Konten dari Pengguna

Dramaturgi Seseorang yang Ceria namun Memendam Banyak Masalah: Topeng Sosial

Ajeng Wiko Rimadani
Mahasiswa Univeraitas Amikom Purwokerto
2 September 2024 7:35 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
Di balik senyuman cerah dan tawa riang, seseorang mungkin menyimpan beban masalah yang tidak terlihat oleh orang lain. Fenomena ini sering disebut sebagai “dramaturgi sosial,” di mana individu menampilkan satu persona ke dunia luar, sementara emosi dan perasaan yang sesungguhnya disembunyikan jauh di dalam diri mereka. Fenomena ini bisa terlihat di berbagai situasi, mulai dari kehidupan sehari-hari hingga interaksi di media sosial. Artikel ini akan menjelaskan konsep dramaturgi sosial, penyebab di balik fenomena ini, dampaknya pada kesehatan mental, serta bagaimana cara memahami dan membantu mereka yang mungkin sedang mempraktikkan “topeng” ini dalam kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT
Konsep Dramaturgi Sosial
1. Asal-Usul Dramaturgi Sosial:
Konsep dramaturgi sosial pertama kali dikemukakan oleh sosiolog Erving Goffman dalam bukunya The Presentation of Self in Everyday Life (1956). Goffman membandingkan kehidupan sosial dengan sebuah panggung teater, di mana setiap individu memainkan peran tertentu di hadapan “penonton” mereka—baik itu keluarga, teman, atau masyarakat secara umum. Setiap individu menampilkan “tampilan” tertentu sesuai dengan peran yang mereka anggap sesuai atau diharapkan dalam situasi tersebut.
2. Topeng Sosial:
Dalam konteks dramaturgi sosial, “topeng” adalah metafora untuk persona yang ditampilkan seseorang kepada orang lain. Topeng ini berfungsi untuk melindungi diri dari penilaian, kritikan, atau bahkan perhatian yang tidak diinginkan. Seseorang yang ceria di luar, tetapi memendam banyak masalah di dalam, menggunakan topeng ini untuk menyembunyikan perasaan mereka yang sebenarnya—seperti kesedihan, ketakutan, atau rasa sakit.
ADVERTISEMENT
3. Peran yang Dimainkan:
Dalam kehidupan sosial, seseorang mungkin merasa tertekan untuk memainkan peran tertentu—misalnya, peran sebagai “orang yang selalu bahagia” atau “penghibur” dalam kelompok sosial mereka. Ini bisa disebabkan oleh ekspektasi orang lain, atau harapan mereka sendiri untuk tampil kuat dan tak tergoyahkan. Namun, di balik peran ini, mereka mungkin merasakan beban emosional yang besar, yang tidak pernah mereka ungkapkan kepada siapa pun.
Penyebab Dibalik Fenomena Ini
1. Tekanan Sosial:
Tekanan untuk selalu tampil bahagia dan sukses sering kali datang dari masyarakat dan media. Dalam banyak budaya, menunjukkan kelemahan atau kesedihan dianggap sebagai tanda ketidakberdayaan, dan hal ini bisa menyebabkan seseorang merasa perlu menyembunyikan perasaan sebenarnya di balik topeng keceriaan. Media sosial juga memperkuat tekanan ini, dengan budaya “hanya menampilkan yang terbaik” yang mendorong orang untuk selalu terlihat bahagia dan berhasil.
ADVERTISEMENT
2. Takut Dianggap Lemah:
Banyak orang merasa bahwa mengungkapkan perasaan negatif atau masalah pribadi mereka akan membuat mereka dianggap lemah atau tidak kompeten. Mereka khawatir bahwa orang lain akan memandang rendah mereka atau tidak akan menganggap serius perasaan mereka. Akibatnya, mereka memilih untuk menyembunyikan masalah mereka dan menunjukkan sisi ceria yang lebih dapat diterima oleh masyarakat.
3. Keinginan untuk Melindungi Orang Lain:
Beberapa orang mungkin merasa bahwa dengan menampilkan diri sebagai pribadi yang ceria, mereka melindungi orang-orang di sekitar mereka dari kekhawatiran atau beban emosional. Mereka takut jika mereka menunjukkan kesedihan atau masalah mereka, hal itu akan memberatkan atau membuat cemas orang lain. Ini terutama berlaku bagi mereka yang memiliki tanggung jawab besar dalam keluarga atau lingkaran sosial mereka.
ADVERTISEMENT
4. Perasaan Malu atau Bersalah:
Rasa malu atau bersalah sering kali membuat seseorang memilih untuk menyembunyikan masalah mereka. Mereka mungkin merasa bahwa masalah mereka tidak layak untuk diperhatikan, atau mereka tidak ingin menjadi beban bagi orang lain. Perasaan ini bisa membuat mereka semakin tertutup dan memilih untuk menampilkan wajah yang ceria meskipun dalam hati mereka sedang terluka.
5. Kondisi Psikologis:
Individu dengan kondisi psikologis seperti depresi atau gangguan kecemasan sering kali berusaha menyembunyikan gejala mereka dari orang lain. Mereka mungkin merasa bahwa orang lain tidak akan memahami apa yang mereka rasakan, atau mereka khawatir akan reaksi negatif. Akibatnya, mereka menggunakan topeng keceriaan untuk menutupi perjuangan internal mereka.
ADVERTISEMENT
Dampak pada Kesehatan Mental
1. Penumpukan Stres:
Menyembunyikan perasaan yang sebenarnya membutuhkan banyak energi emosional dan mental. Seiring waktu, ini dapat menyebabkan penumpukan stres yang berlebihan. Ketegangan antara apa yang dirasakan dan apa yang ditampilkan bisa menciptakan ketidaknyamanan yang mendalam, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang secara signifikan.
2. Depresi yang Semakin Dalam:
Menampilkan diri sebagai pribadi yang ceria sementara memendam masalah dapat memperburuk kondisi depresi. Seseorang mungkin merasa semakin terisolasi karena mereka tidak dapat atau tidak mau berbagi perasaan mereka dengan orang lain. Rasa putus asa dan kesepian ini bisa memperdalam perasaan depresi dan membuat pemulihan menjadi lebih sulit.
3. Kelelahan Emosional:
Mempertahankan topeng ceria sepanjang waktu bisa sangat melelahkan secara emosional. Seseorang mungkin merasa kelelahan karena terus-menerus berusaha menampilkan diri sebagai orang yang selalu bahagia. Kelelahan ini bisa mempengaruhi kinerja mereka dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, hubungan, dan kesehatan fisik.
ADVERTISEMENT
4. Gangguan Hubungan Sosial:
Ketika seseorang menyembunyikan perasaan mereka yang sebenarnya, hubungan sosial mereka bisa terganggu. Orang lain mungkin merasa bahwa mereka tidak pernah benar-benar mengenal individu tersebut, atau merasa bahwa hubungan mereka dangkal. Ini bisa menyebabkan jarak emosional dan memperburuk perasaan kesepian yang dirasakan oleh orang yang memakai topeng sosial.
5. Kesulitan Mencari Bantuan:
Seseorang yang terus-menerus menyembunyikan masalahnya mungkin merasa sulit untuk mencari bantuan ketika mereka benar-benar membutuhkannya. Mereka mungkin merasa terperangkap oleh persona yang mereka ciptakan, dan khawatir bahwa orang lain tidak akan mempercayai atau memahami kondisi mereka yang sebenarnya. Hal ini bisa memperlambat atau bahkan menghalangi proses penyembuhan mereka.
Cara Memahami dan Membantu Seseorang yang Memakai Topeng Ceria
ADVERTISEMENT
1. Menciptakan Ruang yang Aman untuk Berbagi:
Salah satu cara terbaik untuk membantu seseorang yang mungkin memendam masalah di balik topeng ceria adalah dengan menciptakan ruang yang aman bagi mereka untuk berbicara. Pastikan bahwa mereka merasa didengar dan diterima tanpa penilaian. Tanyakan dengan lembut tentang perasaan mereka dan biarkan mereka tahu bahwa tidak apa-apa untuk tidak selalu merasa bahagia.
2. Menghargai Kejujuran Emosional:
Ketika seseorang mulai membuka diri tentang perasaan mereka, hargai kejujuran mereka. Berikan dukungan yang mereka butuhkan dan hindari memberikan saran yang tidak diminta atau menilai perasaan mereka. Seringkali, yang paling mereka butuhkan adalah seseorang yang mendengarkan dan memahami tanpa mencoba memperbaiki atau menyelesaikan masalah mereka.
ADVERTISEMENT
3. Memberikan Dukungan Tanpa Tekanan:
Penting untuk memberikan dukungan tanpa membuat orang tersebut merasa tertekan untuk mengungkapkan semua perasaan mereka sekaligus. Biarkan mereka berbagi sesuai dengan kenyamanan mereka dan berikan waktu untuk mereka memproses perasaan mereka. Terkadang, hanya mengetahui bahwa ada seseorang yang siap mendengarkan sudah cukup untuk membuat mereka merasa lebih baik.
4. Menyarankan Bantuan Profesional:
Jika seseorang terlihat sangat kesulitan dengan beban emosional mereka, sarankan untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog atau konselor. Bantuan profesional dapat memberikan strategi coping yang efektif dan membantu mereka mengatasi perasaan yang mereka sembunyikan. Jelaskan bahwa tidak ada salahnya meminta bantuan dan bahwa itu adalah langkah yang kuat untuk penyembuhan.
5. Membangun Hubungan yang Lebih Dalam:
ADVERTISEMENT
Cobalah untuk membangun hubungan yang lebih dalam dan lebih bermakna dengan orang tersebut. Tunjukkan minat yang tulus pada kehidupan mereka dan cobalah untuk memahami apa yang mungkin mereka rasakan. Semakin kuat hubungan yang Anda miliki, semakin besar kemungkinan mereka merasa nyaman untuk membuka diri dan berbicara tentang masalah mereka.
6. Menghindari Asumsi:
Jangan membuat asumsi tentang apa yang dirasakan oleh seseorang hanya berdasarkan penampilan luar mereka. Seseorang yang tampak ceria mungkin mengalami kesulitan besar di dalam diri mereka. Sebaliknya, cobalah untuk lebih peka dan terbuka terhadap kemungkinan bahwa ada lebih banyak hal yang terjadi daripada yang tampak di permukaan.