Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memahami Tantangan Sosial Penyandang HIV/AIDS dalam Sosiologi Kesehatan
11 Desember 2024 16:46 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Indira Monica Surya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tantangan penyandang HIV/AIDS
ADVERTISEMENT
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) adalah stigma dan diskriminasi. Stigma terkait HIV/AIDS berasal dari ketakutan yang tidak rasional dan kurangnya pemahaman tentang penyakit ini. Masyarakat sering kali menganggap HIV/AIDS sebagai penyakit yang hanya menimpa kelompok tertentu, seperti pekerja seks, pengguna narkoba, atau komunitas LGBTQ+. Hal ini menyebabkan marginalisasi sosial bagi ODHA, yang sering kali dihindari, dicap buruk, dan diperlakukan tidak adil dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, pendidikan, dan layanan Kesehatan (Buot et al., 2014).
ADVERTISEMENT
Sosiologi kesehatan membantu kita memahami bahwa stigma ini tidak hanya berasal dari ketidaktahuan individu, tetapi juga dari struktur sosial yang lebih luas yang membentuk cara pandang masyarakat terhadap HIV/AIDS. Misalnya, norma-norma sosial dan moral yang mendominasi dalam masyarakat tertentu dapat memperkuat stigma terhadap ODHA. Dengan memahami akar sosiologis dari stigma ini, intervensi yang lebih efektif dapat dirancang untuk mengurangi diskriminasi dan mempromosikan inklusi sosial bagi ODHA (Watkins-Hayes, 2014).
Tantangan lain yang dihadapi ODHA adalah ketidaksetaraan dalam akses terhadap layanan kesehatan. Meskipun pengobatan HIV/AIDS telah mengalami kemajuan pesat dengan ketersediaan terapi antiretroviral (ARV) yang efektif, banyak ODHA yang masih mengalami kesulitan dalam mengakses perawatan medis yang mereka butuhkan. Faktor-faktor sosial seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, dan lokasi geografis sering kali menghambat ODHA untuk mendapatkan layanan kesehatan yang memadai (Oyefara, 2013).
ADVERTISEMENT
Sosiologi kesehatan menyoroti bahwa ketidaksetaraan ini bukan hanya masalah individu, tetapi juga masalah struktural yang mencerminkan distribusi kekuasaan dan sumber daya yang tidak merata dalam masyarakat. Misalnya, ODHA yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil mungkin tidak memiliki akses yang sama terhadap fasilitas kesehatan yang berkualitas seperti mereka yang tinggal di perkotaan. Selain itu, stigma yang melekat pada HIV/AIDS juga dapat membuat ODHA enggan mencari bantuan medis karena takut akan diskriminasi. Dengan memahami faktor-faktor sosial ini, kebijakan kesehatan masyarakat dapat difokuskan pada pengurangan ketidaksetaraan dan memastikan bahwa semua ODHA memiliki akses yang sama terhadap perawatan yang mereka butuhkan (Mykhalovskiy and Rosengarten, 2009).
Peran Komunitas dalam Mendukung HIV/AIDS
Salah satu cara untuk mengatasi tantangan sosial yang dihadapi ODHA adalah melalui dukungan komunitas. Komunitas memiliki peran penting dalam menyediakan dukungan sosial dan emosional yang dibutuhkan oleh ODHA untuk mengatasi stigma dan diskriminasi. Sosiologi kesehatan mengakui pentingnya jaringan sosial dalam mempengaruhi kesehatan individu, termasuk dalam konteks HIV/AIDS. Jaringan sosial yang kuat dapat memberikan rasa keterlibatan, solidaritas, dan dukungan praktis bagi ODHA, yang semuanya dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup mereka (Lichtenstein and DeCoster, 2014).
ADVERTISEMENT
Komunitas juga dapat berperan dalam pendidikan kesehatan dan advokasi. Melalui program-program yang didasarkan pada pendekatan partisipatif, komunitas dapat membantu mengurangi stigma dan meningkatkan kesadaran tentang HIV/AIDS di antara anggotanya. Misalnya, kelompok dukungan bagi ODHA dapat menjadi platform di mana para anggotanya dapat berbagi pengalaman, mendapatkan informasi yang akurat tentang pengelolaan HIV/AIDS, dan saling mendukung dalam menghadapi tantangan sosial dan medis yang mereka hadapi. Sosiologi kesehatan menunjukkan bahwa pendekatan berbasis komunitas sering kali lebih efektif dalam menjangkau ODHA dibandingkan dengan pendekatan top-down yang bersifat paternalistic (Bancroft, 2001).
Kebijakan Publik dan Perlindungan Hak ODHA
Pemerintah dan pembuat kebijakan juga memiliki peran penting dalam mengatasi tantangan sosial yang dihadapi ODHA. Sosiologi kesehatan membantu mengidentifikasi kebijakan yang dapat memperkuat hak-hak ODHA dan memastikan bahwa mereka diperlakukan secara adil dalam masyarakat. Misalnya, kebijakan yang melarang diskriminasi berdasarkan status HIV dapat membantu melindungi ODHA dari perlakuan tidak adil di tempat kerja, sekolah, dan layanan Kesehatan (Harris and White, 2019).
ADVERTISEMENT
Kebijakan kesehatan yang inklusif dan berbasis hak asasi manusia sangat penting untuk memastikan bahwa ODHA memiliki akses yang setara terhadap layanan kesehatan dan dukungan sosial. Sosiologi kesehatan mendorong pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan faktor-faktor sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan ODHA dan merancang kebijakan yang responsif terhadap kebutuhan mereka. Misalnya, program-program pengurangan kemiskinan, pendidikan kesehatan, dan penyediaan layanan kesehatan yang terjangkau dan terintegrasi dapat membantu mengurangi beban sosial dan ekonomi yang dihadapi ODHA (Watkins-Hayes, 2014).
Sosiologi kesehatan memberikan kerangka kerja yang sangat penting untuk memahami tantangan sosial yang dihadapi oleh Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Dengan menggunakan analisis sosiologis, kita dapat lebih mendalam mengidentifikasi akar penyebab dari berbagai masalah sosial yang melingkupi ODHA, seperti stigma, diskriminasi, dan ketidaksetaraan akses terhadap layanan kesehatan yang mereka alami. Analisis ini tidak hanya berhenti pada identifikasi masalah, tetapi juga memberikan wawasan tentang bagaimana struktur sosial, norma budaya, dan kebijakan yang ada mempengaruhi kehidupan ODHA sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Sosiologi kesehatan menekankan pentingnya peran komunitas dan kebijakan publik yang berpihak pada ODHA dalam memberikan dukungan yang mereka butuhkan, memastikan bahwa mereka dapat menjalani kehidupan dengan kualitas yang layak. Untuk menghadapi tantangan-tantangan ini secara efektif, diperlukan pendekatan yang holistik dan berbasis hak asasi manusia, yang mengintegrasikan intervensi medis, sosial, dan kebijakan secara sinergis. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, adil, dan mendukung kesejahteraan ODHA secara keseluruhan, sekaligus mengurangi beban sosial yang mereka hadapi.
Daftar Pustaka
Amzat, J. and Razum, O. (2014) ‘Medical sociology in Africa’, Medical Sociology in Africa, pp. 1–299. Available at: https://doi.org/10.1007/978-3-319-03986-2.
Bancroft, A. (2001) ‘Women, Families & HIV/AIDS: A Sociological Perspective on the Epidemic in America’, Journal of Health Psychology, 6(3), pp. 356–358. Available at: https://doi.org/10.1177/135910530100600309.
ADVERTISEMENT
Buot, M.L.G. et al. (2014) ‘Beyond race and place: Distal sociological determinants of HIV disparities’, PLoS ONE, 9(4). Available at: https://doi.org/10.1371/journal.pone.0091711.
Harris, J. and White, A. (2019) ‘The sociology of global health a literature review’, Sociology of Development, 5(1), pp. 9–30. Available at: https://doi.org/10.1525/sod.2019.5.1.9.
Lichtenstein, B. and DeCoster, J. (2014) ‘Lessons on Stigma: Teaching about HIV/AIDS’, Teaching Sociology, 42(2), pp. 140–150. Available at: https://doi.org/10.1177/0092055X13510412.
Mane, P. and Aggleton, P. (2016) ‘Gender and HIV / AIDS : What Do’, 49(November 2001), pp. 23–37.
Mykhalovskiy, E. and Rosengarten, M. (2009) ‘Editorial: HIV/AIDS in its third decade: Renewed critique in social and cultural analysis - An introduction’, Social Theory and Health, 7(3), pp. 187–195. Available at: https://doi.org/10.1057/sth.2009.13.
ADVERTISEMENT
Oyefara, J.L. (2013) ‘Sociology of HIV / AIDS Pandemic in Nigeria’, 3(1), pp. 117–123.
Watkins-Hayes, C. (2014) ‘Intersectionality and the sociology of HIV/AIDS: Past, present, and future research directions’, Annual Review of Sociology, 40, pp. 431–457. Available at: https://doi.org/10.1146/annurev-soc-071312-145621.