Konten dari Pengguna

Mengenal Teori Jean Piaget dan Lev Vygotsky dalam Perkembangan Kognitif Anak

Elsa Wulandari
Mahasiswi aktif Program Studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2023. Saya memiliki hobi memasak dan mendengarkan musik.
27 Oktober 2024 12:07 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elsa Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Perkembangan Kognitif Anak: Perspektif Historis dari Piaget dan Vygotsky

Ilustrasi Boy Jumping Near Grass at Daytime. Sumber: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Boy Jumping Near Grass at Daytime. Sumber: Pexels.com
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan merupakan sebuah fenomena alami yang dialami semua makhluk hidup, termasuk manusia. Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua proses kehidupan manusia yang berlangsung secara terus-menerus seiring berjalannya waktu, karena keduanya ini saling berkaitan dan mendukung satu sama lain. Sedangkan, perkembangan juga sebuah proses yang kekal dan tetap menuju ke arah atau organisasi pada tingkat yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan dan belajar. Ini menunjukkan bahwa dari masa konsepsi hingga meninggal dunia, individu tidak pernah statis, melainkan selalu mengalami perubahan yang bersifat sistematis, progresif, dan berkesinambungan.
ADVERTISEMENT
Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif didefinisikan berdasarkan cara anak-anak berinteraksi dengan lingkungannya. Anak-anak secara aktif membentuk dan menciptakan skema, yaitu kerangka kognitif yang mereka gunakan untuk mengorganisir dan memahami suatu informasi. Suatu informasi juga dapat diterima oleh anak melalui pengalamannya dalam berinteraksi dengan peristiwa tertentu dan menciptakan skema. Dalam proses perkembangannya, skema ini mengalami beberapa proses adaptasi yang terbagi menjadi dua konsep:
A. Asimilasi
Dalam teori perkembangan kognitif Jean Piaget, asimilasi adalah proses di mana anak-anak mengintegrasikan informasi atau pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada. Ketika anak menghadapi sesuatu yang baru, mereka mencoba memahami dan menyesuaikannya dengan pola pemahaman yang sudah mereka miliki. Misalnya, ketika seorang anak yang sudah mengenal "anjing" sebagai hewan berbulu dan berkaki empat melihat seekor kambing untuk pertama kalinya. Karena kambing memiliki karakteristik serupa dengan anjing dalam skema anak, seperti memiliki bulu dan empat kaki, si anak mungkin menganggap kambing tersebut adalah sebagai "anjing".
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, anak menggunakan skema yang sudah ada (anjing) untuk memahami sesuatu yang baru (kambing). Proses ini merupakan bentuk asimilasi, karena anak mencoba "menggabungkan" informasi baru ke dalam kerangka pemahaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.
B. Akomodasi
Akomodasi merupakan proses kedua setelah asimilasi, dimana anak-anak mengubah atau menyesuaikan skema kognitif yang sudah ada untuk memahami informasi baru. Akomodasi terjadi ketika pengalaman atau pengetahuan baru tidak dapat sepenuhnya sesuai dengan skema yang sudah ada, sehingga anak perlu mengubah struktur berpikir mereka agar dapat memproses informasi tersebut. Misalnya, jika seorang anak yang memiliki skema tentang burung sebagai hewan yang bisa terbang bertemu dengan penguin (burung yang tidak bisa terbang), ia akan melakukan akomodasi dengan memperbarui skemanya agar mencakup burung yang bisa terbang dan yang tidak bisa terbang.
ADVERTISEMENT
Di dalam proses adaptasi itu sendiri ada konsep ekuilibrium, yang artinya keseimbangan atau kecocokan di antara skema-skema yang ada. Jika skema lama tidak sesuai dan tidak cocok dengan informasi yang baru didapat anak, maka disebut ekuilibrium. Namun jika melalui konsep asimilasi tidak ditemukan kecocokan antara skema lama dengan informasi baru, maka disebut disekuilibrium, dan memerlukan akomodasi untuk mencapai ekuilibrium.
Jean Piaget membagi proses perkembangan menjadi empat tahapan:
1. Tahap Sensorimotorik
Ilustrasi Baby Holding White Wooden Stool. Sumber: Pexels.com
Tahap sensorimotorik adalah tahap pertama dalam teori perkembangan kognitif Jean Piaget, yang terjadi sejak anak usia 0-2 tahun. Pada tahap ini, perkembangan kognitif anak bergantung pada interaksi langsung dengan dunia melalui indra (seperti penglihatan dan pendengaran) dan gerakan motorik (seperti meraih dan menggenggam). Anak-anak pada tahap sensorimotorik belajar tentang dunia melalui eksplorasi fisik dan sensorik, membangun pemahaman dasar tentang objek dan peristiwa di sekitar mereka. Menurut Piaget, hingga anak usia 8 bulan dia akan memiliki rasa pemahaman bahwa setiap objek itu nyata, bahkan jika di luar pandangannya. Misalnya, ketika mainan disembunyikan di balik bantal, anak pada tahap sensorimotorik akan mulai menyadari bahwa mainan tersebut masih ada dan dapat mencarinya, meskipun tidak terlihat.
ADVERTISEMENT
2. Tahap Praoperasional
Ilustrasi Portrait of Girl Blowing Candle on Cake. Sumber: Pexels.com
Tahap praoperasional yang berlangsung pada anak usia sekitar 2-7 tahun. Pada tahap ini, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan berpikir simbolis, yang memungkinkan ereka menggunakan kata-kata dan gambar untuk merepresentasikan objek yang tidak hadir. Namun, pemikiran mereka masih bersifat egosentris, yang artinya mereka lebih cenderung melihat dunia hanya dari sudut pandang mereka sendiri.
3. Tahap Operasional Konkret
Ilustrasi Young Girl in Short Dress Holding Foil Balloons. Sumber: Pexels.com
Tahap operasional konkret terjadi pada usia 7-11 tahun. Mulai meingkat kemampuan anak dalam mengenali suatu objek. Ditandai dengan kemampuan mengurutkan suatu objek, pengklasifikasian, konservasi, dan lainnya. Pada tahap ini, anak mulai mampu berpikir logis dan sistematis tentang situasi yang konkret, tetapi mereka masih kesulitan untuk memahami konsep yang abstrak. Misalnya, Anak dapat mengelompokkan objek berdasarkan karakteristik tertentu, seperti warna, bentuk, atau ukuran. Misalnya, mereka bisa mengelompokkan semua mainan mobil dalam satu kelompok dan semua boneka dalam kelompok lain.
ADVERTISEMENT
4. Tahap Operasional Formal
Ilustrasi Students Sitting on the Chair Inside the Library while Smilin. Sumber: Pexels.com
Tahap operasional formal yang biasanya terjadi pada usia sekitar 11-dewasa. Pada tahap ini, anak sudah mulai mampu berpikir rasional, abstrak, dan sistematis. Sifat egosentrisnya akan kembali muncul karena anak akan mulai memasuki dunia dengan kebebasannya untuk memikirkan dirinya sendiri. Tahap Operasional Formal menandai kematangan kognitif yang lebih tinggi, yang memungkinkan anak untuk memahami konsep-konsep yang lebih kompleks, seperti matematika tingkat lanjut, filosofi, dan sains.
Sementara Piaget melihat bahwa anak-anak berkembang dan belajar melalui interaksi dengan lingkungan mereka, Vygotsky beranggapan bahwa perkembangan anak merupakan suatu proses sosial yang didorong oleh interaksi sosial. Vygotsky lebih menekankan pentingnya kemampuan komunikasi anak dengan lingkungan sebagai bagian dari proses perkembangan mereka. Dengan teorinya, terdapat konsep yang berbeda dari Piaget mengenai perkembangan anak.
ADVERTISEMENT
1. Zone of Proximal Development (ZPD)
Zone of proximal development adalah konsep yang diperkenalkan oleh Lev Vygotsky dalam teorinya tentang perkembangan kognitif. Interaksi anak dengan individu yang lebih berpengetahuan terletak pada konsep zona proksimal. ZPD ini menekankan pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran. Anak belajar paling baik ketika mereka berkolaborasi dengan orang yang lebih berpengetahuan, seperti guru atau teman sebaya, yang dapat memberikan dukungan dan bimbingan. Hal ini berarti bahwa melalui bimbingan dan pengajaran, anak dapat memperoleh dan memahami informasi.
2. Scaffolding
Scaffolding adalah konsep yang diambil dari teori Lev Vygotsky dan merujuk pada dukungan dan bantuan yang diberikan kepada anak saat mereka belajar sesuatu yang baru dalam Zone of Proximal Development (ZPD). Individu yang melaksanakan tugas ini tidak hanya seorang guru, tetapi juga dapat berupa siswa lain yang memiliki pengetahuan lebih dan terlibat dalam diskusi-diskusi.
ADVERTISEMENT
Jadi, Teori Jean Piaget dan Lev Vygotsky memberikan wawasan berharga untuk pendidikan dengan menyoroti cara anak-anak belajar dan berkembang secara kognitif. Piaget menekankan bahwa perkembangan kognitif berlangsung melalui berbagai tahapan yang dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan, sehingga pendidikan perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Di sisi lain, Vygotsky lebih fokus pada peran interaksi sosial dan budaya, serta konsep "zona perkembangan proksimal," di mana pembelajaran paling efektif terjadi ketika anak dibantu oleh orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten. Kedua teori ini mendorong pendekatan pendidikan yang memperhatikan kebutuhan perkembangan individu siswa dan menekankan pentingnya interaksi sosial dalam proses pembelajaran.
Referensi:
Huang, Y. C. (2021, May). Comparison and contrast of Piaget and Vygotsky’s Theories. In 7th International Conference on Humanities and Social Science Research (ICHSSR 2021). Atlantis Press.
ADVERTISEMENT
Mudjiran. (1999). Perkembangan Peserta Didik. Padang: Universitas Negeri Padang.