Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Tanaman Stevia dan Manfaatnya
17 Desember 2024 18:28 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Yovita Lambang Isti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahukah Anda bahwa tanaman stevia bisa sebagai alternatif penghasil manis alami pendamping gula?
ADVERTISEMENT
Gula sebagai pemanis banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari, akan tetapi bila terlalu banyak mengkonsumsi gula dapat menimbulkan efek yang merugikan kesehatan.
Mengapa Stevia? Menurut Nelson Sihotang Presiden Direktur PT. Tapanuli Investasi Agro (2022) mengatakan bahwa produksi gula tebu mulai menurun, tetapi kebutuhan mulai meningkat pada tahun 2022 saja kebutuhan sebesar 6,48 juta ton.
Indonesia sebagai peringkat ke-6 dunia, penderita diabetes dengan 10,3 juta jiwa di usia 20-79 tahun. Peningkatan industri makanan dan minuman berbasis pemanis berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia.
Perubahan gaya hidup yang peduli kesehatan , stevia sebagai pemanis alami menggantikan gula tebu belum dikenal masyarakat umum di Indonesia. Masyarakat mempunyai kebutuhan yang tinggi terhadap gula sebagai bahan penyedap makanan dan minuman. Namun terlalu banyak mengkonsumsi gula dapat menimbulkan masalah terutama obesitas dan diabetes.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu diperlukan bahan pemanis lain yang dapat menggantikan gula, yaitu pemanis alami yang tidak menimbulkan efek berbahaya bagi kesehatan dan rendah kalori, serta dapat dikonsumsi oleh semua orang, termasuk penderita obesitas dan diabetes. Salah satu kegunaan stevia adalah sebagai pengganti gula. Stevia food banyak digunakan di banyak negara, namun penggunaannya masih sangat terbatas di Indonesia.
Mengenal Stevia
Stevia (Stevia rebaudiana bertoni) adalah tanaman perdu yang bearsal dari Paraguay, Amerika Selatan. Daunnya mengandung belasan senyawa steviosida yang mmberikan rasa manis tanpa menghasilkan kalori. Menurut Brandle (1998) tanaman Stevia merupakan tanaman semak yang tumbuh tegak hinga 65 cm. Daunnya berbentuk lonjong langsing sampai oval, bergerigi halus terletak berhadapan memiliki panjang 2-4 cm, lebar 1-5 cm daun tulang daun menyirip.
ADVERTISEMENT
Stevia telah digunakan sebagai pemanis minuman teh lokal dan obat-obatan oleh penduduk asli Paraguay suku Guarani sejak ratusan tahun yang lalu. Rebaudiosida A (reb A), salah satu senyawa utama dalam gula stevia diberi status GRAS (generally recognized as safe = secara umum dianggap aman) oleh FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat pada tahun 2008 dan Uni Eropa tahun 2011.
Gula stevia merupakan glikosida yang tidak mengandung kalori sehingga sesuai untuk seseorang yang sedang melakukan diet guna mengurangi berat badan. WHO memperkirakan lebih dari 1 miliar orang di dunia mengalami kelebihan berat badan dan 400 juta di antaranya termasuk kategori obesitas. Obesitas sudah dianggap masalah yang serius karena merupakan salah satu faktor risiko utama timbulnya berbagai penyakit lainnya. Jumlah penderita diabetes (diabetisi) juga meningkat dengan tajam, termasuk di Indonesia. Kementerian Kesehatan merilis data jumlah diabetisi di Indonesia pada tahun 2000 adalah 8,4 juta orang dan diperkirakan mencapai 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Gula stevia sesuai untuk diabetisi karena mempunyai indeks glikemik nol.
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu bahan pangan pokok, konsumsi gula selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ketergantungan konsumen terhadap konsumsi gula cukup besar karena kecilnya kecenderungan untuk menggantikan dengan gula buatan atau pemanis lain. Permintaan gula secara nasional akan terus bertambah seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan masyarakat, dan pertumbuhan industri pengolahan makanan dan minuman.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013, anjuran konsumsi gula per orang per hari adalah 10% dari total energi (200kkal). Konsumsi tersebut setara dengan gula 4 sendok makan per orang per hari atau 50 gram per orang per hari. Sedangkan anjuran konsumsi garam adalah 2000 mg natrium per orang per hari. Konsumsi garam tersebut sama dengan 1 sendok teh garam per orang per hari atau 5 gram per orang per hari.
ADVERTISEMENT
Perkembangan perilaku konsumen berubah seiring dengan perkembangan pola hidup masyarakat yang mulai mengedepankan pola hidup sehat. Pola konsumsi ini mendorong konsumen untuk memilih produk yang masuk dalam kategori sehat, tercatat 3 (tiga) dari 4 (empat) konsumen di Amerika Serikat akan memilih pemanis alternatif untuk menghindari konsumsi gula (Cargill, 2019). Hal ini bukan hanya berlaku di Amerika semata, tetapi berkembang menjadi tren dunia. Konsumen semakin tertarik pada produk pemanis rendah kalori dengan harapan dapat menekan konsumsi gula, terutama bagi penderita diabetes dan penganut pola konsumsi diet seimbang.
Pergeseran nilai dari perfektif konsumen, memberikan peluang untuk pengembangan produk yang sesuai dengan permintaan pasar. Salah satu bahan pemanis organik yang dapat dijadikan sebagai bahan pemanis adalah stevia.
ADVERTISEMENT
Manfaat Stevia
Dikutip dari https://www.ners.unair.ac.id (2024), beberapa penelitian menunjukkan bahwa stevia memiliki kemampuan yang dapat digunakan sebagai pengobatan alami. Beberapa manfaat dari stevia antara lain:
Pertama, dapat menurunkan berat badan, karena stevia tidak mengandung kalori, maka tidak akan menambah kalori pada tubuh jika digunakan sebagai pemanis.
Kedua, baik untuk penderita diabetes. Penderita diabetes disarankan untuk memantau kadar gula mereka untuk menjaga keseimbangan yang sehat. Stevia dianggap aman bagi penderita diabetes karena tidak mengandung gula atau kalori.
Ketiga, dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Kandungan glikosida pada stevia dapat melebarkan pembuluh darah. selain itu, glikosida juga dapat meningkatkan jumlah natrium yang digunakan tubuh. hal ini dapat membantu menjaga tekanan darah.
Keempat, potensi anti kanker. Penelitian menunjukkan bahwa kombinasi stevia dengan daun black berry berpotensi mengobati kanker usus besar.
ADVERTISEMENT
Kelima, tidak Menimbulkan penyakit gigi. Mengonsumsi gula tambahan dapat menyebabkan kerusakan gigi. Stevia bisa menjadi alternatif manis untuk kesehatan gigi agar tidak beresiko mengalami kerusakan gigi.
Peneliti Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mohammad Cholid (2022) menjelaskan bahwa stevia menjadi satu komoditas yang mempunyai potensi dapat menggantikan gula dan selama ini ada berkembang pemanis sintesis seperti sakarin, siklamat masih ada efek negative termasuk efek karsinogen.
Beberapa kerja sama telah dilakukan oleh BRIN dan beberapa mitra diantaranya kegiatan penelitian teknologi proses tanaman stevia dan produk turunannya dalam skala laboratorium oleh Pusat Penelitian Biomaterial LIPI dengan PT. Uwekata Pangan Sehat.
Sejak tahun 2018 Pusat Riset Bioteknologi dan PT. Tapanuli Investasi Agro bekerja sama untuk mengembangkan teknologi kultur jaringan tanaman stevia rebaudiana. Kultur jaringan tanaman merupakan salah satu teknik untuk perbanyakan di laboratorium (in vitro) yang banyak berhasil diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman. Teknik ini juga telah berkembang dengan pesat untuk produksi bibit tanaman stevia rebaudiana.
ADVERTISEMENT
Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan (PRHP) dan PT. Tapanuli Investasi Agro juga melakukan kerja sama merakit varietas unggul stevia melalui pemuliaan konvensional dan inkonvensional.
Pengembangan usaha pemanis Stevia sebagai substitusi gula sangat tepat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehtan . Budidaya Stevia sangat didukung oleh keuntungan geografis karena tanaman dapat dopanen terus menerus hingga beberapa tahun. Pengelolaan Stevia mulai dari budidaya hingga pengolahannya kemungkinan besar dapat dikembangkan di tingkat industri