kepada masyarakat.
Karena setiap media juga ada yang berisi konten-konten moderat dan radikal. Agak sulit memang dalam mengidentifikasinya. Tapi biasanya, media moderat menyediakan konten-konten keislaman yang ramah, menghindari justifikasi, menuduh pihak lain.
Media radikal biasanya menggiring pembacanya untuk membahas perbedaan (khilafiah) dalam Islam. Media radikal juga kerap menilai kelompok lain di luarnya bertentangan dengan Islam. Sebab itu, jangan sampai kita salah memilih media untuk bacaan. Baik sekadar mencari informasi maupun untuk mengetahui permasalahan dalam agama. Pemahaman teks media menjadi kunci untuk mendapatkan makna objektif dan membangun kehidupan masyarakat. Kuatnya arus informasi harus diimbangi dengan nalar rasional dalam memahami setiap teks media. Pada titik ini kaum milenial tidak mudah diprovokasi dan digiring oleh opini publik yang menyebabkan perpecahan.
ADVERTISEMENT
Sebab itu, pikir terlebih dahulu sebelum menyebarkan informasi yang kita baca di media sosial maupun media online lainnya. Begitu juga dalam mencari informasi permasalahan agama atau keislaman melalui media. Perlu nalar rasional dalam menyerap informasi yang disajikannya.
Generasi muda terbawa arus di dunia maya dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti:
• Pergeseran nilai-nilai akibat kemajuan teknologi, informasi, dan budaya asing.
• Salah memilih media dan terjerumus pada pesan tersembunyi media.
• Tidak paham nilai keIslaman dan terjerumus pada konsep nilai yang absurd.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, generasi muda dapat:
• Memperkuat moral dan etika dengan menjadikan akidah sebagai landasan keyakinan agama.
• Menguasai literasi media dan teknologi informasi agar tidak menjadi konsumen pasif.
ADVERTISEMENT
• Pegang teguh prinsip moderat dan toleran.
• Membentengi diri dengan karakter moderat dalam kehidupan.
• Mengenal dakwah bukan hanya dalam dunia nyata, tetapi juga di dunia maya.
Mengutip dari laman NU Online. Akidah sebagai Benteng dari Pengaruh Negatif. Akidah merupakan keyakinan yang mendalam terhadap Allah dan ajaran-Nya. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَاۤءِۙ
Artinya: “Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimah ṭayyibah? (Perumpamaannya) seperti pohon yang baik, akarnya kuat, cabangnya (menjulang) ke langit?,” (Q.S. Ibrahim: 24) Perumpamaan ini menunjukkan bahwa akidah yang kuat akan menghasilkan akhlak yang baik, seperti pohon yang memiliki akar yang teguh. Ketika generasi muda memiliki akidah yang kokoh, mereka lebih mampu menolak pengaruh negatif dan tetap berpegang pada nilai-nilai moral yang luhur. Dalam menghadapi derasnya arus informasi dan pengaruh budaya asing, akidah berperan sebagai benteng pertahanan yang kokoh. Akidah yang kuat akan membantu generasi muda memilah mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang sesuai dengan ajaran agama dan mana yang bertentangan. Di sinilah pentingnya pendidikan agama yang benar sejak dini, agar generasi muda memiliki landasan yang kuat untuk menghadapi berbagai tantangan. Akidah yang benar tidak hanya menjadi keyakinan abstrak, tetapi juga harus terinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari. Generasi muda yang berakidah kuat akan selalu merasa terhubung dengan Allah, sehingga segala tindakannya selalu diarahkan untuk mencari ridha-Nya. Ketika mereka dihadapkan pada pilihan yang sulit, akidah akan menjadi kompas moral yang membantu mereka memilih jalan yang benar. Sebagai contoh, ketika mereka dihadapkan pada dilema moral, seperti godaan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai agama (misalnya korupsi, manipulasi, atau pergaulan bebas), akidah yang kuat akan mengingatkan mereka bahwa setiap perbuatan memiliki konsekuensi, baik di dunia maupun di akhirat. Kesadaran akan adanya pengawasan dari Allah inilah yang membuat mereka lebih waspada dalam bertindak.
ADVERTISEMENT
Sebagai generasi muda hendaknya kita saling mengingatkan, mana yang baik dan buruk, agar tetap memegang teguh dengan yang Allah firmankan dalam potongan QS Al-Maidah ayat 2 :
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
"Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya".