Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Orang yang Haus Akan Validasi Orang Lain, Apakah ada Penyebabnya?
3 September 2024 11:47 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Haus akan validasi orang lain adalah kondisi di mana seseorang sangat bergantung pada pengakuan, pujian, atau dukungan dari orang lain untuk merasa berharga dan dihargai. Kebutuhan ini bisa begitu mendalam sehingga dapat mempengaruhi cara berpikir, bertindak, dan bahkan bagaimana seseorang membentuk identitas diri mereka. Artikel ini akan membahas secara rinci apa yang menyebabkan seseorang haus akan validasi, dampak yang ditimbulkan, serta bagaimana mengatasi kebutuhan ini agar seseorang bisa hidup dengan lebih mandiri dan percaya diri.
ADVERTISEMENT
1. Penyebab Haus Validasi
Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat bergantung pada validasi eksternal, di antaranya:
• Pengalaman Masa Kecil: Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan di mana mereka sering kali harus berusaha keras untuk mendapatkan pujian atau kasih sayang dari orang tua mungkin akan tumbuh dengan keinginan yang kuat untuk mencari validasi. Misalnya, jika penghargaan hanya diberikan ketika anak berprestasi, anak tersebut bisa tumbuh dengan keyakinan bahwa nilai diri mereka hanya diukur dari pencapaian mereka.
• Kecemasan dan Rasa Tidak Aman: Orang yang memiliki kecemasan sosial atau perasaan tidak aman yang mendalam sering kali merasa tidak cukup baik. Mereka merasa butuh pengakuan dari orang lain untuk menenangkan kecemasan mereka dan membuktikan bahwa mereka layak dicintai atau dihargai.
ADVERTISEMENT
• Pengaruh Media Sosial: Di era digital, media sosial telah menjadi sumber utama validasi bagi banyak orang. Jumlah like, komentar, atau followers sering kali dijadikan tolok ukur nilai diri. Ini bisa menciptakan siklus di mana seseorang terus-menerus mencari validasi dari orang lain melalui unggahan mereka.
2. Dampak dari Haus Validasi
Kebutuhan berlebihan akan validasi dapat memiliki berbagai dampak negatif, baik secara psikologis maupun sosial:
• Ketergantungan Emosional: Seseorang yang terlalu bergantung pada validasi orang lain mungkin kesulitan untuk merasa percaya diri atau puas dengan dirinya sendiri. Mereka mungkin merasa hampa atau tidak berharga jika tidak mendapatkan pujian atau pengakuan yang mereka inginkan.
• Perubahan Perilaku dan Identitas: Untuk mendapatkan validasi, seseorang mungkin cenderung menyesuaikan perilaku atau pandangan mereka agar sesuai dengan harapan orang lain. Ini bisa menyebabkan kehilangan jati diri, di mana seseorang tidak lagi tahu apa yang sebenarnya mereka inginkan atau yakini.
ADVERTISEMENT
• Rasa Tidak Pernah Cukup: Haus validasi sering kali menciptakan perasaan bahwa apa pun yang dilakukan tidak pernah cukup. Ini bisa menyebabkan stres berlebih, kelelahan emosional, dan bahkan depresi jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi.
3. Mengatasi Kebutuhan Akan Validasi
Untuk mengatasi kehausan akan validasi, seseorang perlu mengembangkan keterampilan untuk menjadi lebih mandiri secara emosional dan meningkatkan rasa percaya diri mereka. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:
• Membangun Kesadaran Diri: Penting untuk menyadari kapan dan mengapa seseorang mencari validasi. Dengan memahami pemicu tersebut, seseorang bisa mulai bekerja untuk mengatasi kebutuhan tersebut dari dalam diri mereka, daripada selalu mencari di luar.
• Mengembangkan Rasa Harga Diri yang Sehat: Fokus pada pencapaian pribadi dan nilai-nilai yang Anda yakini, bukan pada apa yang orang lain pikirkan tentang Anda. Ini bisa melibatkan mengubah cara berpikir Anda tentang kesuksesan dan kebahagiaan, dari apa yang diukur oleh standar eksternal menjadi apa yang penting bagi Anda secara pribadi.
ADVERTISEMENT
• Latihan Penerimaan Diri: Belajar menerima kekurangan diri dan memahami bahwa tidak ada yang sempurna. Memiliki sikap penerimaan diri yang sehat bisa membantu seseorang untuk merasa lebih aman dengan siapa mereka sebenarnya, tanpa harus bergantung pada pengakuan dari orang lain.
• Membangun Hubungan yang Sehat: Ciptakan hubungan dengan orang-orang yang mendukung Anda apa adanya, bukan karena pencapaian atau penampilan Anda. Hubungan yang sehat didasarkan pada rasa saling menghargai dan mendukung, bukan pada kebutuhan untuk selalu diakui.